BRIN: RT-LAMP Bisa Menjadi Metode Selain PCR untuk Deteksi Covid-19

Peneliti BRIN menyebut akurasi RT-LAMP dapat ditingkatkan setara dengan RT-PCR.

AP/Julian Stratenschulte/DPA
Kit tes PCR Covid-19. BRIN mengembangkan RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) yang dapat menjadi metode alternatif pengganti Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) dapat menjadi metode alternatif pengganti Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi Covid-19. Pemanfaatannya dapat meningkatkan kapasitas pengujian di Tanah Air.

Baca Juga

"Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time," kata peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN Tjandrawati Mozef dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (12/1/2022).

Tjandrawati menjelaskan, keunggulan RT-LAMP dibandingkan dengan RT-PCR karena tidak memerlukan alat deteksi yang mahal. Harga kitnya lebih murah.

Saat ini, alat Polymerase Chain Reaction (PCR) banyak digunakan sebagai metode standar dalam mendeteksi Covid-19. Metode PCR ini paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama.

"Biayanya relatif mahal," ujarnya.

Tjandrawati menuturkan, beberapa negara, seperti Belanda dan Spanyol, telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik.

Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target. Reaksi RT-LAMP berlangsung secara isotermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.

RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik. Metode temuan periset BRIN tersebut dikembangkan sejak Maret 2020 bersama mitra PT Biosains Medika Indonesia, yang saat itu akan melakukan komersialisasi produk.

Pada awal pandemi Covid-19, Tjandrawati dan tim berinisiatif untuk mengembangkan sistem alternatif untuk melakukan skrining dan deteksi RNA virus SARS-CoV-2. Pada saat itu, kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR.

Sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan produk impor.

"Hingga saat ini pandemi Covid-19 belum berakhir, varian-varian baru bermunculan, sehingga memotivasi kami dari BRIN untuk terus melakukan riset, berkontribusi dalam pengendalian pandemi, dan mendukung program Pemerintah 3T (tracing, testing, dan treatment)," ujarnya.

Untuk meningkatkan kemampuan pengujian, Tjandrawati dan tim mengusulkan inovasi baru, yaitu metode RT LAMP yang mampu mendeteksi secara spesifik material genetik dari virus SARS-CoV-2. Ia berharap RT-LAMP dapat diaplikasikan di masyarakat dengan jangkauan lebih luas, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam peningkatan kapasitas pengujian secara nasional.

Selain itu, hasil deteksi COVID-19 dengan RT-LAMP diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dokumen persyaratan perjalanan.

 
Berita Terpopuler