Elektabilitas Melambung Ganjar Vs Surat dari Mega untuk Kader PDIP

Survei menyatakan 60 persen pemilih PDIP ingin Ganjar menjadi capres.

Antara/Sigid Kurniawan
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo (kedua kiri). Megawati sudah menginstruksikan kader PDIP untuk tidak berkomentar soal isu capres-cawapres meski Ganjar saat ini memuncaki survei beberapa lembaga. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Sebanyak hampir 60 persen pemilih PDIP menginginkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres). Saat diminta tanggapannya soal itu, Wakil Sekjen PDIP, Utut Adianto, enggan berkomentar.

"Kita ini sudah tegak lurus saja ibu ketua umum sudah mengeluarkan surat 11 Agustus 2021 untuk tidak berkomentar," kata Utut di Kompleks Parlemen, Rabu (22/12).

Ia pun tak mempersoalkan hasil survei tersebut. Sampai saat ini partainya belum memutuskan siapa yang akan diusung menjadi capres.

"Belum. kalau survei kan hak orang. Metodologinya teknik ngambil samplenya, random-nya, dari ini mana yang mau disampaikan. Kalau nanti kita ibu menunjuk A kita akan all out A," ujarnya.

Baca Juga

Sebelumnya, politikus PDIP, Hendrawan Supratikno saat dihubungi Republika, pada awal Desember juga menegaskan bahwa partainya tidak menilai hasil-hasil survei lembaga survei politik sebagai hal yang istimewa. PDIP, kata Hendrawan, meyakini hasil survei masih bersifat dinamis sampai 2024.

"Tak ada yang istimewa. Jangan suka dibuat terkejut dengan hasil-hasil survei, masih sangat dinamis ke depan," ujar , Senin (6/12).

Menurut Hendrawan, hasil survei seperti matematika umum dalam politik dan sudah dikuasai oleh semua politisi. Dalam politik, ia melanjutkan, yang sulit adalah menangkap insting, intuisi, relasi unik, informasi spesifik, dan yang sejenis.

"Hal-hal terpenting dalam keputusan politik tidak tertangkap dalam survei," katanya.

Sebelumnya Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasil survei terbaru yang dilakukan 29 November-6 Desember 2021. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya menjelaskan mayoritas pemilih PDI Perjuangan menginginkan Ganjar Pranowo sebagai capres mencapai 60 persen.

"Bisa dikatakan mayoritas atau 60 persen pemilih PDI Perjuangan menyatakan memilih Ganjar Pranowo," ujar Yunarto, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/12).

Sementara, di Partai Golkar Ganjar meraih angka 26,5 persen. Meskipun partai berlambang pohon beringin itu sudah mempunyai kandidat capres sendiri yakni Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto yang hanya memperoleh 4,4 persen.

"Beberapa temuan menarik yaitu Ganjar Pranowo bersaing dengan pemilih PKB yang menyatakan memilih Anies Baswedan," ungkap Yunarto.

Di antara pemilih PKB, Ganjar memimpin perolehan persentase 31 persen. Disusul Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan angka 26 persen dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa sebanyak 13 persen.

"Partai Nasdem masih terbelah, karena memang masih dua tahun dan belum dipanaskan," ujarnya.

Yunarto menyebut Ganjar meraih angka 32,7 persen di pemilih Nasdem. Jumlah tersebut unggul dari Anies Baswedan yang meraup angka 13,5 persen. Survei ini dilakukan pada 29 November - 6 Desember 2021.

Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun survei tersebut menggunakan multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei tersebut memiliki margin of error sekitar 28,3 persen.

 

Masih berdasarkan survei yang sama, hasil survei Charta Politika Indonesia menyebutkan tingkat keterpilihan (elektabilitas) PDIP dan Ganjar Pranowo menempati urutan tertinggi dengan perolehan suara masing-masing 24,9 persen dan 25,8 persen. Perolehan suara PDIP cenderung stabil dan cenderung naik di atas 20 persen jika merujuk pada hasil survei Charta Politika sepanjang 2021.

Di bawah PDIP, Partai Gerindra menempati urutan kedua dengan perolehan 13,9 persen suara para responden. Urutan selanjutnya ditempati oleh Partai Golkar (9,4 persen), PKB (8,3 persen), PKS (6,5 persen), Partai Demokrat (6 persen), Partai NasDem (4,3 persen), PAN (1,8 persen), PPP (1,4 persen), dan Perindo (0,8 persen).

Partai lain di luar daftar 10 besar, yaitu PSI (0,7 persen), Partai Hanura (0,4 persen), Partai Ummat (0,3 persen), PBB (0,3 persen), Partai Gelora (0,2 persen), Partai Berkarya dan Partai Garuda masing-masing 0,1 persen.

Untuk elektabilitas tokoh yang berpotensi sabagai bakal calon presiden 2024, Ganjar Pranowo menempati urutan teratas untuk tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Sebanyak 25,8 persen dari total 1.200 responden yakin Ganjar jadi tokoh yang paling berpeluang maju jadi calon presiden.

Kemudian, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati urutan kedua dengan perolehan 22,3 persen suara responden. Urutan selanjutnya ditempati oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (17,7 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (5,4 persen), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (4 persen), Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (2,3 persen) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (1,8 persen).

Ganjar Pranowo enggan mengomentari elektabilitasnya yang tinggi menurut sejumlah lembaga survei untuk menjadi calon presiden pada 2024. "2024? 2024 itu angka apa?," ujar Ganjar, di Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Tidak hanya Charta Politika, sebelumnya, hasil survei yang dilakukan Voxpopuli Research Center pun menunjukkan elektabilitas Ganjar  mencapai 20,4 persen, jauh unggul dibandingkan Ketua DPR RI Puan Maharani 1,3 persen dan Airlangga Hartarto 1,1 persen. Sementara itu, hasil survei Indopol Survey and Consulting menempatkan Ganjar dan Prabowo Subianto di posisi sama-sama teratas.

Tak hanya soal elektabilitas, orang nomor satu di Jateng ini juga tak mau berkomentar soal kemungkinan disandingkan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang siap diusung sebagai cawapres pada Pilpres 2024. "Halah cawapres apa," ujar Ganjar sembari berlalu.

 

Tiga Pasang Capres-Cawapres Terkuat - (Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler