Potensi Pasar Makanan Halal untuk Semua Kalangan

Pengembangan ekosistem makanan halal perlu memperhatikan perubahan perilaku konsumen.

ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pengunjung melihat produk asesoris bersertifikasi halal yang dipajang dalam pameran Malang Islamic Movement di Mall Dinoyo City Malang, Jawa Timur, Kamis (2/12/2021). Kegiatan tersebut diadakan sebagai upaya mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing produk halal buatannya sehingga mampu memiliki akses yang kuat di pasar domestik maupun ekspor.
Rep: Fauziah Mursyid, Intan Pratiwi, M Nursyamsyi Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Fauziah Mursyid, Intan Pratiwi, M Nursyamsyi

Baca Juga

 

JAKARTA --  Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan perubahan perilaku konsumen setelah pandemi Covid-19, masyarakat umumnya memilih makanan sehat, bersih dan higienis.

"Ketiga karakter tersebut dapat diasosiasikan dengan halal. Ini berarti, potensi pasar makanan halal adalah semua kalangan, terlepas dari agama dan keyakinannya," ujar Wapres saat hadir virtual dalam Halal Dining ASEAN Forum 2021 dan Peluncuran The Mastercard-Crescent Rating Halal Food Lifestyle Indonesia 2021 Report, Rabu (15/12).

Karena itu, Wapres mendorong pengembangan ekosistem makanan halal perlu memperhatikan perubahan perilaku konsumen, terutama di masa pandemi Covid-19. Selain itu, pengembangan ekosistem industri produk halal yang kokoh dan berkelanjutan membutuhkan penguatan branding, literasi, SDM, riset dan inovasi, infrastruktur teknologi maupun regulasi.

"Seluruhnya harus disinergikan untuk menciptakan suatu rantai pasok halal, mulai dari bahan baku hingga produk halal sampai ke konsumen," ujar Wapres.

4 Cara Bawa Produk Halal Indonesia ke Pasar Global - (Republika.co.id)

Ia mengatakan, pola konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh transformasi di bidang teknologi yang mendatangkan peluang baru bagi para pelaku usaha, termasuk bagi UMKM makanan halal. Namun, UMKM makanan halal masih membutuhkan dukungan akses dan penguatan kompetensi pelaku usaha agar mampu bersaing secara luas, bahkan hingga ke pasar internasional.

Karena itu, Pemerintah melalui KNEKS terus berupaya menggandeng banyak pihak untuk berkontribusi dalam upaya pengembangan ekosistem makanan halal yang berkelanjutan.

"Pertama, untuk mendukung dalam pendampingan dan kemitraan UMKM halal, serta mendorong inovasi dan riset seputar pergerakan, segmentasi, dan selera pasar," ujarnya.

Kedua, Wapres mengatakan, dilakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha UMKM makanan halal, khususnya edukasi pemanfaatan e-commerce dan media sosial untuk penguatan branding. Selain itu, kerja sama UMKM makanan halal dengan sektor lain juga perlu ditingkatkan sebagai upaya co-branding, khususnya dengan sektor pariwisata halal, serta media dan rekreasi.

"Ketiga untuk mempercepat sertifikasi halal bagi industri kuliner Indonesia dan penguatan rantai pasok industri makanan halal, seperti bahan baku, pengemasan dan pemasaran, transportasi dan logistik, serta sektor pendukung lainnya," ujarnya.

 

 

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Dody Widodo menyebut Indonesia merupakan rumah bagi pasar ekonomi halal domestik terbesar di dunia, yang memiliki potensi hingga Rp 2.600 miliar. Untuk merespons perkembangan ekonomi halal dunia serta memposisikan Indonesia menjadi pemain besar didalamya, pemerintah telah merintis beberapa hal. 

Salah satunya, kata dia, adalah peluncuran Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia pada bulan Mei 2019, di mana sektor Industri menjadi bagian peran penting. “Kemenperin terus fokus dalam pengembangan industri halal di tanah agar bisa lebih berdaya saing global," tegas Dody.

Strategi Akselerasi Pengembangan Kawasan Industri Halal - (ANTARA/Republika.co.id)

Wujud tekad dalam pembinaan industri halal, salah satunya melalui pembentukan unit satuan kerja khusus, yaitu Pusat Pemberdayaan Industri Halal (PPIH). Guna menjawab tantangan agar Indonesia bisa menjadi pemain ekonomi halal kelas global pada tahun 2024 sebagaimana target dari Wakil Presiden KH Maruf Amin, beberapa upaya strategis telah dijalankan oleh Kemenperin dalam pengembangan industri halal.

"Misalnya, pengaturan ketelusuran bahan halal, pembangunan infrastruktur industri halal, fasilitasi halal kepada industri, kerja sama industri halal, hingga promosi industri halal,"kata dia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin umat Islam di Indonesia menjadi ombak dalam perekonomian, bukan sekadar buih di lautan. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, ucap Erick, Indonesia memiliki potensi menjadi pusat industri halal dunia. 

"Kita punya market yang besar dan potensi yang besar. Pada 2025, kelas menengah kita makin besar yang muslim, tapi jangan jadi buih, harus jadi ombak," ujar Erick saat seminar nasional bertajuk "Membersamai Indonesia Emas 2045 sebagai Kebangkitan Umat dengan Transformasi SDM berbasis Akhlak" di UIN Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (11/12).

Erick menilai Indonesia selama ini hanya menjadi konsumen bagi negara lain. Padahal, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar sebagai market.  Pun dalam industri halal seperti makanan halal yang justru sudah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Brasil. 

"Lihat market kita besar tapi yang ekspor halal food bukan kita, ada AS dan Brasil. Brasil kalau ekspor pemain bola juga ada di kita, tapi kalau bicara halal food masa juga kita kalahan," ucap Erick.

Erick menyampaikan negara Asia Tenggara lain melakukan ekspor barang yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang masih mengandalkan ekspor raw material atau bahan mentah. Hal ini berbeda dengan ekspor Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, yang didominasi barang jadi dan setengah jadi.

"Kalau dibandingkan negara lain, kita masih ekspor 50 persen raw material. Padahal kita harus sepakat market kita untuk pertumbuhan ekonomi kita," ungkap Erick. 

 

 

Erick menyampaikan BUMN dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) juga terus berkolaborasi dalam mendorong pemerataan ekonomi UMKM dan umat. Erick ingin pondok pesantren kembali menjadi mercusuar peradaban. 

Erick mencontohkan pondok pesantren Al-Ittifaq di Bandung yang berhasil membangun kemandirian ekonomi melalui pertanian agroponik.

"Al Ittifaq tanam buah yang tadinya impor dengan teknologi dan rumah kaca. Penyiraman pakai sistem dripping. Penduduk sekitar disuruh tanam juga, alhamdulillah hasilnya kurang terus, orang pada minta beli terus karena buah dan sayur yang dihasilkan sehat, organik, tidak pakai kimia," kata Erick.

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler