Jejak Peninggalan Islam di Madrid, Ibu Kota Eropa yang Terlupakan

Pengingat paling jelas dari masa lalu Muslim Madrid terletak pada arsitektur.

Middle East Eye
Jejak Peninggalan Islam di Madrid, Ibu Kota Eropa yang Terlupakan. Sisa warisan Islam di Madrid
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Sejak abad kesembilan, Islam datang ke Madrid, Ibu kota Spanyol. Spanyol merupakan pintu gerbang bagi agama Islam masuk ke Eropa dan berkembang.

Baca Juga

Di sana, di antara kendaraan di tempat parkir bawah tanah terletak sisa-sisa masa lalu Madrid yang terlupakan. Terbungkus kaca terdapat sisa-sisa menara pengawas Islam yang berasal dari abad ke-10, memberikan petunjuk tentang warisan Muslim kota. Di bawah kekhalifahan Bani Umayyah, Mohamed I mendirikan benteng pertahanan di perbatasan utara Kekaisaran Islam Andalusia dari kerajaan Kristen. Dibangun sekitar tahun 865, nama Madrid berasal dari bahasa Arab, Majrit.

Dilansir di Al Arabiya, Selasa (14/12), Majrit menjadi bagian dari Andalusia selama lebih dari dua abad. Perekonomian tumbuh dan berkembang melampaui peran militernya dan menjadikan Majrit menjadi kota yang makmur. 

Majrit memiliki hakim dan masjid sendiri yang menarik penduduk sekitarnya untuk berkumpul sholat Jumat. “Itu adalah kota kelas dua atau tiga di Andalusia yang berarti bukan hanya permukiman militer. Itu adalah kota kecil dan terkenal terutama karena berada di kawasan strategis dan ekspedisi militer melewati Madrid atau sekitarnya, dan itulah yang membuat kota ini begitu penting,” kata Daniel Gil-Benumeya, sejarawan Arab dan koordinator untuk Studi Islam Madrid (CEMI).

Berabad-abad hidup berdampingan secara damai

Baru pada 1085 kepemilikan kota berpindah tangan ketika raja Katolik Alfonso VI menaklukkan Majrit. Meskipun penaklukan, penguasa Katolik kota yang baru menghormati akar Islam Majrit dan memupuk koeksistensi damai antara komunitas Muslim kota dan tetangga Katolik baru mereka yang berlangsung lebih dari 500 tahun.

 

 

Menurut Gil-Benumeya, komunitas Muslim kota itu selama pemerintahan Katolik tidak pernah tumbuh melampaui angka lima persen dan terkonsentrasi terutama di lingkungan tertentu yang dikenal sebagai morerías. Meskipun demikian, komunitas memiliki kepentingan politik yang signifikan.

“Menurut undang-undang yang berlaku di seluruh Kerajaan Kastilia, Muslim dan Yahudi tidak dapat memegang jabatan publik. Namun, di Madrid ada posisi publik yang setara dengan anggota dewan untuk urbanisme, yang selama berabad-abad dipegang oleh Muslim, meskipun faktanya itu tidak sah,” kata Gil-Benumeya.

Komunitas Muslim kota juga memiliki kekuatan sosial dan ekonomi, khususnya di industri pandai besi dan konstruksi. Bahkan, pemogokan pertama yang tercatat dalam sejarah kota ini diorganisir oleh pandai besi Muslim yang menentang langkah-langkah pemisahan dan relokasi yang diusulkan oleh umat Katolik pada 1482.

Akhirnya, pada 1502, penguasa Katolik Spanyol memilih mengusir penduduk Muslim di negara itu dan menawarkan pilihan sederhana kepada kelompok itu: pindah agama atau pergi. Komunitas Islam mulai menyusut baik jumlah maupun kekuatan.

Jejak yang terlihat terbatas

Saat ini sedikit yang tersisa dari warisan Islam yang bernilai selama berabad-abad. Itu bukan kebetulan, karena pada 1561 raja Katolik Philip II menamai Majrit menjadi Madrid, ibu kota Kekaisaran Spanyol.

Pemandangan di Istana Alhambra, Spanyol. - (EPA)

 

Sebagai markas besar kerajaan Katolik terbesar di dunia pada saat itu, kota ini harus mencerminkan statusnya yang baru ditemukan dan menghilangkan indikasi masa lalu Muslimnya. "Ingatan Islam Madrid hampir hilang, dan sisa-sisanya sedikit, selain tembok dan sisa-sisa arkeologis lainnya," kata Gil-Benumeya.

Deklarasi Madrid sebagai ibu kota mengakhiri hidup berdampingan secara damai. Kerajaan Spanyol lainnya tidak berkepentingan untuk menunjukkan bahwa Madrid berasal dari Islam karena mereka ingin menciptakan dan mengkonsolidasikan kerajaan Katolik yang sejati dan mengklaim akhir dari Andalusia.

“Oleh karena itu, penting untuk menghilangkan materi masa lalu Islam dari kota dan menciptakan mitos tentang penaklukannya, sesuai dengan agama baru,” kata Sekretaris Jenderal Yayasan Kebudayaan Islam Spanyol (FUNCI) Encarna Gutierrez.

Meski begitu, barang bukti masih bisa ditemukan. Sisa-sisa tembok abad kesembilan, bagian dari benteng asli yang didirikan oleh para pendiri Muslim kota, terletak di taman Emir Mohamed, dibayangi oleh tetangganya, Katedral Almudena yang terbesar di kota.

Pengingat paling jelas dari masa lalu Muslim Madrid terletak pada petunjuk arsitektur yang dapat ditemukan di seluruh pusat kota. Dominasi Muslim dalam industri konstruksi abad pertengahan melahirkan gaya arsitektur tersendiri yang dikenal sebagai gaya Mudéjar. Ini memadukan desain Renaisans tradisional dengan pengaruh Islam dan elemen ornamen.

https://english.alaraby.co.uk/features/forgotten-european-memory-madrids-islamic-past

 
Berita Terpopuler