Usia Dominan Orang yang Terinfeksi Omicron

Orang dengan usia tertentu tampak lebih mungkin terinfeksi omicron.

AP/Paul White
Madrid, Spanyol. Varian omicron virus corona membuat dunia gelisah karena laporan infeksi terkait dengan strain mutan muncul di lebih banyak bagian dunia.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pengamatan yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan sejumlah fakta terbaru tentang omicron, varian dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19. Pengamatan tersebut juga mengungkap usia yang lebih mungkin terkena infeksi varian tersebut.

Baca Juga

Menurut Angelique Coetzee, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, ada tujuh pasien Covid-19 dengan omicron pada 18 November lalu yang dikonfirmasi di negara itu. Sebagian besar dari pasien dilaporkan berusia 40 tahun ke bawah. 

Di sisi lain, Coetzee mengatakan, sebagian besar pasien tidak mengalami gejala berat dan hanya menderita keluhan ringan. Manifestasi klinis yang paling banyak dilaporkan adalah rasa lelah selama satu atau dua hari.

"Sakit kepala dan nyeri tubuh menyertainya berikut tanda-tanda berkaitan dengan infeksi virus normal," ujar Coetzee, dilansir laman Express.co.uk, Rabu (8/12).

Meskipun ada sedikit kekhawatiran di antara orang dewasa saat ini, Institut Nasional Penyakit Menular (National Institute for Communicable Diseases) mencatat peningkatan angka rawat inap di antara bayi berusia di bawah dua tahun. Sebuah rumah sakit di Tshwane, di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, mencatat ada 52 bayi yang menjadi pasien Covid-19 antara 14 hingga 28 November.

Itu menjadikan bayi sebagai kelompok usia paling banyak ditemukan di Afrika Selatan dengan Covid-19 dari total 452 selama periode tersebut. Meski demikian, para dokter belum memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi apakah infeksi mereka didominasi omicron atau tidak.

Ada ketidakpastian tambahan seputar apakah di antara para bayi terkena Covid-19, menyusul kasus flu juga meningkat di Tshwane. Terlepas dari itu, jumlah anak dengan gejala parah akibat Covid-19 masih lebih rendah.

Penelitian tentang omicron yang dilakukan para ilmuwan telah memperingatkan bahwa itu bisa menjadi strain yang dominan. Rochelle Walensky selaku direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bahwa ada kemungkinan omicron bisa mengalahkan delta sebagai galur dominan di negara itu.

Walensky mengatakan, data awal menunjukkan itu mungkin menjadikan omicron varian yang lebih menular daripada delta. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) juga menyatakan hal sama.

Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

Dalam sebuah pernyataan, perwakilan badan itu mengatakan bahwa omicron dapat menyebabkan lebih dari setengah dari semua infeksi SARS-CoV-2 di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa dalam beberapa bulan ke depan. Banyak ahli telah memperingatkan butuh penyelidikan lebih lanjut sebelum mereka dapat menarik kesimpulan konkret terkait varian omicron.

Menyebar di 57 negara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian omicron telah menyebar di 57 negara. WHO juga memperingatkan bahwa jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap kemungkinan akan meningkat seiring dengan penyebaran varian baru tersebut secara meluas.

Dalam laporan epidemiologi mingguan, WHO mengatakan, butuh lebih banyak data untuk menilai tingkat keparahan Covid-19 yang disebabkan oleh varian omicron. Kemungkinan mutasi varian tersebut dapat mengurangi perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 yang saat ini beredar juga masih menjadi tanda tanya.
 
Gejala Ringan tak Lazim Pasien Omicron - (Infografis Republika.co.id)
 

"Bahkan, jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian delta, maka rawat inap akan meningkat," ujar pernyataan WHO.

Pada 26 November, WHO menyatakan bahwa varian omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan sebagai varian yang mengkhawatirkan. Varian omicron adalah strain SARS-CoV-2 kelima.
"Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian omicron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami," ujar WHO.
 
Kepala penelitian laboratorium di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Afrika Selatan, mengatakan, sebagian varian omicron dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer Inc dan BioNTech. Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi galur baru omicron, Sikhulile Moyo, khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat.
 

 
Berita Terpopuler