AS: Rusia Hadapi Sanksi Ekonomi Terberat Jika Serang Ukraina

AS dapat mengambil langkah ekstrem memutus Rusia dari pembayaran internasional.

AP/Denis Balibouse/Pool Reuters
Presiden AS Joe Biden, kanan dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rep: Rizky Jaramaya/Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menekankan, Rusia akan terkena sanksi ekonomi terberat jika menyerang Ukraina. Seorang sumber mengatakan, sanksi tersebut dapat menargetkan bank-bank terbesar Rusia.

Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, tim Biden telah mengidentifikasi sejumlah sanksi ekonomi jika Rusia melancarkan invasi.
Sebuah sumber terpisah yang mengetahui situasi tersebut mengatakan, AS mempertimbangkan untuk menargetan sanksi terhadap lingkaran dalam Presiden Vladimir Putin.

CNN melaporkan, AS dapat mengambil langkah ekstrem untuk memutus Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, yang digunakan oleh bank-bank di seluruh dunia. Sementara Bloomberg melaporkan, AS dan sekutu Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang menargetkan Dana Investasi Langsung Rusia. Amerika Serikat juga dapat membatasi kemampuan investor untuk membeli utang Rusia di pasar sekunder.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, AS dapat menjatuhkan sanksi yang menimbulkan kerugian finansial jika Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina. Sementara Biden mengatakan, pemerintah AS telah mengembangkan sejumlah inisiatif sanksi yang akan menyulitkan Putin.

"Kami akan mengambil langkah-langkah ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari di masa lalu," ujar Blinken.

Baca Juga

Selama dekade terakhir, AS telah menjatuhkan berbagai sanksi terhadap entitas dan individu Rusia. Sebagian besar sanksi terkait dengan invasi dan pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014. Amerika Serikat juga telah menghukum Rusia atas campur tangan pemilu, aktivitas siber berbahaya, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Sanksi yang sekarang dikenakan pada Rusia termasuk pembekuan aset, larangan berbisnis dengan perusahaan AS dan penolakan masuk ke AS. Belum lama ini, Amerika Serikat dan sekutu Eropa telah sepakat memberikan hukuman finansial yang lebih besar terhadap Rusia.

Salah satunya, memblokir Rusia dari sistem pembayaran keuangan SWIFT yang berbasis di Belgia. Sistem keuangan tersebut memindahkan uang di antara ribuan bank di seluruh dunia. Parlemen Eropa menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan langkah itu, jika Rusia menginvasi Ukraina.

Pakar sanksi dan politik energi yang berafiliasi dengan lembaga think tank Carnegie Moscow Center, Maria Shagina, menjatuhkan sanksi dengan memblokir suatu negara dari sistem SWIFT berhasil dilakukan oleh AS kepada Iran.

AS menjatuhkan sanksi terhadap program nuklir Iran, dengan menekan SWIFT untuk memutuskan bank-bank Iran dari sistem pembayaran keuangan global. Akibat sanksi tersebut, Iran kehilangan hampir setengah dari pendapatan ekspor minyaknya dan sepertiga dari perdagangan luar negerinya. "Dampaknya pada ekonomi Rusia akan  menghancurkan,” ujar Shagina.

Rusia bergantung pada ekspor minyak dan gas alamnya, yang memiliki porsi lebih dari sepertiga pendapatan negara. Rusia sangat bergantung pada SWIFT, untuk mendapatkan pundi-pundi petrodollar.

Sejak 2014, Rusia telah berupaya keras melindungi sistem keuangan domestiknya agar tidak dikeluarkan dari sistem SWIFT. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dapat menyebabkan kerugian tidak langsung bagi ekonomi Barat.

Pilihan terakhir

Mantan duta besar AS untuk Ukraina dan diplomat karir, John Herbst, mengatakan, pilihan untuk mengeluarkan Rusia dari sistem SWIFT akan menjadi pilihan terakhir. Pemerintahan Biden semakin membatasi kemampuan Rusia untuk meminjam uang, dengan melarang lembaga keuangan AS membeli obligasi pemerintah Rusia dari lembaga negara.  Tetapi sanksi tidak menargetkan pasar sekunder.

Herbst menyatakan, AS akan memberikan sanksi keuangan yang menargetkan orang-orang terdekat Putin dan keluarga mereka. Selain itu, AS juga akan menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap bank-bank Rusia dan sektor energi vital Rusia.


 
Berita Terpopuler