Skenario Perjodohan Pilpres: Unggul Dikit Belum Tentu Menang

Semuanya dinilai masih meraba-raba untuk membuat skenario perjodohan di Pilpres 2024.

Republika
Poster capres cawapres
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Haura Hafizhah, Febrianto Adi Saputro, Rr Laeny Sulistyawati

JAKARTA -- Euforia sedang melanda sejumlah politikus Indonesia, menyusul dirilisnya survei kandidat calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pilpres 2024. Sejumlah nama yang masuk dalam daftar calon dalam survei yang dirilis Indikator Politik Indonesia (IPI) saling kejar dan hanya angkanya hanya selisih sedikit saja. Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin keunggulan salah satu pasangan capres-cawapres dalam survei tidak bisa jadi patokan lantaran survei bersifat dinamis.

Baca Juga

"Unggul sedikit belum tentu menang. Karena survei itu sifatnya dinamis," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/12).

Dalam survei Indikator, pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir (ET) mengungguli pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto-Puan Maharani. Menurutnya, hal ini masih akan terus berubah karena politik sifatnya dinamis. Surveinya juga dinamis bisa naik, stagnan bahkan turun elektabilitasnya.

Apalagi, kata Ujang, semua masih belum jelas siapa dan akan berpasangan dengan siapa. Selain itu juga belum terlihat partai mana mendukung pasangan mana.

"Semua masih dihubung-hubungkan, masih dikaitkan, masih simulasi dengan banyak kemungkinan. Semua belum terlihat siapa yang akan unggul itu karena para kandidat masih di bawah 50 persen elektabilitasnya," katanya.

Meski Prabowo-Puan atau Ganjar-ET dalam survei berada di atas, keunggulan itu tipis. Apalagi hasil surveinya masih jauh dari angka 50 persen. Menurut Ujang, semuanya masih pasang kuda-kuda dan meraba untuk membuat skenario perjodohan dalam Pilpres 2024 nanti.

"Unggul sedikit belum tentu menang. Karena survei itu sifatnya dinamis. Bisa naik, stagnan bahkan turun. Minus Prabowo-Puan, banyak pendukungnya yang kecewa terutama kelompok 212 dan Puan elektabilitasnya masih rendah," kata dia.

Ia menjelaskan, kekurangan Ganjar-ET tidak didukung PDIP dan tidak punya partai. Sementara kekurangan Anies-Sandiaga...

Ia menjelaskan, kekurangan Ganjar-ET tidak didukung PDIP dan tidak punya partai. Sementara kekurangan Anies-Sandiaga menjadi pihak yang bersebrangan dengan pihak pemerintah.

Lalu, kelebihan Prabowo-Puan didukung oleh partai besar. Sedangkan kelebihan Ganjar-ET punya uang segudang dan kelebihan Anies-Sandi adalah pasangan muda.

"Karena jaraknya tipis-tipis. Juga elektabilitas mereka juga belum ada yang di atas 50 persen. Semua masih bisa saling mengalahkan hingga pertarungan di hari-H nanti. Karena pertarungannya masih jauh. Ibarat lari maraton, ini baru start. Belum joging, lari cepat, lari pelan lagi, atur nafas agar bisa menyentuh garis finish," kata dia.

Baca Juga: Pasangan Dibongkar, Ganjar-Erick Ungguli Prabowo-Puan

Sebelumnya diketahui, Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei pasangan capres-cawapres 2024. Dari dua simulasi yang dilakukan dengan membongkar pasang capres-cawapres, Ganjar Pranowo-Erick Thohir mengungguli pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto-Puan Maharani.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, saat ini tidak ada pasangan capres-cawapres 2024 yang paling dominan atau mengungguli pasangan calon lainnya. Dari tiga pasangan yang disimulasikan, pasangan Ganjar-Erick unggul tipis. Ganjar-Erick memperoleh 31,1 persen, Anies-Sandiaga 30,8 persen, Prabowo-Puan 28,1 persen.

"Ini kalau Ganjar sama Erik lagi-lagi juga tidak ada bedanya sangat signifikan. Artinya, ya ideal duel kalau tiga pasangan ini maju," ujar Burhanudin dalam keterangannya saat paparan survei, Ahad (5/12).

Baca Juga: Puan Disebut Kandidat Cawapres Terkuat Disusul Emil & AHY

Simulasi berikutnya, jika Pilpres 2024 diikuti pasangan Anies-Erick, Ganjar-Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar), serta Prabowo-Puan. Hasilnya masing-masing pasangan ini yakni Anies-Erick memperoleh 28,2 persen, Ganjar-Airlangga 28,8 persen sedangkan Prabowo-Puan 29,9 persen.

Sejumlah politikus parpol pun juga angkat bicara mengenai hasil survei Indikator tersebut. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak menutup kemungkinan bakal mengusung capres dari tokoh-tokoh yang tidak terafiliasi dengan partai politik pada Pilpres 2024.

Sejumlah politikus parpol pun juga angkat bicara mengenai hasil survei Indikator tersebut. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak menutup kemungkinan bakal mengusung capres dari tokoh-tokoh yang tidak terafiliasi dengan partai politik pada Pilpres 2024. Kemungkinan itu disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani, saat merespons hasil survei Indikator terkait simulasi tiga nama capres-cawapres 2024.

Ia berkata, PPP bersikap dengan melihat juga potensi-potensi yang ada di luar kalangan partai politik. "Yang ada di luar kalangan parpol itu kan banyak dalam arti bukan tokoh kalangan partai tertentu saat ini, mulai dari yang ada di kabinet ada Pak Erick, ada Pak Tito, ada Pak Mahfud," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/12).

Sementara itu dari jajaran kepala daerah ada sejumlah nama yang juga dinilai oleh PPP berpotensi pada Pilpres 2024 mendatang seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa. Arsul mengungkapkan, salah satu kriteria yang dipertimbangkan PPP yaitu punya pengalaman pemerintahan baik pada level nasional maupun sebagai kepala daerah.

"Tentu hasil survei itu menjadi salah satu pertimbangan tetapi tidak satu-satunya pertimbangan," ujarnya.

PPP juga mendukung agar Pilpres 2024 diikuti lebih dari dua pasangan. Pilpres 2014 dan 2019 cukup jadi pelajaran agar polarisasi di tengah masyarakat tidak kembali terjadi.

"Bukan berarti kalau lebih dari tiga tidak ada keterbelahan, ada tetapi saya kira derajatnya itu akan lebih sedikit lah seperti yang pernah kita alami di pilpres 2009 dan 2004," tuturnya.

Sejauh ini keseriusan untuk membentuk poros baru belum ada. Namun PPP terus melakukan komunikasi dengan sejumlah partai lain.  

Sementara Politikus Partai Nadem Teuku Taufiqulhadi menyatakan Pemilu 2024 masih lama. Meski begitu ia mengakui nama-nama dalam rilis survei capres-cawapres 2024 itu sangat bersaing.

"Sejauh ini nama-nama tersebut memang sangat bersaing dan mampu memperkenalkan diri dengan baik. Tapi pemilu masih jauh," ujar Politikus Partai Nasdem Teuku Taufiqulhadi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/12).

Taufiq berkata, dalam interval waktu yang lebar nantinya, masih akan ada berbagai faktor lain yang bisa mendongkrak popularitas para kandidat atau faktor lain yang membuat nama mereka semakin merosot. "Sehingga, kami dari partai politik akan terus mengikuti perkembangan ini," katanya.

Partai Nasdem, kata Taufiq, akan selalu mempertimbangkan hal-hal seperti ini. Selain itu, Nasdem juga mengaku memiliki strategi akan mengadakan konvensi untuk menghadapi masalah ini.

Politikus Partai Golkar Bobby Adhityo Rizaldi menanggapi gembira rilis survei capres-cawapres 2024 dari Indikator Politik Indonesia. Ia menilai elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartato dalam survei tersebut luar biasa.

"Iya perkembangan sangat luar biasa signifikan dari Pak Airlangga Hartato, di situ mencapai 28,8 persen dari elektabilitas survei April dan Agustus," ujar Bobby saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/12).

Ia berkata, saat melihat secara keseluruhan tentu ini relevan dengan kinerja elektoral capres-capres yang merupakan anggota parpol. Kendati demikian, ia menilai survei ini lebih tepat menggambarkan langsung simulasi pencapresan, dibanding mengukur elektabilitas individu. Sebab, ia mengingatkan capres membutuhkan dukungan parpol dan anggotanya.

"Ini juga tentu sejalan dengan kinerja sektor ekonomi di mana Airlangga Hartato yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia mampu mengejawantahkan misi visi Presiden dalam upaya pemulihan ekonomi era pandemi ini," kata anggota Komisi I DPR itu.

Untuk itu, ia meminta hasil survei ini bisa menjadi semangat para tokoh-tokoh agar bersinergi dalam giat pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, selisih hasil survei tersebut sangat tipis, lebih kecil dari margin error.

 
Berita Terpopuler