AS akan Jatuhkan Sanksi yang Hancurkan Ekonomi Rusia

AS telah menerapkan berbagai sanksi terhadap entitas dan individu Rusia

AP/Denis Balibouse/Pool Reuters
Presiden AS Joe Biden, kanan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertemu, sebelum KTT AS-Rusia, di Jenewa, Swiss, Rabu, 16 Juni 2021. AS memiliki banyak pilihan untuk memenuhi janji dalam memukul Rusia secara finansial.
Rep: Dwina Agustin/Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memiliki banyak pilihan untuk memenuhi janji dalam memukul Rusia secara finansial. Upaya ini menjadi pertimbangan yang berat jika Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina.

Sanksi yang disiapkan mulai dari menargetkan rekanan Putin hingga memutuskan Rusia dari sistem keuangan yang mengirim uang mengalir ke seluruh dunia. Upaya ini dipertimbangkan usai AS dan sekutu Eropa tidak mengumumkan secara terbuka tentang rencana untuk merespons secara militer jika Putin mengirim pasukan di sepanjang perbatasan ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjanjikan kerugian finansial terhadap Rusia. "Langkah-langkah ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari di masa lalu," ujarnya pada pekan ini.

Presiden Joe Biden pada Jumat (3/11) juga telah menegaskan AS telah mengembangkan serangkaian inisiatif paling komprehensif dan bermakna untuk membuat sangat sulit bagi Putin. AS selama dekade terakhir telah menerapkan berbagai sanksi terhadap entitas dan individu Rusia. Banyak dari mereka terlibat dalam invasi dan pencaplokan Krimea oleh Rusia dan dukungannya untuk separatis bersenjata di Ukraina timur pada 2014.

Baca Juga

Sanksi AS juga telah berusaha untuk menghukum Rusia atas campur tangan pemilu, aktivitas siber berbahaya, dan pelanggaran hak asasi manusia. Sanksi yang sekarang dikenakan pada Rusia termasuk pembekuan aset, larangan berbisnis dengan perusahaan AS, dan penolakan masuk ke AS. Namun dalam upaya untuk menghukum Rusia, Barat selama bertahun-tahun telah membebani hukuman finansial yang lebih besar.

Upaya sanksi finansial adalah memblokir Rusia dari sistem pembayaran keuangan SWIFT yang berbasis di Belgia. Sistem ini memindahkan uang di antara ribuan bank di seluruh dunia. Parlemen Eropa tahun ini menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan langkah itu jika Rusia memang menginvasi Ukraina.

Pakar sanksi dan politik energi yang berafiliasi dengan lembaga think tank Carnegie Moscow Center, Maria Shagina, menjatuhkan sanksi dengan memblokir suatu negara dari sistem SWIFT berhasil dilakukan oleh AS kepada Iran. AS menjatuhkan sanksi terhadap program nuklir Iran, dengan menekan SWIFT untuk memutuskan bank-bank Iran dari sistem pembayaran keuangan global.

Akibat sanksi tersebut, Iran kehilangan hampir setengah dari pendapatan ekspor minyaknya dan sepertiga dari perdagangan luar negerinya. Kondisi tersebut pun bisa sama dengan Rusia. "Dampaknya pada ekonomi Rusia akan  menghancurkan,” ujar Shagina.

Rusia bergantung pada ekspor minyak dan gas alamnya untuk memasok lebih dari sepertiga pendapatan federalnya. Negara ini bergantung pada SWIFT untuk membuat petrodollar mengalir.

Rusia telah bekerja sejak 2014 untuk melindungi sistem keuangan domestiknya dari pemutusan hubungan semacam itu. Pemotongan SWIFT akan menyebabkan kerugian tidak langsung bagi ekonomi Barat juga.

Mantan duta besar AS untuk Ukraina dan diplomat karier John Herbst meyakini sementara SWIFT tidak lepas dari pembahasan. Keputusan pemutusan SWIFT ini dinilai akan menjadi pilihan terakhir.

Pemerintahan Biden awal tahun ini semakin membatasi kemampuan Rusia untuk meminjam uang dengan melarang lembaga keuangan AS membeli obligasi pemerintah Rusia langsung dari lembaga negara. Namun, sanksi tidak menargetkan pasar sekunder yang menjadikan ini sebagai kemungkinan langkah selanjutnya.

Alat dan target lain yang mungkin sanksi keuangan yang menargetkan orang-orang yang dekat dengan Putin dan keluarga mereka. Kemudian akan lebih banyak sanksi terhadap bank-bank Rusia dan sektor energi vital Rusia.

 
Berita Terpopuler