Cara Menjauhkan Diri dari Kesedihan dan Kekhawatiran

Ada tiga poin kunci yang memungkinkan manusia membebaskan diri dari belenggu hidup.

Pixabay
Cara Menjauhkan Diri dari Kesedihan dan Kekhawatiran
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rata-rata manusia di negara maju berjuang melawan kesedihan dan kekhawatiran setiap hari. Sementara mayoritas penduduk dunia lainnya menghadapi kemiskinan ekstrem, kelaparan, konflik dan keputusasaan.

Baca Juga

Namun, manusia memiliki hak istimewa untuk menjalani kehidupan yang relatif mudah dengan mengatasi ketakutan, stres, dan kecemasan. "Mengapa kita yang diberkati dengan kekayaan yang tak tertandingi tenggelam dalam kesepian dan keputusasaan? Kita hidup di masa kebingungan, kita berusaha sekuat tenaga, namun mengumpulkan harta benda tidak dapat berbuat apa-apa untuk memperbaiki hati yang hancur dan jiwa yang hancur," kata seorang penulis dan editor Aisha Stacey dilansir di About Islam.

Dia mengatakan, saat ini lebih dari waktu lain dalam sejarah umat manusia, stres, kecemasan, dan masalah psikologis berdampak besar pada kondisi manusia. Namun, keyakinan agama harus memberikan rasa nyaman.

Tampaknya manusia abad ke-21 telah kehilangan kemampuan untuk berhubungan dengan Tuhan. "Merenungkan makna hidup tidak lagi mengatasi perasaan ditinggalkan. Keinginan untuk memperoleh harta benda ini, yang dalam beberapa cara membenarkan alasan keberadaan kita, telah menjadi 'olesan' yang menenangkan jiwa kita yang bermasalah. Mengapa demikian?" kata dia.

Dia mengatakan, dalam Islam, jawabannya sangat sederhana. Manusia kembali kepada Pencipta.

 

Tuhan tahu apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya. Dia memiliki pengetahuan lengkap tentang jiwa manusia.

Dia tahu tentang rasa sakit, keputusasaan, dan kesedihan. Tuhan adalah dzat yang seseorang capai dalam kegelapan. Ketika seseorang menempatkan Tuhan kembali dalam hidupnya, maka rasa sakit akan mereda.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram," (QS. Ar-Ra'd Ayat 28).

"Islam bukanlah agama yang penuh dengan ritual-ritual kosong dan aturan dan peraturan yang hiperkritis, meskipun bisa jadi terlihat begitu jika kita lupa apa sebenarnya tujuan hidup kita. Kita diciptakan untuk menyembah Tuhan, tidak lebih dan tidak kurang," kata Stacey.

Dalam belas kasih dan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, Dia tidak meninggalkan umatnya ke dunia yang penuh dengan cobaan dan kesengsaraan ini.

 

Dia mempersenjatai umat dengan senjata. Senjata-senjata ini lebih kuat daripada gudang senjata tentara abad ke-21 yang hebat. Allah Ta'ala memberi umatnya Alquran dan tradisi otentik Nabi-Nya Muhammad.

Ada tiga poin kunci yang akan memungkinkan orang percaya untuk membebaskan dirinya dari belenggu kehidupan abad ke-21. Di antaranya adalah kesabaran, rasa syukur, dan kepercayaan kepada Tuhan (tawakal).

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah ayat 155).

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku," (QS. Al-Baqarah Ayat 152)

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal," (QS. Ali Imran ayat 160).

https://aboutislam.net/reading-islam/understanding-islam/step-away-sadness-worry/

 
Berita Terpopuler