Mencicipi Piza Papua: Sagu Bakar Suku Marind

Adonan sagu bakar suku Marind terbuat dari tepung sagu dan kelapa parut.

Republika/Priyantono Oemar
Piza Papua lapis telur dadar buatan warga Merauke, Tobias Keije.
Rep: Priyantono Oemar Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE -- Setiap malam selama hampir setahun ini, Tobias Keije berjualan sagu bakar. Sesungguhnya, bukan itu saja pekerjaan Tobias.

Siang hari, Tobias bekerja sebagai aparatur sipil negara di Keluarahan Karang Indah, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Papua. Ia lulusan STPDN Kampus Manado, Sulawesi Utara.

"Tak perlu malu untuk berbuat sesuatu demi Papua selatan," ujar Tobias, Sabtu (27/11) malam..

Jika memilih tak peduli, Tobias cukup tinggal di rumah, menikmati hobi makan dengan nongkrong di tempat makan, sementara gaji masuk rekening setiap bulan. Tapi ia tak mau seperti itu. Lewat kuliner, ia bisa memperkenakan makanan Papua selatan dan memberdayakan petani sagu.

Sebelum memberanikan diri mulai memasak sagu bakar, Tobias sering "berguru" pada pedagang lalapan Lamongan dan pedagang martabak. Ia pun menjelaskan perbedaan martabak dengan makanan yang dijajakannya.

"Kalau martabak pakai tepung terigu, kalau sagu bakar tepungnya pakai tepung sagu. Ini masakan khas suku kami, Marind," kata Tobias

Tobias membeli tepung sagu Rp 150 ribu per 25 kilogram. Tepung itu lalu ia campur dengan kelapa parut.

"Empat kilo tepung sagu memerlukan kelapa parut dua buah," katanya.

Penjual piza Papua, Tobias Keije, melayani pembeli. - (Republika/Priyantono Oemar)

Tobias kemudian membakar sagu di loyang. Setelah itu, ia menambahkan bahan lain, seperti gula aren, cokelat, telur, dan daging rusa.

"Ini saya sebut piza Papua,” kata Tobias sehabis membakar sagu yang diberi lapisan telur dadar dan saus.

Untuk berani berjualan sagu bakar berbagai rasa, Tobias terlebih dahulu menguji coba dengan berbagai bahan. Ia mengaku pernah sakit perut saat menjajal resep baru.

"Itu tandanya bumbunya tidak sesuai," kata dia.

Pada awal memulai usaha, penghasilan Tobias hanya Rp 200 ribu per hari. Kini, setelah 10 bulan berjualan, penghasilannya bisa Rp 1 juta per hari.

Tobias buka warung di Taman Libra, Merauke, mulai 18.30-22.00 WIT.

Baca Juga

Sagu bakar ini memang enak disantap saat masih hangat.

Sagu bakar yang dijuluki piza Papua oleh penjualnya, Tobias Keije. - (Republika/Priyantono Oemar)

"Enaknya bersama teh atau kopi," kata Tobias.

Malam itu, Republika.co.id hanya makan malam dengan piza Papua. Sagu bakar berlapis telur dadar. Cukup mengenyangkan untuk satu porsi seharga Rp 20 ribu.

Untuk rasa gula aren dan cokelat, harga dipatok Rp 15 ribu per porsi. Tapi malam itu, stok daging rusa sedang kosong.

 
Berita Terpopuler