Putin Ingatkan Garis Merah untuk NATO, Jangan Main-Main

Putin mengaku bisa saja mengerahkan rudal hipersonik, tapi tak dilakukan.

ap/Mikhail Metzel/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rep: Fergi Nadira/Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa menciptakan ancaman militer buat Rusia di wilayah Ukraina adalah garis merah untuk Moskow. Apalagi sampai mengerahkan senjata hipersonik.

"Jika sistem rudal ofensif dikerahkan di wilayah Ukraina, waktu penerbangan ke Moskow adalah tujuh hingga 10 menit, dan dalam kasus penyebaran senjata hipersonik, lima menit," ujarnya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (1/12).

"Garis merah adalah menciptakan ancaman yang bisa datang dari wilayah (Ukraina) untuk kami (Rusia)," ujarnya berbicara di sebuah forum ekonomi di Moskow.

Presiden Putin kemudian menekankan bahwa jika senjata ofensif muncul di Ukraina, Rusia harus menciptakan sesuatu yang serupa terhadap mereka yang mengancam negara. Putin kemudian memamerkan uji coba rudalnya yang berhasil.

Menurutnya Rusia bisa saja  mengerahkan rudal hipersonik. Tetapi untuk mencegah eskalasi, negaranya memilih untuk tidak melakukannya. Ia juga berharap hal itu tidak perlu dilakukan lagi di masa depan.

"Kami dapat melakukannya (menyebarkan senjata hipersonik) sekarang. Kami telah menguji, dan berhasil, dan kami akan memiliki rudal berbasis laut hipersonik baru pada 9 Maret," ujar Putin.

"Saya harap tidak sampai ke situ. Saya harap akal sehat dan tanggung jawab terhadap negara dan masyarakat dunia tetap terjaga," ujarnya menambahkan.

Putin mengatakan, dia menyesal bahwa hubungan Rusia - Barat memburuk begitu parah, mengingat bahwa pada 1990-an hubungan kedua negara hampir bersekutu. Namun sayangnya dengan cepat menurun setelah keputusan NATO untuk memindahkan infrastrukturnya dekat dengan perbatasan Rusia.

Putin mengatakan, latihan skala besar di dekat perbatasan Rusia menimbulkan ancaman bagi Rusia dan itu sangat mengkhawatirkan. Mengenai kemungkinan invasi ke Ukraina, presiden mengatakan ada pembicaraan tentang hal itu pada awal tahun. Namun pasukan Rusia tidak meninggalkan perbatasan negara itu.

Ditanya tentang niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden untuk masa jabatan berikutnya? Putin mengatakan konstitusi Rusia memberikan kemungkinan seperti itu. Ini adalah faktor stabilisasi, namun, dia belum membuat keputusan apa pun.

Blinken Bertemu Lavrov

Sementara itu, pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan, Menteri Luar Negeri Antony Blinken bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di pertemuan sela forum Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Stockholm. Pertemuan Rabu (1/12) gelar ketika hubungan kedua negara memanas.

Baca Juga

Hubungan Aliansi militer Barat dan Rusia sedang memanas karena Moskow menumpuk pasukan dekat perbatasan Ukraina. Namun Rusia menilai NATO yang telah memindahkan senjatanya di perbatasan dengan Rusia. 

Sebelum bertemu dengan Lavrov, Blinken menggelar pertemuan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Kuleba telah mendesak NATO mempersiapkan sanksi ekonomi pada Rusia dan meningkatkan kerja sama dengan Ukraina. Hal ini disampaikan saat Kiev yang bekas bagian Uni Soviet itu kini ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.

Ukraina menjadi titik perselisihan Rusia dan negara-negara Barat. Situasi itu mendorong hubungan kedua pihak berada di titik terendahnya sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade yang lalu. "Kami akan meminta sekutu-sekutu kami untuk bergabung dengan Ukraina dalam menyusun paket pencegahan," kata Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba saat tiba untuk bertemu dengan pejabat-pejabat NATO di Riga.

Ia mengatakan dalam paket ini NATO harus mempersiapkan sanksi-sanksi ekonomi untuk diberlakukan pada Rusia. "(Bila) Rusia memilih skenario terburuk," katanya.

Kuleba menambahkan NATO juga harus meningkatkan kerja sama militer dan pertahanan dengan Ukraina. Pada Selasa (30/11) kemarin NATO dan Amerika Serikat (AS) memperingatkan Moskow akan membayar harga mahal jika mereka menggelar agresi militer baru pada Ukraina.

"Setiap agresi Rusia pada Ukraina di masa depan akan menimbulkan harga mahal dan konsekuensi ekonomi dan politik serius bagi Rusia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di hari pertama pertemuan dengan 30 sekutu NATO di Riga.

 
Berita Terpopuler