100 Hari Taliban di Afghanistan, Masih Cari Pengakuan

Imarah Islam menandai 100 hari berkuasa di Afghanistan.

EPA-EFE/STRINGER
Warga Afghanistan berkumpul di luar kantor paspor saat Taliban melanjutkan penerbitan paspor, di Kabul, Afghanistan, 13 November 2021.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  KABUL -- Kelompok Militan Taliban telah memetik pelajaran penting. Mengganti rezim, ternyata lebih mudah daripada memerintahnya. Bahkan setelah 100 hari menyatakan diri berdirinya pemerintahan Imarah Islam, kelompok itu masih mencari pengakuan internasional.

Baca Juga

Imarah Islam menandai 100 hari berkuasa di Afghanistan, Selasa (23/11). Sebelumnya, upaya diplomatik berulang kali diluncurkan, yang dipimpin oleh Amir Khan Muttaqi.

Upaya ini dilakukan dengan tujuan mencapai pengakuan internasional bagi pemerintah baru Afghanistan, yang dipimpin oleh Mawlawi Hebatullah Akhundzada, pemimpin tertinggi Imarah Islam.

Dilansir di ANI News, Rabu (24/11), Pejabat Imarah Islam terbang ke berbagai negara regional untuk mencari keterlibatan dan membangun hubungan dengan pemerintah asing.

Sebagai imbalannya, perwakilan dari setidaknya enam negara mengunjungi Afghanistan dan mengadakan pembicaraan dengan para pejabat. Selama 100 hari pertama, enam pertemuan regional dan internasional yang signifikan diadakan di Afghanistan.

Iran, Pakistan, India, Rusia dan Cina telah menjadi tuan rumah pertemuan di Afghanistan. Para pemimpin G20 dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) turut membahas masalah Afghanistan dalam sesi terpisah.

 

 

Berdasarkan artikel yang dimuat oleh media lokal, Tolo News, meski telah mengunjungi sejumlah negara, ada hasil yang bertentangan dengan harapan mereka. Pengakuan pemerintah Imarah Islam tidak pernah dibahas dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan tersebut terutama berfokus dan menekankan pada sejumlah topik umum, seperti pemerintahan inklusif, hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, hak pendidikan dan pekerjaan untuk perempuan maupun anak perempuan Afghanistan, serta tanah Afghanistan yang tidak digunakan sebagai platform untuk pemberontakan/terorisme.

"Kebijakan diplomatik dan luar negeri Imarah Islam terbatas pada beberapa negara tetangga dan regional selama seratus hari. Negara-negara sedang menunggu untuk melihat apakah Taliban akan memenuhi apa pun yang mereka lakukan sebelumnya atau tidak," kata mantan penasihat untuk Kementerian Luar Negeri, Fakhruddin Qarizada.

 

Saat ini, dilaporkan ada sebelas negara, termasuk Iran, Pakistan, Cina, Rusia, Turki, Qatar, Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, Kirgistan, Italia dan Uni Emirat Arab, yang telah membuka kedutaan di Afghanistan.  

 
Berita Terpopuler