Naskah Khutbah Jumat: Ketika Sehat Lupa, di Kala Sakit Ingat

Nikmat sehat menjadi nikmat Allah yang terbesar setelah nikmat Islam.

Wihdan Hidayat / Republika
Naskah Khutbah Jumat: Ketika Sehat Lupa, Dikala Sakit Ingat. Jamaah memgukur suhu tubuh sebelum memasuki Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Senin (12/4). Masjid Gede Kauman kembali menyelenggarakan shalat tarawih berjamaah pada Ramadhan 1442 H. Namun jamaah dibatasi hanya untuk warga sekitar masjid dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ketat.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Cristoffer Veron PAnggota Grup Jaringan Anak Panah, Alumnus SMK Muhammadiyah 1 Kota Yogyakarta

Baca Juga

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

Sidang Jumat yang terhormat,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pemberi atas persembahan nikmat sehat yang kini tengah kita rasakan dalam pekik Covid-19. Melalui percikan nikmat sehat-Nyalah kita dapat terbebas dari serangan Covid-19 sehingga mampu menunaikan sholat Jumat dengan khusyuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, sang patron kemanusiaan yang perangai-perangainya dapat dibingkai dan dijadikan mata air keteladanan agar termanifes insan mencerahkan semesta.

Sidang Jumat yang terhormat,

Kehidupan telah bertransformasi menjadi kegetiran. Ia muncul atas terjadinya peristiwa mengerikan. Boleh jadi peristiwa itu diangkat atas perestuan Ilahi untuk menyadarkan alam pikir manusia agar senantiasa ingat kepada-Nya. Serpihan ragam peristiwa selalu membawa ‘ibrah dan tamsil berharga untuk kita jadikan bahan kontemplasi diri agar tidak terjebak dalam sangkar besi kesilauan duniawi.

Covid-19 menjadi bukti dari pantulan kegetiran itu. Semula kita tak percaya. Namun, dengan berjalannya waktu dan satu per satu orang-orang terkasih di sekitar kita wafat karena Covid-19. Memberikan bukti nyata jika kejadian ini sungguh benar adanya, bukan konspirasi. Hanya dengan serangan Covid-19, dunia murung dan sistem kehidupan kita berubah secara komprehensif.

Dalam masa ini, segelintir dari kita banyak mengalami penurunan kondisi tubuh (sakit). Sakit kian merebak luas. Mungkin barangkali baru pada era ini terjadi ‘sakit berjamaah’. Dikatakan demikian karena hampir, bahkan seluruh anggota keluarga tertimpa sakit. Dan jenis penyakitnya pun hampir paralel: demam, flu, diare, pusing, nyeri sendi, dan sebagainya.

Ketika kita sakit, hal yang terbayang dalam alam pikir kita: “Kapan bisa sembuh?” Ini menjadi pertanyaan umum dari kita tatkala sakit. Namun, pernahkah kita mengubah pertanyaan itu dengan sebuah pernyataan: “Betapa agungnya nikmat sehat yang diberikan Allah kepadaku?” Pernyataan ini akan menghujam jiwa kita yang selama ini melupakan nikmat tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: “Ada dua nikmat yang terlupakan (manusia lari daripadanya), yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR Bukhari).

Baca juga : Mimpi Bertemu dengan Allah SWT, Mungkinkah?

Sidang Jumat yang terhormat,

Nikmat sehat menjadi nikmat Allah yang terbesar setelah nikmat keselamatan (Islam). Selama ini, sadarkah kita bahwa setiap hari Dia membentangkan nikmat sehat kepada kita dengan memberikan oksigen (O2) secara gratis.

Bayangkan jika hidup tanpa oksigen, apa yang akan terjadi dengan kita? Hal tersebut mengingatkan kita pada orang-orang yang kalang kabut mencari tabung oksigen untuk bisa menyelamatkan nyawa keluarga yang kini tengah terbaring lemah di bangsal UGD maupun ICU akibat terpapar Covid-19.

Kala kita sakit, barulah ingat betapa mahalnya nikmat sehat. Namun, kala sehat kita justru melupakan waktu luang untuk bersyukur.

Ini adalah keanehan yang benar-benar terjadi pada makhluk berakal budi. Kita menjadi insan dungu dengan tidak cendekia dan arif dalam mensyukuri nikmat Allah. Dia menyatakan jika,

وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ

Artinya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih” (QS Saba’ [34]: 13).

Benarlah yang dilukiskan-Nya berkelindan dengan kenyataan sesungguhnya. Artinya, sedikit sekali kita yang mau bersyukur atas nikmat-Nya. Boleh jadi atas kelantaman meremehkan nikmat-Nya itu, dihantamlah deret penyakit agar kita sadar sebagai makhluk daif yang tidak memiliki kekuatan apapun kecuali Dia. Karenanya penting sekali kita untuk bersyukur supaya Dia menambah (nikmat) kepada kita, demikianlah sumpah Allah dalam QS Ibrahim [14]: 7.

Baca juga : Pemimpin Taliban Peringatkan Kemungkinan Adanya Penyusup

Walaupun sakit dan sehat berkorelasi dengan kekuasaan-Nya, namun manusia wajib berusaha agar teraktualisasikan hidup yang sehat. Kesehatan itu penting, tanpa sehat maka hidup tak berarti. Karena sehat itu menyenangkan dan senang itu merupakan sayap dari menyehatkan.

Menjalani kehidupan di dunia ini tanpa sehat, seperti lost everything. Lindungilah tubuh kita dari segala hal yang berpotensi dapat mendatangkan benih penyakit. Sudahilah mengonsumsi hal-hal yang merusak jaringan tubuh.

Tahanlah diri kita dengan nafsu duniawi yang melampaui. Dekonstruksilah pola hidup kita sekarang juga agar tercipta hidup sehat lahir-batin.

  أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى  مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ  مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sidang Jumat yang terhormat,

Selaku khatib sekali lagi saya menyeru untuk mensyukuri nikmat sehat ini. Sebuah nikmat nian glamor di alam raya, mengalahkan keglamoran seorang Youtuber sekalipun.

Sekali jatuh sakit, niscaya kita langsung berlomba-lomba mencari nikmat itu agar tubuh dapat sehat kembali. Semoga momentum Covid-19 ini dapat senantiasa untuk menyadarkan kita supaya menjadi insan yang gemar bersyukur sepanjang hayat atas bentangan nikmat-nikmat-Nya, wabil khusus nikmat sehat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah (HR Tirmidzi). Amin.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ

 اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالعَافِيَةَ وَالْمُئَافَدَةِدَائِمَةً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَالْفَوْزُبِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاتِ مِنَ النَّارِ

 اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Baca juga : Menunggu Kepastian Keberangkatan Jamaah Umroh

Link artikel asli

 
Berita Terpopuler