Muslim Inggris-AS Target Intimidasi dan Kejahatan Rasial

Sebanyak 45 persen pelanggaran kejahatan rasial dialami Muslim di Inggris.

AP/Aaron Chown/PA
Muslim Inggris-AS Target Intimidasi dan Kejahatan Rasial. Umat Muslim beribadah di Masjid London Timur & Pusat Muslim London di London timur, Inggris.
Rep: Mabruroh/Zahrotul Oktaviani/Haura Hafizhah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mabruroh, Zahrotul Oktaviani, Haura Hafizhah

Baca Juga

LONDON -- Sebuah sensus baru oleh Home Office (Departemen Imigrasi, Keamanan, dan Hukum Inggris) mengungkapkan, Muslim menjadi target hampir setengah dari kejahatan kebencian agama. 

Dilansir di Standard.co.uk, Rabu (3/11), pelanggaran kejahatan rasial yang tercatat terhadap Muslim mencapai 45 persen dari semua kejahatan rasial agama yang tercatat hingga Maret 2021, proporsi yang sama dengan tahun sebelumnya.

Menurut Home Office, 2.703 pelanggaran terhadap Muslim termasuk tindakan yang menargetkan lebih dari satu kelompok agama. Contohnya, di mana agama korban yang dianggap tidak sama dengan kelompok agama pelaku.

Kejahatan kebencian bermotivasi rasial mengalami peningkatan sebesar 12 persen. Volume dakwaan telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan perlunya tindakan lebih lanjut.

Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris (MCB) Zara Mohammed mengutuk bentuk kefanatikan yang meluas dan ancaman yang ditimbulkannya, terutama bagi kaum Muslim muda. November ini telah menjadi awal Bulan Kesadaran Islamofobia (IAM).

 

Organisasi Muslim menyerukan kesadaran dan toleransi yang lebih luas untuk membantu mengatasi masalah kejahatan rasial bermotif rasial dan agama ini. Salah satu solusi, yang didukung oleh MCB, adalah agar pemerintah menerima definisi Islamofobia dari All-Party Parliamentary Group (APPG) 2018, yakni Islamofobia berakar pada rasialisme dan merupakan jenis rasialisme yang menargetkan ekspresi Muslim atau persepsi Muslim.

Proyek Islamophobia Response Unit (IRU) di bawah organisasi Mend telah bekerja memecahkan masalah dengan pendekatan jangka panjang. Unit ini memberikan bantuan hukum dan emosional gratis sepanjang tahun kepada para korban, pengumpulan data tentang statistik kejahatan rasial, dan penunjuk arah ke organisasi mitra.

Insiden intimidasi juga dialami Muslim di Amerika Serikat (AS). Anggota Dewan Hubungan Islam Amerika Serikat (CAIR) mengatakan, terdapat lonjakan baru-baru ini dalam intimidasi terhadap siswa keturunan Timur Tengah di sekolah-sekolah pinggiran Kota Chicago.

"Seorang siswa dengan ciri-ciri Timur Tengah ditanya apakah dia seorang teroris. Lalu, seorang lagi disuruh kembali ke Arab Saudi," katanya dikutip dari Sun Times, Jumat (29/10).

Pengacara CAIR Emma Melton mengatakan, setiap hari ia mendapat telepon dari anggota keluarga yang berbeda, distrik sekolah yang berbeda di seluruh pinggiran Chicago. "Biasanya mereka datang secara bertahap sepanjang tahun ajaran. Melihat ini datang hanya dalam periode satu bulan benar-benar mengkhawatirkan kami," kata dia.

Sekjen Dewan Muslim Inggris (MCB), Zara Mohammed. - (Dok MCB)

 

Ia menambahkan, terdapat beberapa insiden termasuk keterlibatan langsung guru atau guru menutup mata terhadap insiden intimidasi. Untuk membantu memerangi intimidasi, kelompok masyarakat tersebut meluncurkan inisiatif baru, yaitu bisa mengadu lewat situs Healsters.org.

Situs ini menawarkan sekolah kesempatan untuk pelatihan kesadaran budaya dan intervensi pengamat serta hotline bagi siswa untuk menelepon jika mereka diganggu. Direktur Eksekutif CAIR Chicago Ahmed Rehab menceritakan kisah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang sebelum dia meninggal awal tahun ini, diintimidasi tanpa henti di sekolah. 

Statistik serupa juga terjadi di Kalifornia. Hampir 56 persen siswa Muslim di Kalifornia mengatakan mereka merasa tidak aman, tidak diinginkan, atau tidak nyaman di sekolah. Menurut survei yang dirilis Kamis (28/10), perasaan ini didapat karena identitas agama yang mereka anut.

Peneliti dari Council for American-Islamic Relations (CAIR) cabang Kalifornia mengatakan, hasil ini adalah persentase tertinggi sejak kelompok advokasi mulai melakukan survei tentang perundungan terhadap siswa Muslim di sekolah pada 2013. Grup ini merilis temuan survei setiap tahun.

Sekitar 700 siswa menanggapi survei, yang dilakukan antara Januari hingga Agustus. Kebanyakan responden merupakan siswa dari kelas lima sampai kelas 12, dengan sebagian besar berada di sekolah menengah. Sebagian besar siswa yang mengikuti survei, 267 siswa, berasal dari wilayah Los Angeles.

 

Pengacara pengelola hak-hak sipil untuk CAIR-LA Amr Shabaik mengatakan, temuan penelitian ini mengkhawatirkan. Masih dari penelitian yang sama, 20 persen responden menyebut mereka rela membolos sekolah guna menghindari perasaan itu.

“Tahun ini, kami melihat jumlah siswa yang mengatakan mereka merasa tidak aman, tidak diinginkan, atau tidak nyaman di sekolah yang tertinggi yang pernah kami lihat,” katanya dikutip di Daily Breeze, Ahad (31/10).

Hal lainnya yang disebut mengkhawatirkan adalah temuan yang menunjukkan satu dari empat guru, administrator atau orang dewasa lainnya di sekolah, membuat komentar ofensif kepada siswa tentang Islam atau Muslim. Kondisi ini menjadikan semakin pentingnya menilai lingkungan sekolah dan menegakkan kebijakan tanpa toleransi dalam hal intimidasi. Sekolah juga disebut perlu memberikan pelatihan pengamat kepada guru, mengembangkan kurikulum anti-rasialis dan kursus studi etnis.

Satu dari tiga siswi juga melaporkan jilbab mereka ditarik atau disentuh dengan cara yang menyinggung. Secara keseluruhan, 47 persen responden mengatakan mereka diintimidasi di sekolah sebelum penutupan Covid-19. Seorang mahasiswi berusia 18 tahun di Brentwood mengatakan pernah dengan sengaja bolos sekolah pada peringatan serangan teror 11 September, karena teman-temannya akan bertanya apakah dia 'merencanakan sesuatu'.

Direktur Eksekutif CAIR-LA Hussam Ayloush menyebut Kalifornia memiliki jumlah insiden tertinggi. Hal ini mengingat kondisi populasinya yang paling beragam dan merupakan rumah bagi populasi Muslim terbesar di Amerika Serikat. Ia menekankan, survei tersebut menunjukkan intimidasi terhadap siswa Muslim tetap menjadi kejadian umum di sekolah-sekolah Kalifornia. Perundungan dan intimidasi Islamofobia terus menjadi masalah yang dihadapi siswa setiap hari.

Perempuan Muslim yang Menginspirasi - (About Islam)

 
Berita Terpopuler