Mengungkap Kedudukan dan Fungsi Istana Ottoman (1)

Sultan-sultan Ottoman di masa awal aktif membangun dan membenahi istana.

raillynews.
Mengungkap Kedudukan dan Fungsi Istana Ottoman (1). Istana Yildiz yang menjadi tempat Sultan Abdul Hamid II memerintah Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire pada 31 Agustus 1876–27 April 1909.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karena sultan adalah penguasa kerajaan Ottoman, pusat pemerintahan selalu berada di mana ia berada. Ini berarti sistem terbaik untuk istana, tetapi ketika ia meninggalkan tempat tinggalnya, pemerintahan akan mengikuti.

Baca Juga

Sebelum Selim II (1566-74) naik takhta, absensinya dari takhta sering kali terjadi karena sultan sering memimpin ekspedisi militer secara langsung, dan sering kali absen dari ibu kota selama masa gerakan. Ketika ini terjadi, beberapa menteri sultan akan memantau gerakan.

Demikian juga para bendahara yang membayar upah dan membuat pembelian, dan para juru tulis dengan catatan keuangan maupun catatan-catatan lainnya, misalnya, kematian dalam peperangan dan penunjukan baru untuk menggantikan mereka. Sultan-sultan pada masa awal sangat aktif.

Ibnu Battuta pada tahun 1333 menggambarkan Orhan (1324-62) yang memiliki "hampir seratus benteng yang ia kunjungi secara terus-menerus dan membenahinya". Pada abad berikutnya, para sultan menjadi mempunyai waktu luang lebih banyak daripada di masa Orhan.

Namun, seorang analis yang mengumpulkan kronologi pemerintahan Murad II (1421-51) masih mencatat sultan selama musim panas pergi dalam gerakan perang, tinggal di ibu kotanya, Edirne, atau pergi ke peristirahatan musim panas. Mehmed II (1451-81) tampaknya melanjutkan cara menghabiskan waktunya di padang rumput di ketinggian, setidaknya untuk menghindar dari epidemi campak yang menyerang Istanbul.

 

Namun, setelah masanya lewat, para sultan umumnya meninggalkan istana hanya untuk gerakan militer, berburu atau berpelesir. Setelah tahun 1566, dengan pengecualian Mehmed III (1595-1603) yang menemani pasukannya ke Hungaria pada 1596, Osman II (1618-22) yang memimpin gerakan Polandia pada 1621, dan Murad IV (1623-40) yang merebut kembali Erivan pada 1635 dan Baghdad di 1638, para sultan tidak lagi langsung turun ke medan pertempuran.

Istana telah menjadi tempat tinggal tetap yang jarang mereka tinggalkan. Karenanya, selama lebih dari tiga setengah abad, mereka bertahap menarik diri dari kontak harian dengan masyarakatnya dengan pengecualian saat upacara upacara.

Tidak diperoleh kejelasan apakah Osman, garis pertama dari Ottoman, mendirikan tempat tinggal yang menetap. Dalam tradisi Ottoman, diceritakan bahwa ia menyatakan kedaulatannya di sebuah kota yang bernama Karajahisar, yang mungkin berhubungan dengan kota Yunani Malagina di lembah Sakarya.

Ini adalah situs dari keuskupan Byzantine dan memungkinkan Osman tinggal di istana tua milik Uskup. Di Malagina ini juga anggota gereja Yunani yang tertangkap, Gregory Palamas, bertemu dengan Orhan pada tahun 1354, menggambarkannya sebagai "sebuah desa yang dibangun di atas sebuah bukit, dikelilingi gunung-gunung menikmati udara sejuk bahkan saat di musim panas", dua hari perjalanan dari Bursa.

Penerus Orhan, Murad I (1362-89), tampaknya juga telah menghabiskan waktu di tempat yang sama. Bangsa Genoa pada tahun 1387 tidak melangsungkan perjanjian dengannya di istana kerajaan Bursa, melainkan di Malagina. Teksnya mencatat bahwa saat itu “berlangsung di Turki di sebuah permukiman kecil dihuni oleh Lord Mallaine". 

 

 

 
Berita Terpopuler