Program Deradikalisasi Tawarkan Kebebasan Tahanan Maroko

Maroko tawarkan kebebasan bagi tahanan yang jalani program deradikalisasi.

Maroko
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  RABAT -- Saleh telah mendekam di penjara Maroko selama 19 tahun atas tuduhan terorisme. Akan tetapi dia berharap untuk segera dibebaskan berkat program deradikalisasi.

Baca Juga

Mantan anggota kelompok garis keras tersebut, kini menjadi tahanan berusia 50-an. Saleh mengatakan, bahwa dirinya pernah memegang keyakinan yang membenarkan kekerasan.

"Saya percaya Muslim memiliki kewajiban untuk melawan penguasa yang menindas yang tidak menerapkan hukum Islam, dan untuk menyerang negara-negara yang memerangi Muslim," kata Saleh di perpustakaan penjara Kenitra, dekat Rabat, dilansir dari laman France24 pada Senin (18/10).

Setelah melewati program Moussalaha (Rekonsiliasi), dia mengharapkan penangguhan hukuman. Program yang diluncurkan pada 2015 dan dipimpin oleh layanan penjara Delegation for the Prison Administration and Reintegration (DGAPR) Maroko dengan beberapa organisasi mitra, bertujuan untuk membantu para tahanan teror yang ingin mempertanyakan keyakinan mereka.

Saleh mengatakan, perjalanannya ke dalam radikalisme dimulai setelah ia beremigrasi pada 1990-an ke Italia. Di mana ia bertemu dengan seorang imam di sebuah masjid Turin milik Jamaa Islamiya, kelompok jihad Mesir yang membunuh presiden Anwar Sadat pada 1981.

 

 

Pada 2001, dia meninggalkan Italia dan pindah bersama keluarganya ke Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban. Namun serangan 11 September di Amerika Serikat (AS) memaksanya untuk mengubah rencananya.

Dengan ancaman AS untuk menyerang dan menggulingkan Taliban, dia melarikan diri ke Maroko dan segera ditangkap. 

Maroko disebut memiliki pengalaman menyakitkan dengan kekerasan di dalam dan luar negeri. Pada 2003, lima serangan bunuh diri menewaskan 33 orang dan melukai puluhan lainnya di ibu kota ekonomi Casablanca.

Lima belas tahun kemudian, dua turis Skandinavia dibunuh oleh militan terkait ISIS selama perjalanan hiking di pegunungan High Atlas. Sementara menurut angka resmi yang diterbitkan Februari, Dinas keamanan telah membongkar lebih dari 2.000 sel ekstremis, dan melakukan lebih dari 3.500 penangkapan terkait terorisme sejak 2002.

Pejabat DGAPR Moulay Idriss Agoulmam mengatakan, pada 2015, pihak berwenang Maroko meluncurkan Moussalaha sebagai bagian dari pendekatan baru terhadap para tahanan. "(Program) termasuk memantau para peserta dan membantu mereka yang membutuhkan bimbingan", kata dia. 

Ini juga mencakup studi tentang hukum dan ekonomi, serta pendampingan psikologis tiga bulan. Sejauh ini telah mencapai 207 tahanan, termasuk delapan wanita.  Sekitar 116 telah menerima pengampunan kerajaan dan telah dibebaskan, sementara 15 telah dikurangi masa jabatannya.

 

 

 
Berita Terpopuler