Komunitas Muslim Angkat Budaya Islam di Georgia

Komunitas Muslim angkat budaya Islam di Georgia

AP Photo/Zurab Tsertsvadze
Warga mengusung jenazah Zelimkhan Khangoshvili, seorang Muslim Georgia ke pemakaman di Desa Duisi, Georgia. Pemerintah Jerman mengusir dua diplomat Rusia yang dicurigai terlibat penembakan terhadap Zelimkhan di Berlin pada bulan lalu.
Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID TBILISI -- Komunitas Solidaritas Pemuda Muslim berjuang untuk memajukan muslim Georgia, dan untuk mengubah persepsi publik tentang warisan yang sudah lama dianggap asing.

Baca Juga

Georgia adalah negara yang diakui sebagai negara Kristen. Padahal negara ini pun masih memiliki 10 persen atau sekitar 40 juta orang beragama Islam.

Sebagian besar muslim Georgia merupakan etnis Azeri yang juga komunitas muslim Georgia yang cukup besar, khususnya di Republik Otonomi Adjara di pantai Laut Hitam di Georgia barat.

Dan di wilayah Adjara lebih dari 150 ribu orang atau sekitar 40 persen dari populasi Adjara menganut Islam. Namun terlepas dari jumlah muslimnya, Muslim Adjarian telah lama terpinggirkan dan warisan agama mereka terabaikan.

Didirikan awal tahun ini, Komunitas Solidaritas ini merupakan organisasi pemuda yang ingin mengubah persepsi tentang muslim Georgia dengan mendukung komunitas Muslim Georgia dan mempromosikan toleransi.

“Kami mendasarkan visi dan nilai kami pada hak asasi manusia dan kami ingin berkontribusi untuk membangun masyarakat yang setara dan adil,” kata Zaza Mikeladze, salah satu pendiri Komunitas Solidaritas dilansir di emerging-europe.com, Jumat (16/10).

 

 

Jika semua lapisan masyarakat tidak menunjukkan solidaritas satu sama lain, tidak mengakui satu sama lain, maka kedepannya komunitas mana pun dapat terpinggirkan dan mengalami diskriminasi dan ingin hindari. Selain mengadvokasi hak-hak komunitas Muslim di Georgia, organisasi ini juga melakukan penelitian tentang identitas agama dan sejarah Muslim di Georgia.

“Ini penting karena hampir tidak mungkin menemukan penelitian tentang orang Muslim di Georgia, atau menceritakan kisah mereka karena adanya kekurangan informasi. Apa yang ada saat ini biasanya berdasarkan stereotip,” tambah Mikeladze, seorang Muslim.

Meskipun konstitusi Georgia menjamin kebebasan beragama, gereja Ortodoks yang memiliki sekitar 83 persen populasi menikmati posisi istimewa, termasuk pembebasan pajak. Ini juga mendapat keuntungan dari pendanaan negara yang cukup besar, sekitar 30 juta lari (delapan juta euro) per tahun, sementara komunitas Muslim hanya menerima 2,5 juta lari (700 ribu euro) dari dana masyarakat.

Dan ini dianggap sebagai diskriminasi oleh banyak pakar dan aktivis sipil. “Warisan Muslim Georgia disajikan sebagai sisa kekuasaan musuh,” kata Zaza Mikeladze.

Di Batumi, ibu kota Adjara, satu-satunya masjid yang berfungsi di kota ini masjid Orta Jame terlalu kecil untuk populasi muslim di kota itu. Setiap hari Jumat, banyak jamaah yang terpaksa salat di luar. Meski berulang kali dijanjikan oleh pemerintah daerah dan pusat untuk membangun masjid baru, masalah tetap ada.

Di tempat lain di Adjara, Mikeladze mengatakan bahwa banyak masjid lain yang tersembunyi, dan sulit ditemukan.

Di Keda,ada banyak masjid kayu, yang merupakan bagian dari warisan budaya kita. Namun, mereka tidak disertakan di halaman web kotamadya atau di peta wisata mana pun. Komunitas Solidaritas sekarang ingin menempatkan Muslim Adjara, dan warisan mereka, kembali ke peta.n Ratna Ajeng Tejomukti

 
Berita Terpopuler