Islamofobia di India dan Pertumbuhan Bollywood

Muslim membentuk sekitar 15 persen dari populasi India.

EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Muslim India (ilustrasi)
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  KOTA KINABALU -- Sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, India adalah salah satu negara paling beragam yang menata sistemnya berdasarkan nilai-nilai demokrasi. Secara keseluruhan, Muslim membentuk sekitar 15 persen dari populasi India.

Baca Juga

Seorang pengajar dari International Islamic University, Malaysia, Muhammet Ali Guler, menyebut data statistik tersebut membuat ia tertarik dan memilih berkunjung ke negara tersebut.

Menurut pendapat pribadinya, India adalah negara dengan lingkaran intelektual dan cendekiawan yang luas di semua bidang. Ada jutaan warga negara India di seluruh dunia, yang berjuang untuk membangun citra positif India.

Dalam perjalanannya, ia juga menemukan sejumlah orang India yang tidak hanya berpikiran terbuka, tetapi juga berpengetahuan intelektual. Selama pertemuan tersebut, mereka tidak pernah bertanya tentang agama satu sama lain, atau menilai satu sama lain berdasarkan penampilan atau ras.

Dengan semua hal yang sama ini, ia menyebut seharusnya menjadi jalan ke depan untuk mengembangkan intelektual, moral dan perilaku universal.

 

 

Lebih jauh lagi, ia menemukan apapun yang terjadi, diskusi selalu mengarah ke Bollywood. Guler kerap berbagi cerita favorit Bollywoodnya dengan siapa pun yang iaa temui dari India. Hal ini menjadi fakta jika serial dan film Bollywood telah mempengaruhinya secara positif dan sentimental.

"Bollywood kaya akan ritme dan tradisi yang telah menciptakan difusi budaya dan prestise secara global, termasuk di negara-negara Muslim seperti Malaysia, Turki dan Indonesia," tulisnya dalam artikel yang diunggah Daily Sabah, dikutip Ahad (10/10).

Ia juga menilai keberadaan Bollywood tidak boleh diremehkan, mengingat fakta industri ini telah menciptakan jumlah film terbanyak per-tahun, rata-rata 1.200 film, dalam industri bernilai miliaran dolar. Karena itu, ada fakta yang tidak dapat disangkal yakni Bollywood membantu New Delhi menyebarkan budaya India ke seluruh dunia, sebagai instrumen efektif kekuatan lunak India.

Lebih lanjut, Guler menilai ada dua dimensi dari pengaruh India yang berkembang saat ini, yaitu keterlibatan budaya dengan seluruh dunia, serta jenis keuntungan lainnya. Termasuk nilai ekonomi melalui perdagangan pakaian, yang mungkin memiliki dampak lebih kecil daripada keterlibatan budaya.

"Sungguh luar biasa melihat orang-orang mendengarkan musik India dan mengenakan pakaian India di pernikahan lokal, hanya karena kesan budaya yang ditransfer melalui film berkualitas baik dan selebriti terkenal," lanjutnya.

 

 

Di sisi lain, ia mencatat India juga menjadi korban dari berbagai contoh kerusuhan agama dan komunal yang tampaknya terjadi setiap beberapa tahun. India telah mengalami bentrokan komunal antara Muslim, Hindu, Sikh dan Kristen. Namun, selama beberapa dekade terakhir, bentrokan terjadi antara Muslim dan Hindu dan menarik perhatian global.

Namun, Guler menyebut ia tidak menganggap para pelaku itu sebagai orang Hindu. Secara pribadi, ia percaya agama Hindu tidak mengizinkan menyakiti makhluk hidup apa pun di bumi. 

Baru-baru ini, ia menonton beberapa video serangan kekerasan terhadap Muslim di seluruh India dari 2015 hingga 2020. Motif utama di balik semua serangan diduga bergantung pada retorika anti-Muslim.

Banyak video menunjukkan Muslim dipukuli hingga tewas dengan tongkat dan batang besi. Ia menilai sangat mengkhawatirkan melihat video mengejutkan tentang hubungan tegang antara Muslim dan Hindu di India.

Majalah berita mingguan India melaporkan serangan mengejutkan terhadap sebuah keluarga Muslim di Gurugram oleh 35-40 pria. Ada beberapa Muslim yang diserang karena hanya menjual daging sapi, sementara video lain menunjukkan seorang pria dipukuli di depan putrinya.

 

 

Video lain menampilkan massa yang menarik seorang pria dari toko sebelum hampir memukulinya sampai mati. Video-video ini juga telah ditayangkan di berbagai platform internasional. Dilaporkan, banyak orang tewas selama kerusuhan New Delhi pada tahun 2020.

"Patut dicatat dan patut dipuji, ada juga pihak yang tidak ingin gangguan internal tersebut memperlambat laju pembangunan India. Ada orang India yang mendukung dan membela minoritas dan menunjukkan solidaritas dengan semua orang India, termasuk Muslim," ucap dia.

Guler menyebut orang-orang ini juga mengutuk serangan brutal yang terjadi, yang dipandang sebagai pemicu kebencian dan kekerasan tanpa akhir di India. Ia pun mengajak setiap pihak untuk menemukan cara menghentikan kebencian dan kekerasan yang membawa periode kekacauan setiap beberapa tahun.

Seperti negara lainnya, India memiliki masalah lain yang harus dihadapi, sehingga ekstremisme dalam segala bentuknya tidak boleh ditoleransi. Ia tidak berpikir agama mana pun memerintahkan pengikutnya untuk membunuh atau menyakiti anggota agama lain.

 

Ia juga mengatakan pihak berwenang India tidak boleh membiarkan insiden yang tidak diinginkan ini menghancurkan citra India, atau membiarkan basis penggemar Bollywood yang terus berkembang percaya, jika India tidak dapat mengejar kecepatan penyebaran pengaruh budaya Bollywood. 

 
Berita Terpopuler