Israel Cegah Pasokan Listrik untuk Warga Jalur Gaza

80 persen penduduk Gaza menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam kegelapan.

REUTERS/Mohammed Salem
Israel Cegah Pasokan Listrik untuk Warga Jalur Gaza. Seorang wanita menggunakan lilin saat beraktivitas di dapur rumahnya di Beit Lahiya, di utara Jalur Gaza akibat krisis listrik. Gambar diambil pada 11 Januari 2017.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Otoritas pendudukan Israel menolak pasokan listrik regular ke Palestina di Jalur Gaza selama 15 tahun. Pengepungan yang terus dilakukan Israel membuat warga Palestina tidak dapat menemukan solusi sederhana untuk masalah listrik.

Baca Juga

Masalah tersebut berdampak pada semua sektor masyarakat sipil dan lembaga-lembaga penting yang melayani warga Palestina. Jalur Gaza membutuhkan 500 megawatt (MW) listrik per hari, tetapi hanya mendapat 200 MW. Dari jumlah tersebut, 120 MW datang langsung dari Israel, 20 berasal dari Mesir, dan sisanya berasal dari satu-satunya pembangkit listrik Gaza yang tersisa.

Pembangkit listrik itu telah beroperasi dengan kapasitas yang sangat berkurang karena kurangnya bahan bakar dan pengepungan. Israel meledakkan pembangkit listrik 14 tahun yang lalu dan telah mencegah rekonstruksi. Selain itu, Israel juga memblokir perbaikan yang diperlukan pada sistem pasokan listrik.

Warga Palestina di Jalur Gaza menerima listrik hanya selama delapan jam, diikuti dengan pemadaman listrik selama delapan jam. Di musim panas, terkadang pasokan listrik terputus selama 12 jam setiap kali.

Sulit membayangkan keluarga yang tinggal hanya beberapa puluh kilometer dari kota metropolitan Tel Aviv tidak memiliki pasokan listrik reguler. Pemadaman listrik membuat penduduk Gaza tidak dapat menggunakan peralatan listrik dasar, seperti lemari es, mesin cuci, dan oven listrik dengan aman.

 

Orang sakit dan cacat tidak dapat menerima perawatan penting dan sektor kesehatan serta pendidikan tidak dapat berfungsi secara efektif. Infrastruktur penting seperti jaringan air dan pembuangan limbah juga tidak dapat beroperasi secara normal.

Dilansir Middle East Monitor, Rabu (6/10), pemadaman listrik yang terus terjadi menyebabkan masalah. Pertama, 80 persen penduduk Jalur Gaza menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam kegelapan. Kedua, 32 orang termasuk 25 anak-anak tewas dalam kebakaran yang disebabkan oleh lilin atau ledakan generator listrik antara 2010 dan 2018.

Ketiga, pekerjaan 39 ruang operasi di rumah sakit Gaza dibatasi. Ini akan menyebabkan bayi prematur berisiko tanpa listrik untuk inkubator dan kehidupan lebih dari 400 pasien dialisis juga terancam.

Keempat, kurangnya listrik membuat limbah tidak diolah dan dibawa langsung ke laut yang akan membahayakan ekosistem. Terakhir, industri kehilangan hingga 40 juta dolar AS per bulan. Kontribusi Industri kepada PDB berkurang hingga sembilan persen.

Israel tidak dapat mengabaikan tanggung jawabnya atas permasalahan ini. Mereka memiliki kewajiban hukum mengontrol wilayah pendudukan dan menyediakan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang hidup di bawah pendudukan.

 

https://www.middleeastmonitor.com/20211005-israel-denies-electricity-to-palestinians-in-the-gaza-strip/

 
Berita Terpopuler