Mimpi Abdul Muthalib Sebelum Cucunya, Nabi Muhammad, Lahir

Kakek Nabi Muhammad ini mendapatkan mimpi yang sama hingga empat kali.

Maccacentre.com
Mimpi Abdul Muthalib Sebelum Cucunya Nabi Muhammad Lahir. Sumur Zamzam.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam kitabnya yang berjudul Shahih Sirah An-Nabawiyah, menyebutkan riwayat yang shahih tentang kisah 'Abdul Muthalib yang menggali sumur Zamzam dari hadits 'Ali bin Abu Thalib. Kakek Nabi Muhammad ini mendapatkan mimpi yang sama hingga empat kali sebelum memutuskan menggali sumur tersebut.

Baca Juga

Abdul Muthalib ketika itu tengah tertidur di dekat Hijr Ismail, tiba-tiba ada yang datang dan berkata kepadanya, 'Galilah thayyibah (kebaikan)' lalu ia bertanya, 'Apa itu thayyibah?' Kemudian seseorang itu menghilang.

Keesokan harinya Abdul Muthalib kembali tidur di tempat yang sama, seseorang itu juga kembali mendatanginya dan berkata, 'Galilah burrah. Ia kembali bertanya 'apa itu burrah?' Kemudian seseorang itu pun menghilang.

Lantas keesokan harinya lagi, Abdul Muthalib kembali ke tempat tidur dan tertidur. Seseorang itu mendatanginya lagi dan berkata, Galilah madhnuunah (yang berharga).' Ia kembali bertanya, 'Apa itu madhnunah?' Kemudian sosok itu kembali menghilang.

Keesokan harinya ia kembali ke tempat tidur dan tertidur, lalu sosok itu mendatanginya lagi dan berkata, 'Galilah Zamzam. Lantas Abdul Muthalib kembali bertanya, 'Apa itu Zamzam?' sosok itu berkata, "Tidak terkuras, tidak habis selamanya dan tidak menjelekkan, air minum jamaah haji. Sumur Zamzam berada antara kotoran dan darah, di dekat tempat bertelurnya burung gagak yang betisnya berwarna putih, di dekat kerumunan semut."

 

 

Ali bin Abu Thalib melanjutkan, "Ketika telah dijelaskan persoalannya dan ditunjukkan tempatnya, dan ia tahu bahwa yang datang dalam mimpinya itu berkata benar, ia pergi pagi-pagi dengan membawa cangkul bersama putranya, Harits bin 'Abdul Muthallib. Ketika itu, ia tidak mempunyai anak selain dia. Lantas ia pun menggali di tempat yang ditunjukkan."

Infografis Mukjizat Sumur Zamzam - (Republika.co.id)

Ketika tampak terlihat tepi sumur oleh 'Abdul Muthalib, ia pun bertakbir. Maka orang Quraisy pun tahu ia telah mendapati hajatnya, lalu mereka menemuinya.

Mereka berkata, 'Wahai 'Abdul Muthalib, sesungguhnya itu adalah sumur milik bapak kami Ismail, dan kami mempunyai hak di dalamnya. Maka sertakanlah kami dalam hak kepemilikan di dalamnya bersamamu.' Tetapi Abdul Muthalib menolaknya. 

Orang-orang Quraisy kembali berdebat dan meminta Abdul Muthalib membagi sumur tersebut. Tetapi lagi-lagi Abdul Muthalib menolaknya. Lalu berkata, untuk mendatangkan pendeta perempuan terhormat dari Syam sebagai hakim di antara mereka.

Lalu 'Abdul Muthalib menaiki kendaraan bersama seseorang dari bani ayahnya, dari Bani 'Abdu Manaf, dan seseorang dari setiap suku dari Quraisy ikut menaiki kendaraan. Lalu mereka pun berangkat.

Tanah yang dilaluinya ketika itu sangat tandus hingga ketika mereka telah di satu tempat, perbekalan air 'Abdul Muthalib dan para sahabatnya habis. Mereka pun kehausan hingga merasa yakin akan mati. 

 

Mereka meminta minum kepada rombongan suku Quraisy tetapi ditolak seraya berkata, "Kita sedang berada di tempat yang tandus dan kami khawatir akan bernasib sama kehabisan air seperti kalian,"

Mendengar jawaban itu, kaum Abdu Manaf sedih. Lalu Abdul Muthalib memberikan semangat dengan mengajak kaumnya terus melanjutkan perjalanan dengan harapan bisa mendapatkan air dalam perjalanan itu.

"Semoga Allah memberikan rezeki kepada kita berupa air di sebagian negeri. Berangkatlah!" kata Abdul Muthalib.

Maka mereka pun melanjutkan perjalanan.Hingga ketika 'Abdul Muthalib membangunkan hewan tunggangannya, memancarlah dari bawah sepatu kulitnya mata air yang enak rasanya. Abdul Muthalib pun lantas bertakbir dan teman-temannya ikut bertakbir.

Mereka mengambil air itu hingga memenuhi wadah minum mereka. Kemudian ia mengundang suku-suku Quraisy. Melihat semua itu, akhirnya suku Quraisy mengakui kemuliaan beliau dan menyerahkan sumur zamzam sepenuhnya kepada Abdul Muthalib.

"Demi Allah, Allah telah menetapkan bagimu atas kami. Demi Allah, kami tidak akan berdebat denganmu tentang hak kepemilikan Zamzam selamanya," kata suku Quraisy.

 

"Sesungguhnya yang telah memberimu minum dengan air ini di tanah lapang ini adalah sama dengan yang telah memberimu minum Zamzam. Maka kembalilah ke tempat penampungan air milikmu dengan bijaksana," kata mereka.

 
Berita Terpopuler