Khawatir Taliban, 101 Musisi Afghanistan Melarikan Diri

Mereka mendarat di Doha, Qatar, pada Ahad malam (3/10).

AP/Felipe Dana
Khawatir Taliban, 101 Musisi Afghanistan Melarikan Diri. Anggota Taliban duduk di depan mural yang menggambarkan seorang wanita di balik kawat berduri di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Menyusul pengambilalihan negara oleh Taliban, setidaknya lebih dari 100 siswa dan guru musik telah melarikan diri dari Afghanistan. Pendiri dan kepala Institut Musik Nasional Afghanistan Ahmad Sarmast mengatakan mereka meninggalkan negara itu dalam sebuah penerbangan dari Kabul, ibu kota Afghanistan.

Baca Juga

Ia menuturkan total 101 anggota institut musik top Afghanistan itu mendarat di Doha, Qatar, pada Ahad malam (3/10). Mereka pergi dari tanah air mereka lantaran khawatir akan tindakan keras terhadap musik oleh para pemimpin baru negara itu.

Kelompok tersebut mencakup sekitar setengahnya dari perempuan dan anak-anak perempuan. Menurut Sarmast, mereka berencana terbang ke Portugal dengan dukungan pemerintah di sana. Sarmast sendiri saat ini tinggal di Melbourne, Australia.

Namun, Sarmast mengatakan keberhasilan operasi tersebut diragukan hingga detik-detik terakhir. Dengan bantuan dari kedutaan Qatar di Kabul, para musisi itu telah diangkut dalam kelompok-kelompok kecil ke bandara kota Kabul.

Langkah kepergian mereka itu tidak dilalui dengan mudah. Dalam rintangan pertama, gerilyawan Taliban yang berjaga di bandara Kabul mempertanyakan visa mereka. Namun, pejabat kedutaan Qatar berhasil menyelesaikan masalah tersebut.

 

Selanjutnya, para gadis dan wanita itu diberitahu mereka tidak dapat meninggalkan negara itu dengan 'paspor dinas' sementara mereka. Paspor dinas itu biasanya diberikan kepada pejabat.

"Pemahaman saya itu bukanlah betapa banyak dari jenis paspor itu, tetapi gadis-gadis itu melarikan diri dari negara itu," kata Sarmast, dilansir di The New Arab, Rabu (6/10).

Tidak hanya itu, para pejabat Qatar berhasil menegosiasikan perjalanan mereka. Ketika penerbangan akhirnya lepas landas beberapa jam kemudian dengan para musisi, termasuk banyak dari orkestra Zohra yang semuanya perempuan, Sarmast mengatakan dia diliputi emosi.

"Saat itu banyak air mata. Saya menangis tanpa henti. Keluarga saya menangis bersama saya. Itu adalah momen paling bahagia sepanjang hidup saya," ujarnya.

Sarmast mengungkapkan dia telah menjalani banyak momen tak terlupakan bersama murid-muridnya. Murid-muridnya telah memenangkan tepuk tangan meriah dalam tur konser internasional.

 

"Tetapi perasaan dan kebahagiaan ketika saya mendengar pesawat mereka lepas landas sangat sulit untuk digambarkan," lanjutnya.

Menurut Sarmast, penerbangan itu merupakan hasil dari perencanaan panjang sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Menurutnya, sejak Taliban berkuasa di Kabul, diskriminasi terhadap musik dan musisi bermula.

"Orang-orang Afghanistan dibungkam sekali lagi," katanya.

Menurut Sarmast, Taliban telah memberi tahu anggota institut musik untuk tinggal di rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut. Namun, hampir dua bulan kemudian, mereka belum diberi informasi lebih lanjut.

Ia mengatakan, pelarian dari Kabul hanyalah tahap pertama. Sarmast bertekad berupaya agar 184 staf pengajar dan pelajar yang tersisa, dulu dan sekarang, dievakuasi dan bersatu kembali dengan seluruh sekolah musik tersebut.

 

Taliban kembali berkuasa pada 15 Agustus 2021. Kelompok ini sebelumnya melarang musik secara langsung selama pemerintahan keras mereka dari 1996 hingga 2001.

Namun kali ini, mereka telah menjanjikan karakteristik pemerintahan yang lebih moderat. Meskipun, mereka telah menjelaskan mereka akan menjalankan Afghanistan dalam batas-batas yang membatasi interpretasi mereka terhadap hukum Islam.

Sementara itu, posisi gerakan taliban itu terhadap Muslim dinilai tidak konsisten dan belum ada perintah yang jelas yang dikeluarkan. Pada sebuah aksi parade Taliban di luar kota Kabul akhir pekan ini, misalnya, musik religi dimainkan menjelang pidato oleh para menteri dan tokoh senior Taliban.

Selama kunjungannya ke kampus musik tersebut di Kabul bulan lalu, tidak ada suara musik. Namun, ada tentara Taliban yang tampak mengobrol dan penjaga bersenjata yang menenteng senapan serbu Kalashnikovs di halaman gedung sekolah.

 
Berita Terpopuler