PBB: Afghanistan dalam Risiko Bencana Kelaparan

Afghanistan mulai memasuki musim dingin.

AP/Felipe Dana
Anggota Taliban duduk di depan mural yang menggambarkan seorang wanita di balik kawat berduri di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.
Rep: Meiliza Laveda Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, NEW YORK -- Afghanistan mulai memasuki musim dingin. Situasi itu menyebabkan negara tersebut berisiko alami bencana kelaparan.

Baca Juga

Direktur Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) Natalia Kanem mengatakan situasi di Afghanistan mengerikan.

“Tidak berlebihan untuk mengatakan setidaknya sepertiga dari populasi Afghanistan sekitar 33 juta dipengaruhi oleh kelaparan yang akan segera terjadi,” kata Kanem dalam sebuah wawancara dengan AFP, di New York.

Musim dingin mengganggu kemampuan untuk mengangkut pasokan ke daerah-daerah terpencil di negara pegunungan. Ini diperparah dengan pandemi virus korona yang akan membuat situasi semakin rumit.

“Ada banyak kecemasan tentang bagaimana kami akan memberikan perawatan kesehatan, dari mana makanan berikutnya akan datang,” ujar dia.

Dokter dari Panama memperingatkan perempuan akan menanggung beban berat. Saat ini pun, mereka sudah menderita. Afghanistan merupakan salah satu negara dengan angka kematian saat melahirkan tertinggi.

 

 

Taliban tentang hak-hak perempuan

Dikutip TRT World, Ahad (26/9), Kanem mengulangi seruan yang dibuat oleh komunitas internasional kepada Taliban yang meraih kekuasaan bulan lalu ketika Amerika Serikat menarik pasukan terakhirnya. “Para wanita Afghanistan telah menjelaskan selama bertahun-tahun mereka menginginkan pendidikan mereka, perawatan kesehatan, dan siap merancang program serta mampu memimpin di komunitas mereka,” ucap dia.

Para pemimpin Taliban telah mencoba menggambarkan kelompok itu sebagai lebih moderat daripada saat terakhir kali memimpin Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001. Kemudian perempuan dilarang sekolah atau bekerja dan hanya diperbolehkan keluar rumah dengan pendamping laki-laki.

 

Mereka telah berjanji untuk berubah dan akan menghormati hak-hak perempuan tapi banyak yang tetap skeptis. Dalam pemerintahan terbarunya, tidak ada wanita yang ditunjuk. n Meiliza Laveda

 
Berita Terpopuler