Perawatan Paliatif Diberikan Bersamaan dengan Kuratif Kanker

Dulu, perawatan paliatif diberikan saat penderita kanker sudah tak bisa disembuhkan.

Republika/Thoudy Badai
Komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) bekerjasama dengan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) menghibur sejumlah anak pengidap kanker di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (7/2/2020). Anak-anak yang berjuang melawan kanker membutuhkan perawatan paliatif sejak awal diagnosis.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyakit kronis seperti kankar dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Saat ini, jumlah kasus baru anak dengan kanker di seluruh dunia bertambah 300.000 per tahun, namun hanya 20 persen dari pengidapnya yang tinggal di negara berkembang dapat bertahan.

Dalam pengobatan kanker, penting untuk memberikan pelayanan paliatif. Namun, pelayanan ini sering kali disalahartikan.

Dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy SpA(K) dari RS Kanker Dharmais, menjelaskan, orang tua sering enggan mendapatkan pelayanan paliatif bagi anak penderita kanker karena pandangan yang kurang tepat. Paliatif dianggap sebagai fase di mana anak sudah tidak ada harapan dan tidak bisa disembuhkan.

Dulu, model pelayanan paliatif memang kerap diberikan setelah pengobatan kuratif tidak berhasil. Namun, saat ini, perawatan paliatif justru diberikan sejak awal diagnosis, jadi bersamaan dengan pengobatan kuratif.

"Sampai pada suatu titik jika kuratif tidak lagi memberikan respons, maka pengobatan diambil alih dengan paliatif sampai pasien meninggal,” kata Anky dalam webinar, beberapa waktu lalu.

Komunikasi penting kepada pasien dan keluarganya yang tengah berduka. Semua anak dan orang tua pasti melewati tahap-tahap berduka saat anak divonis kanker.

Baca Juga

Ada orang tua yang menolak anaknya divonis kanker, ada yang langsung menerima. Pada pasien yang sudah bisa menerima sejak awal, pelayanan paliatif lebih mudah diberikan sejak awal.

Jenis-jenis pelayanan palitif terdiri dari pendekatan fisik, psikososial, dan spiritual. Dukungan fisik terdiri dari manajemen nyeri, pemberian nutrisi yang baik, dan perawatan luka.

Pada kanker, menurut Anky, nyeri bisa terjadi karena beberapa hal, baik terkait perosedur pengobatan maupun kankernya sendiri. Pendekatan nyeri dilakukan dengan pendekatan fisik, psikologis, sosial, bahkan spiritual.

Mengurangi gejala nyeri juga bisa diberikan dengan kemoterapi. Tetapi, tujuan kempoterapinya bukan untuk menyembuhkan namun untuk mengurangi gejala dan nyeri.

Anky mengingatkan, faktor yang dipertimbangkan adalah memastikan manfaatnya lebih baik. Artinya, menunda kematian lebih ada artinya, bukan sekadar memperpanjang masa hidup. Biasanya, kemoterapi diberikan dengan dosis rendah daripada dosis kuratif, dan diberikan terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Obat yang diberikan pun yang paling minimal efek samping.

Tak hanya kemoterapi yang digunakan untuk palitatif. Tindakan redioterapi juga bisa dilakukan untuk tujuan paliatif. Indikasinya utamanya untuk mengurangi nyeri atau mengurangi perdarahan.

 
Berita Terpopuler