Prof Sarah Gilbert: Mayoritas Orang tak Butuh Vaksin Booster

Prof Sarah Gilbert merupakan ilmuwan penemu vaksin Covid-19 AstraZeneca.

AP/Virginia Mayo
Vaksin Covid-19 AstraZeneca. Menurut ilmuwan AstraZeneca, Prof Sarah Gilbert, dua dosis vaksin Covid-19 memberlikan perlindungan tahan lama bagi kebanyakan orang.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Dosis penguat (booster) vaksin Covid-19 mungkin tidak diperlukan bagi banyak orang. Ilmuwan terkemuka di balik penemuan vaksin Covid-19 AstraZeneca, Prof Sarah Gilbert dari University of Oxford, Inggris, menjelaskan bahwa kekebalan dari vaksin bertahan dengan baik, bahkan terhadap varian delta.

Rejimen standar dua dosis vaksin Covid-19, menurut Prof Gilbert, dapat memberikan perlindungan tahan lama bagi kebanyakan orang. Dosis penguat mungkin diperlukan oleh orang tua dan mereka yang kekebalannya terganggu.

"Kita lihat per kasus, yang kekebalannya lemah dan lansia akan menerima booster, tapi saya tidak berpikir kita perlu mendorong semua orang karena kekebalan bertahan dengan baik di sebagian besar orang," kata Prof. Gilbert, dilansir AP, Sabtu (11/9).

Baca Juga

Komentar tersebut muncul saat Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI), sebuah panel ahli yang memberi nasihat kepada pemerintah Inggris, diperkirakan akan membuat rekomendasi dalam beberapa hari mendatang pada skala program pendorong apa pun. Regulator medis Inggris pada hari Kamis (10/9) mengatakan, vaksin Pfizer dan AstraZeneca aman digunakan sebagai booster.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, dia mengharapkan program booster akan dimulai akhir bulan ini. Gilbert mengatakan prioritas dunia seharusnya adalah mendapatkan lebih banyak vaksin ke negara-negara yang telah menerima pasokan terbatas.

"Kita perlu mendapatkan vaksin ke negara-negara di mana hanya sedikit populasi yang telah divaksinasi sejauh ini. Kami harus berbuat lebih baik dalam hal ini. Dosis pertama memiliki dampak paling besar," kata Javid.

 
Berita Terpopuler