Syekh Abdurrahman Al-Khalidi, Cahaya dari Batuhampar (III)

Syekh Abdurrahman al-Khalidi merupakan seorang ulama besar dari Batuhampar.

Blogspot.com
Surau tua (ilustrasi).
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Syekh Abdurrahman al-Khalidi merupakan seorang ulama besar dari Batuhampar, Sumatra Barat. Mursyid Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyah itu hidup pada abad ke-19 M. Sejak kecil, dirinya tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai ilmu- ilmu agama Islam.

Baca Juga

Sosok yang pernah bertahun-tahun belajar di Tanah Suci itu mendirikan Surau Batuhampar tatkala usianya sudah cukup sepuh: 63 tahun. Sejak itu, lembaga yang didirikannya menjadi salah satu pusat terkemuka pengajaran Islam di daerah Minangkabau. Di sana pula, dirinya mengajarkan tasawuf kepada para muridnya.

Pada 1899 M mubaligh tersebut berpulang ke rahmatullah. Jenazahnya dikebumikan di kompleks permakaman setempat. Hingga kini, banyak peziarah mengunjungi kuburannya, di samping untuk melihat-lihat keadaan Surau Batuhampar.

Bagi publik Indonesia, nama sang syekh barangkali kurang begitu tenar. Akan tetapi, seorang cucunya merupakan pahlawan bangsa yang sangat dikenal masyarakat Tanah Air.Dialah Drs Mohammad Hatta. Sosok yang akrab disapa Bung Hatta itu adalah seorang cucu Syekh Abdurrahman al-Khalidi.

 

 

Mengutip naskah silsilah yang dimuat dalam buku Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat, mubaligh asal Batuhampar itu memiliki 10 anak dari lima istri.Dua orang putranya menjadi ulama besar, yakni Syekh Arsyad bin Abdurrahman (1849-1924)dan Syekh Muhammad Djamil bin Abdurrahman Batuhampar (1873-1903). Sosok yang kedua itulah ayahanda Bung Hatta.

Dalam buku Memoir(1981), sang proklamator RI mengungkapkan kesan dan kenang-kenangan tentang kakeknya. Menurut Hatta, Syekh Abdurrahman merupakan seorang pengasuh surau yang ahli tarekat.

Murid-muridnya berasal dari banyak daerah se- Indonesia. Keterangan tentang nama besar sang kakek diperolehnya dari cerita ayahnya sendiri serta pamannya, terutama ketika sedang mengunjungi sanak famili di Batuhampar.

"Ia (Syekh Abdurrahman) bercita-cita menjadikan Batuhampar sebagai benteng pertahanan agama Islam karena penyerbuan bangsa kulit putih ke Minangkabau sudah mendesak umat Islam ke pinggir, tulis Hatta.

 

Diakuinya, pertemuan langsung dengan Syekh Abdurrahman tidak pernah dialaminya.Sebab, ia sendiri lahir beberapa tahun pascawafatnya sang kakek. Hatta diketahui lahir pada 1902 sedangkan pemuka Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyah itu meninggal pada 1899. 

 
Berita Terpopuler