Merokok-Obesitas Bisa Picu Renal Cell Carcinoma

Renal Cell Carcinoma termasuk jenis kanker agresif, dapat menyebar ke organ lain.

EPA
Pria obesitas. Merokok dan obesitas merupakan faktor risiko renal cell carcinoma alias karsinoma sel ginjal.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Renal Cell Carsinoma (RCC) atau karsinoma sel ginjal merupakan jenis kanker ginjal yang faktor risiko utamanya kebiasaan merokok, obesitas, dan tekanan darah tinggi. Riwayat keluarga terkena kanker ginjal, paparan di tempat kerja, seperti lingkungan dengan bahan kimia tertentu, konsumsi alkohol dan obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama juga bisa menjadi faktor risiko kanker ini.

Baca Juga

Faktor risiko terkena kanker hanya 5-10 persen yang diakibatkan oleh faktor genetika. Sebanyak 90-95 persen penyebabnya melibatkan faktor lingkungan.

"Kalau mau sehat, berhentilah merokok dan jagalah berat badan yang ideal, jagalah tekanan darah agar tidak tinggi, konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan dan sayuran, dan berolah ragalah secara teratur," kata dokter spesialis penyakit dalam, konsultan hematologi onkologi medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM, dalam siaran pers Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dikutip Selasa.

Nadia mengatakan, RCC adalah sel ganas yang tumbuh pada tubulus ginjal. Sebagai jenis kanker yang agresif, RCC dapat menyebar ke organ lainnya seperti paru-paru, hati, dan otak, sehingga sangatlah penting untuk lebih peka dalam merasakan dan mengetahui tanda dan gejalanya sejak awal.

Pada stadium dini, biasanya kanker ini tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. Temuan kasusnya sering kali berdasarkan temuan insidental, baik dengan CT, MRT ataupun biopsi.

Pada stadium lanjut, pasien kemungkinan dapat merasakan sejumlah gangguan. Pengidap RCC mungkin akan menemukan adanya darah dalam urine, urine berwarna kemerahan, dan nyeri punggung bawah di satu sisi meski tidak ada cedera.

Orang dengan RCC bisa jadi akan mendapati adanya benjolan di samping atau punggung bawah, sering merasa lelah dan kehilangan selera makan, berat badan turun meski tidak melakukan diet, dan demam yang tidak kunjung sembuh meski tidak terdapat infeksi, serta kurangnya sel darah merah atau anemia. Nadia mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai jika terdapat gejala seperti feses berdarah dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis.

"Kebanyakan RCC didiagnosis pada usia diatas 60 tahun dan ditemukan pada stadium awal, namun tidak sedikit pasien yang didiagnosis pertama kali dan sudah berada pada stadium dimana kanker ginjal telah mestastatik atau pada stadium lanjut, sehingga memerlukan perawatan yang saksama dan tepat agar kualitas hidup pasien dapat terus terjaga," kata dia.

Menurut data GLOBOCAN 2020, kejadian baru kanker ginjal di Indonesia sebanyak 2.394 kasus dengan 1.358 kematian (57 persen) akibat kanker ginjal. Sementara itu, di dunia, terdapat 431.288 kasus baru dengan 179.368 (41 persen) kematian.

Pengobatan RCC meliputi pembedahan, seperti nefrektomi atau pengangkatan tumor dari ginjal, dilanjutkan dengan terapi sistemik. Jika kedua ginjal sudah diangkat, maka pasien perlu menjalani cuci darah seumur hidupnya.

Dengan kemajuan pengobatan, kini pasien RCC dapat memanfaatkan pengobatan imunoterapi atau terapi biologis. Terapi lainnya meliputi terapi target di mana pengobatan ditargetkan hanya ke sel kanker saja sehingga efek terhadap sel sehat minimal.

"Pilihan perawatan akan menyesuaikan dengan keadaan stadium RCC yang dialami pasien, hal ini agar kualitas hidup pasien dapat berlangsung baik," tutur Nadia yang juga anggota Bidang Pelayanan Sosial YKI itu.

 
Berita Terpopuler