KH Saleh Lateng, Pejuang Dai dari Blambangan (I)

KH Saleh Lateng, dikenang sebagai pendekar ilmu dan amal.

SYAIFUL ARIF/ANTARA FOTO
Ilustrasi Pondok Pesantren
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KH Saleh Lateng, sosok yang dikenang sebagai pendekar ilmu dan amal ini berasal dari Banyuwangi, sebuah daerah di Jawa Timur yang berjulukan Bumi Blambangan. Khususnya bagi warga Nahdliyin, dirinya dikenal sebagai salah satu sahabat Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, sang pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Baca Juga

Kiai Saleh Lateng lahir pada Ahad, 6 Ramadhan 1278 H atau bertepatan dengan 7 Maret 1862 M di Kampung Mandar, Banyuwangi. Masyarakat setempat memanggilnya dengan sapaan akrab, Ki Agus Muhammad Saleh. Ayahnya bernama Ki Agus Abdul Hadi, sedangkan ibunya adalah Aisyah.

Dilihat dari nasabnya, Kiai Saleh bukanlah orang sembarangan. Sebab, silsilahnya memiliki jalur hingga ke Raja Palembang. Dalam tulisan yang dimuat laman resmi NU, Wakil Sekretaris Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN)Pengurus Besar NU Munawir Aziz menjelaskan, latar belakang keluarga sang kiai, sejak masih di Palembang sampai akhirnya berlabuh di Banyuwangi.

Menurut dia, riwayat tersebut bermula dari sekitar awal abad ke-19.Kala itu, Kesultanan Palembang Darus salam kehilangan kontrol atas banyak wilayah di Sumatera Selatan.Dominasi Belanda telah menggerogoti kedaulatannya. Bahkan, pemerintah kolonial membuang raja Palembang, Sultan Najamuddin, ke Aceh.

Menghadapi pergolakan itu, lanjut Munawir, sebagian besar kalangan bangsawan Palembang memilih untuk menyingkirkan diri. Seorang dari mereka adalah Ki Agus Abdurrahman.

Kakek Kiai Saleh Lateng itu termasuk bangsawan setempat yang menyelamatkan diri dan keluarganya dari hegemoni Belanda di Palembang. Ki Agus bersama orang-orang terdekatnya kemudian hijrah ke Sumenep, Pulau Madura.

Pada waktu itu, Sumenep masih menjadi salah satu basis kedaulatan Muslim yang tangguh.Kultur penduduk setempat pun begitu kental dengan tradisi keislaman.

Mengutip buku Masterpiece Islam Nusantarakarya Zainul Milal Bizawie, dijelaskan bahwa Ki Agus Abdurrahman saat di Sumenep menikah dengan seorang perempuan lokal, Najihah. Dari pernikahan ini, keduanya dikaruniai keturunan.

Salah satu anaknya yang belakangan hari meneruskan perjuangannya di jalan dakwah ialah Ki Agus Abdul Hadi. Tumbuh besar di Madura, Ki Agus menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Rihlah keilmuan dan pengembaraan hidupnya berlanjut ke Banyuwangi.

Di daerah ujung Jawa Timur itu, dirinya lantas menikah dengan seorang wanita se tempat, bernama Aisyah. Pasangan suami-istri ini menetap di Kampung Mandar. Hingga akhirnya, lahirlah seorang putra mereka, yakni Agus Muhammad Saleh--yang di kemudian hari dikenal sebagai KH Saleh Lateng.

 

 

 

 
Berita Terpopuler