KH Mas Alawi, Sosok di Balik Nama NU (III)

KH Mas Alwi termasuk kelompok alim yang pernah menimba ilmu di Tanah Suci.

Nahdlatul Ulama
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Sayyid Alwi Abdul Aziz az-Zamadghon merupakan salah seorang tokoh yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926. Mubaligh yang akrab disapa KH Mas Alwi itu dikenang, antara lain sebagai pemberi nama bagi organisasi tersebut. Berbagai sumber menyebutkan, pribadinya yang tawaduk dan cermat.

Baca Juga

Pada awal abad ke-20, kaum Muslimin sedunia sedang menghadapi tantangan serius dari kolonialisme Barat. Sebagian kalangan meresponsnya dengan mengajukan gagasan modernisme Islam. Kontestasi wacana itu pun sampai ke Nusantara, antara lain melalui jaringan haji atau para pelajar yang pernah merantau ke Haramain dan Mesir.

KH Mas Alwi termasuk kelompok alim yang pernah menimba ilmu di Tanah Suci. Ia pun turut merasakan, bagaimana sebagian Muslimin menyambut gegap gempita gagasan modernisme, seperti yang dicetuskan akademisi Universitas al-Azhar (Mesir) Muhammad Abduh. Salah seorang yang terpesona pada ide ini ialah KH Mas Mansur, yang masih berkerabat dengan Kiai Mas Alwi.

Akan tetapi, ada yang sedikit membuatnya penasaran. Mengapa Kiai Mas Mansur pergi ke Mesir untuk mempelajari gerakan pembaruan Islam? Bukankah gagasan pembaruan itu ada di Eropa dengan gerakan Renaisans?

Maka itu, Kiai Mas Alwi pun berpikir keras agar dapat sampai ke Benua Biru. Maka, ia memilih untuk bekerja di kapal yang berlayar ke Eropa, khususnya Prancis dan Belanda.

 

 

Kabar ini sampai ke pihak keluarga di Tanah Air. Mereka sempat kecewa. Sebab, waktu itu ada kesan bahwa mengikuti bekerja di kapal sarat dengan kegiatan negatif. Di atas kapal, ada perjudian, zina, mabuk, dan tindak asusila lainnya.

Sejak itu, keluarga Kiai Mas Alwi di Indonesia mengeluarkannya dari silsilah keluarga. Bahkan, ada rencana mengusirnya dari rumah begitu kembali pulang. Setelah sekian lama, ia pun berhasil mendapatkan jawaban dari kegelisahannya. 

Setiba di Tanah Air, orang-orang banyak mengucilkannya. Tidak hanya tetangga, tapi juga para sahabat dan rekan sejawatnya. Tak patah arang, Kiai Mas Alwi kemudian membuka warung kecil di Jalan Sasak, dekat wilayah Ampel, Surabaya. 

Setelah mengetahui Mas Alwi pulang, Kiai Ridlwan pun mengunjungi warungnya pada suatu hari. "Kenapa sampeyan datang ke sini , Kang? Nanti sampeyan dicuci pakai debu sama para kiai lain, sebab warung saya ini sudah dianggap najis mughalladzah? kata Kiai Mas Alwi.

"Dik Mas Alwi, sebenarnya apa yang sampeyan lakukan sampai pergi berlayar ke Eropa? tanyanya.

"Begini Kang Ridlwan. Saya ingin memahami, apa sih sebenarnya Renaisans itu? Lah, Dik Mansur (KH Mas Mansur Red) mendatangi Mesir untuk mempelajari Renaisans, itu salah. Sebab, tempatnya ada di Eropa," jawabnya.

 

 

"Renaisans di Mesir itu sudah tidak murni lagi, Kang Ridlwan, sudah dibawa makelar. Lah orang-orang itu mau melakukan pembaruan apa dalam tubuh Islam? Agama Islam sudah sempurna. Tidak ada lagi yang harus diperbaharui," sambung Kiai Mas Alwi lagi.

Ia pun menambahkan, Renaisans yang diupayakan ada dalam dunia Islam merupakan upaya pecah belah yang dihembuskan dunia Barat. Kiai Ridlwan lantas bertanya, Dari mana sampeyan tahu? Karena saya berhasil masuk ke banyak perpustakaan di Belanda, jawabnya. Bagaimana caranya sampeyan bisa masuk

Kiai Mas Alwi kemudian menuturkan, bahwa selama di Belanda dirinya menikah dengan seorang perempuan setempat yang sudah diislamkannya. Istrinya itu kemudian mengantarkannya ke banyak perpustakaan. Setelah Kiai Mas Alwi mengisahkan perjalanannya ke Eropa secara panjang lebar, Kiai Ridlwan pun berkata, "Begini, Dik Alwi, saya ingin menjadi pembeli terakhir di warung ini. Ya jelas terakhir Kang Ridlwan, karena ini sudah malam. Bukan begitu. Sampeyan harus kembali lagi ke Nahdlatul Wathon. Sebab, sudah tidak ada yang membantu saya sekarang. Kiai Wahab lebih aktif di Taswirul Afkar. Sampeyan harus membantu saya, jelas Kiai Ridlwan.

Keesokan paginya, Kiai Mas Alwi ternyata sudah tiba di Nahdlatul Wathon sebelum sebelum Kiai Ridlwan sampai.

 

Kok sudah ada di sini? Iya Kang Ridlwan, tadi malam ternyata warung saya laku dibeli orang. Uangnya bisa kita gunakan untuk sekolah ini, jawab Kiai Mas Alwi. Demikianlah kedua kiai muda tersebut membesarkan sekolah Nahdlatul Wathon. 

 
Berita Terpopuler