Kurang Dana, Masjid Christchurch tak Mampu Bayar Imam 

Imam masjid kini bekerja secara sukarela.

AP Photo/Mark Baker
Kurang Dana, Masjid Christchurch tak Mampu Bayar Imam. Imam Masjid Al Noor Gamal Fouda menyambut anggota klub motor Tu Tangata di masjid tersebut di Christchurch, Selandia Baru.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Pertama kali dalam 41 tahun, Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru tidak mampu membayar imamnya. Sang imam bernama Gamal Fouda yang menjadi figur publik setelah serangan teroris pada 15 Maret 2019 tidak lagi menjadi imam yang dibayar.

Baca Juga

Ke depannya, para pemimpin agama akan melanjutkan peran sukarela dengan tanggung jawab yang berkurang. Presiden Asosiasi Muslim Canterbury Mohamed Jama mengatakan masjid tidak lagi mampu membayar gaji imam lebih dari 800 dolar AS per pekan karena dana masjid kosong.

Dia percaya banyak jamaah kehilangan pekerjaan setelah karantina Covid-19 selama 2020. Selain itu, sumbangan yang didapatkan sangat rendah tanpa pengunjung dari luar negeri. Jama mengaku sedih lantaran tidak bisa membayar Fouda karena memiliki banyak tanggung jawab dan ada keluarga yang harus ia nafkahi.

Upaya untuk mengisi dana masjid terus dilakukan. Namun, itu tidak membuahkan hasil sehingga orang yang bekerja di masjid tidak bisa dibayar.

“Kondisi sekarang sangat buruk. Semua orang tidak punya uang. Ini pertama kalinya kami tidak memiliki uang di rekening selama 41 tahun untuk membayar seorang imam,” kata Jama, dilansir Stuff, Kamis (19/8).

Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru - (EPA-EFE/MARTIN HUNTER)

Seperti halnya orang yang kehilangan pekerjaan, Fouda tengah berusaha mencari sumber pendapatan lain. “Saya masih imam, tapi sukarela,” ujar dia.

Menurut dia, beberapa tahun terakhir masjid sangat sibuk sehingga panitia gagal memperhatikan dana yang makin menipis. “Masjid bergantung pada sumbangan orang. Mereka tidak memiliki pendapatan yang stabil,” ujarnya.

Fouda sedang dalam proses mendapatkan kembali pendaftaran mengajar yang berakhir setelah dia pindah dari Manawatu ke Christchurch untuk mengambil peran sebagai imam bayaran pada Maret 2016. Dia telah bekerja sebagai imam selama 21 tahun tapi tidak selalu penuh waktu.

Sebelumnya, Fouda merupakan seorang guru di sekolah dasar dan anak usia dini setelah memperoleh gelar pengajaran utama dari Universitas Otago pada 2009. Dia telah memperoleh sertifikasi halal untuk bekerja sebagai penasihat agama untuk sektor industri primer sementara dia menyelesaikan 12 pekan kualifikasi penyegaran yang diperlukan untuk pendaftaran guru.

Dia berharap mendapat lebih banyak peringatan sehingga dia bisa mulai mendapatkan kembali pendaftarannya lebih awal. Tidak jarang para imam menjadi sukarelawan di beberapa masjid. Selain menjadi imam, para relawan juga akan membantu dengan khutbah seperti yang dilakukan oleh Imam Pusat Islam Linwood Abdul Lateef yang tidak dibayar. 

https://www.stuff.co.nz/national/126099976/cashstrapped-christchurch-mosque-cant-afford-to-pay-imam

 
Berita Terpopuler