KH Idris Kamali Penerus Dakwah Sang Hadratussyekh (II-Habis)

Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, menerapkan pola pendidikan yang penuh disiplin.

ANTARA/syaiful arif
Pintu masuk kawasan makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020). Kawasan wisata religi ziarah makam Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Ponpes Tebuireng yang biasanya ramai dikunjungi peziarah saat bulan Ramadhan ditutup sejak 16 Maret hingga batas waktu yang belum ditentukan akibat pandemi virus Corona
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, Ulama adalah pewaris para nabi.Maknanya, sepeninggalan Rasulullah SAW, kaum Muslimin hendaknya memuliakan dan mengikuti arahan para alim ulama. Pesan beliau juga mengisyaratkan pentingnya kaderisasi para mubaligh agar risalah Islam dapat terus disampaikan dari generasi ke generasi.

Baca Juga

Khususnya di Indonesia, pondok pesantren merupakan salah satu tempat penggemblengan anak-anak muda yang hendak menempuh jalur dakwah. Di antara lembaga yang cukup masyhur ialah Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

Pendirinya, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, menerapkan pola pendidikan yang penuh disiplin dan berhikmah.Dengan demikian, para lulusan Tebuireng dapat menjadi ulama-ulama yang cerdas, tangguh, sekaligus teladan dalam menyebarkan paham Ahlussunnah wal jamaah(Aswaja).

Salah seorang muridnya yang kerap menjadi rujukan ialah KH Idris Kamali. Sejak menjadi santri, putra KH Kamali bin Kiai Abdul Jalil itu sudah menerapkan pola-pola pendidikan yang diajarkan Mbah Hasyim. Pada akhirnya, pemuda yang lahir di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi, itu menjadi seorang staf pengajar di Tebuireng.

Lebih dari 20 tahun lamanya ia mengajar kitab-kitab klasik kepada para santri setempat. Mengikuti jejak Mbah Hasyim, Kiai Idris Kamali selalu menekankan pentingnya regenerasi dai. Namun, suatu waktu dirinya menyadari bahwa Tebuireng saat itu sedang mengalami kemunduran dalam mencetak alim ulama yang mumpuni.

 

Hal ini seiring dengan munculnya sistem pendidikan madrasah berjenjang. Prihatian atas kondisi tersebut, Kiai Idris kemudian memusatkan metode pengajarannya kepada sekitar 20 santri. Mereka dibimbing dengan sangat intens agar dapat menjadi ulama. Untuk menjadi santri pilihan, ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.

 

Di antaranya adalah seorang santri harus tinggal di pesantren minimal tiga tahun. Selain itu, santri yang dimaksud mempunyai kesungguhan dan prestasi luar biasa. Misalnya, tuntas menghafal beberapa kitab utama dan pelajaran tingkat dasar.Tentunya mereka harus patuh terhadap arahan para kiai dan ustaz, terutama dalam menunaikan shalat jamaah lima waktu di masjid.

Tak sedikit santri Tebuireng yang pernah mengikuti kaderisasi tersebut pada akhirnya menjadi tokoh-tokoh besar. Di antaranya Prof KH Thalhah Hasan, Prof KH Ali Mustofa Yaqub, dan KH Ma'ruf Amin. Selain itu, ada pula Prof Djamaluddin Miri, KH Abdul Hayyie, KH Mustofa Mukhtar, dan Prof KH Said Aqil Siradj

 

Dikutip dari situs resmi Pondok Pesantren Tebuireng, masing-masing mereka ternyata menekuni spesialisasi keilmuan yang khas.Umpamanya, Kiai Ma'ruf Amin yang cenderung menerima tradisi keilmuan fikih dari Kiai Idris. Adapun Kiai Ali Musthafa Ya'qub meneruskan kepakaran sang alim dalam ilmu hadis. 

(Baca: KH Idris bin Kamali Penerus Dakwah Sang Hadratussyekh)

 
Berita Terpopuler