Taliban Dekati Kabul, Kemenlu RI Siapkan Langkah Antisipasi

Taliban mulai memasuki pinggiran ibu kota Afghanistan, Kabul, Ahad (15/8).

EPA-EFE/HEDAYATULLAH AMID
Keluarga pengungsi internal dari provinsi utara, yang melarikan diri dari rumah mereka karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, berlindung di sebuah taman umum di Kabul, Afghanistan, 14 Agustus (dikeluarkan 15 Agustus).
Rep: Fergie Nadira Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mulai memasuki pinggiran ibu kota Afghanistan, Kabul, Ahad (15/8) waktu setempat. Langkah cepat Taliban memperluas cengkraman kelompok fundamentalis itu untuk merebut lebih banyak wilayah di seluruh Afghanistan.

Baca Juga

Para pekerja di ibu kota Kabul panik melarikan diri dari kantor-kantor pemerintah. Helikopter dikabarkan mendarat di Kedutaan Besar AS.

Pihak Kementerian Luar Negeri menyatakan terus memantau kondisi di Afghanistan agar memastikan keselamatan WNI dan staf KBRI di negara tersebut.

"Kondisi WNI di Afghanistan terus diobservasi dan komunikasi dengan mereka masih terus berlangsung," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah kepada Republika, Ahad (15/8).

Faiza mengatakan, pihak Kemenlu siap tentang rencana evakuasi WNI yang berada di Afghanistan. Kendati demikian, dia belum memberikan keterangan secara mendetail kapan dan apakah evakuasi WNI dan staf Kedutaan akan secepatnya terlaksana.

"Kontijensi plan disiapkan semua perwakilan RI di luar negeri berdasarkan peraturan untuk mengantisipasi perkembangan politik yang dramatis atau suatu bencana," ujarnya.

Baca juga : Ironi Kisah Hormat Bendera Hingga Sebutan Santri dan Taliban

 

 

Menurut Faiza, sejauh ni ada enam WNI di negara tersebut. Sementara staf KBRI di Kabul berjumlah 18 orang termasuk Duta Besar (Dubes) RI untuk Kabul Arif Rahman. Dubes RI belum memberikan respons terkini terkait kondisi Kabul dan Afghanistan secara keseluruhan maupun WNI ketika diminta komentar melalui WhatsApp maupun telepon.

Tiga pejabat Afghanistan mengatakan, bahwa Taliban berada di distrik Kalakan, Qarabagh dan Paghman di ibu kota. Para militan kemudian berjanji untuk tidak merebut Kabul dengan paksa karena tembakan sporadis terdengar di ibu kota.

"Tidak ada nyawa, harta benda, dan martabat yang akan dirugikan dan nyawa warga Kabul tidak akan terancam," kata Taliban.

Kecepatan serangan Taliban yang sangat cepat telah mengejutkan dunia dan menimbulkan pertanyaan tentang mengapa pasukan Afghanistan hancur meskipun AS melatih pasukan di sana bertahun-tahun dan miliaran dolar dihabiskan.

Beberapa hari yang lalu, penilaian militer Amerika memperkirakan Taliban dapat mengepung Kabul dalam 30 hari dan kemungkinan merebut kota tersebut dalam 90 hari.

 

 

Penerbangan cepat dari helikopter Boeing CH-47 Chinook di dekat kedutaan AS dimulai beberapa jam kemudian setelah gerilyawan merebut kota terdekat Jalalabad. SUV lapis baja diplomatik terlihat meninggalkan area sekitar pos.

Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi pertanyaan tentang gerakan tersebut. Namun, gumpalan asap dapat terlihat di dekat atap kedutaan ketika para diplomat segera menghancurkan dokumen-dokumen sensitif. Hal itu disampaikan menurut dua pejabat militer Amerika yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas situasi tersebut.

Selain itu, helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk, yang biasanya membawa pasukan bersenjata, kemudian mendarat di dekat kedutaan. AS memutuskan beberapa hari yang lalu untuk mengirim 3.000 tentara baru untuk membantu mengevakuasi beberapa personel dari Kedutaan Besar AS. Pada Sabtu (14/8), AS mengizinkan 1.000 tambahan personel AS yang dikirim ke Afghanistan sehingga jumlah total sekitar 5000 pasukan.

 
Berita Terpopuler