KH Ahmad Al-Hadi Perintis Pesantren di Bali (III-Habis)

KH Ahmad Al Hadi segera dipilih secara aklamasi sebagai Rais Aam Cabang NU Jembrana

Nahdlatul Ulama
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Sekira periode 1930-an, ada dinamika dalam konteks umat Islam di Bali. Gerakan-gerakan Islam puritan mulai menyebar luas di daerah berjulukan Pulau Dewata itu.

Baca Juga

Di Jembrana, fenomena demikian kala itu cukup terasa. Rifkil Halim Muhammad dalam artikelnya di laman nu.or.id, Pendiri NU Pertama di Bali, menjelaskan situasi demikian. KH Ahmad al-Hadi waktu itu telah menjadi seorang ulama besar di Jembrana.

Sebagai seorang yang berpegang pada ahlussunah waljamaah (asjwaja), ia ingin agar paham puritanisme tidak menggerus aswaja. Bagaimanapun, gerakan puritan itu ternyata lebih terorganisasi. K

iai Ahmad pun memandang, kalangan aswaja semestinya dapat membuat organisasi pula. Dengan demikian, gerakan dihadapi dengan gerakan pula, bukan antar-personal. Intinya, harus ada wadah persatuan yang dapat mengamankan akidah aswaja.

Pada 1934, kaum aswaja di Bali menerima kedatangan seorang tokoh Nahdlatul Ulama, yakni KH Abdul Wahab Hasbullah. Dengan hanya menumpangi jukong, Kiai Wahab Hasbullah menyeberangi Selat Bali dan mendarat di Pelabuhan Jembrana.

 

Setelah beristirahat sejenak di Cupel, ulama asal Jombang, Jawa Timur, itu melanjutkan perjalanan menuju Kampung Timur Sungai, tempat Kiai Ahmad berada.

Di samping Masjid Agung Baitul Qadim Loloan Timur, Kiai Wahab mengenalkan NU kepada para alim ulama masyarakat Islam Jembrana. Dalam Kesempatan itu Kiai Wahab berpidato, "Kalau boleh diibaratkan sebagai penjual obat, saya ingin menjajakan saya punya obat (NU) kepada tuan-tuan. Jika cocok, alhamdulillah. Jika tidak cocok, tidak apa-apa."

Dalam pertemuan tersebut sempat terjadi tanya jawab seputar masalahmasalah agama. Para ulama dan tokoh lokal Jembrana merasakan ada kecocokan antara ajaran keislaman yang selama ini hidup di Jembrana dan paham aswaja yang diusung Jam'iyah NU.

Oleh karena itu, diplomasi Kiai Wahab dalam menawarkan NU ini dengan cepat dapat diterima dan menarik minat para ulama, para tokoh serta masyarakat setempat untuk bergabung ke dalam NU.

 

 

Mulai saat itulah organisasi NU berdiri dan memiliki struktur keorganisasian yang jelas. Sementara, KH Ahmad Al Hadi segera dipilih secara aklamasi sebagai Rais Aam Cabang NU Jembrana yang sekaligus menjadi cabang NU pertama di pulau Bali. Di bawah kepemimpinannya, NU pun segera mendirikan sejumlah madrasah di daerahdaerah yang menjadi basis umat Islam Jembrana.

 

Namun setelah NU menjadi partai politik, Kepemimpinan NU diserahkan kepada tiga ulama dari kampung Barat Sungai, yaitu Ustadz Ali Bafaqih, Datuk Guru Nuh dan Datuk Haji Abdurrahman. Sementara, Kiai Ahmad Al Hadi sendiri segera menjauhkan diri dari arena politik praktis dan lebih memilih berkonsentrasi mengurus pesantren hingga akhir hayatnya.

 
Berita Terpopuler