Al-Fustat, Ibu Kota Islam Pertama di Mesir

Fustat adalah ibu kota Islam pertama dan tertua.

wikipedia
al-Fustat, Kairo, Mesir
Rep: Rizky Suryarandika Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KAIRO -- Kepala Bidang Kepurbakalaan Islam, Koptik, dan Yahudi pemerintah Mesir, Osama Talaat, mengatakan bahwa Fustat adalah ibu kota Islam pertama dan tertua. Fustat dibangun tak lama setelah penaklukan Islam Arab atas Mesir pada tahun 20 H (641 M). 

Baca Juga

Dilansir dari dailynewsegypt pada Sabtu (31/7), sahabat Nabi Muhammad, Amr Ibn Ash memilih lokasi ini untuk pendirian ibu kota baru. Padahal lokasi sebelumnya tidak berpenghuni kecuali benteng Romawi yang dikenal sebagai Benteng Babel. Ibukota baru itu disebut Al Fustat, yang berarti "tenda", meskipun saat ini dikenal sebagai Old Cairo Quarter. 

Benteng al-Fustat, Kairo, Mesir. - (Wikipedia)

Fustat adalah salah satu lingkungan tertua di Kegubernuran Kairo Raya, karena mencakup banyak situs arkeologi terkenal, termasuk Masjid Amr Ibn Al-Aas. Masjidnitu merupakan bangunan pertama yang didirikan di kota baru tersebut.

Selain Masjid, ada bangunan ibadah agama lain di Fustat. Diantaranya sejumlah gereja di daerah Mar Girgis meliputi Gereja Gantung dan Gereja Abu Serga, yang dibangun di atas gua tempat Keluarga Suci berlindung selama perjalanan mereka di Mesir. 

 

 

Monumen terkenal lainnya di daerah tersebut adalah Sinagoga Ben Ezra, penggalian reruntuhan Fustat, Nilometre di pulau terdekat Roda. Kemudian ada juga Istana Manasterly dan Istana Muhammad Ali di Manial. 

Sumber sejarah menyebutkan bahwa bangunan pertama di Fustat adalah Masjid Amr Ibn Ash, disusul dengan berdirinya Emirate House, yang dibangun sebagai tempat tinggal para penguasa sejak awal zaman Islam. Seiring bertambahnya populasi di daerah sekitarnya, rumah-rumah juga dibangun secara bertahap, untuk mengakomodasi populasi yang terus bertambah. 

Tidak lama kemudian Fustat muncul sebagai kota dengan masjid agungnya, pasar komersial di sekitarnya, serta rumah-rumah. Ada banyak jalur, gang, dan jalur, yang merupakan manifestasi dari perluasan kota dan kemakmuran ekonomi. 

Pada akhir era Dinasti Fatimiyah, kota itu mengalami kebakaran hebat yang menyebabkan bagian timurnya terbakar. Seiring waktu, bagian timur ini terasa bobrok, dan tetap seperti ini sampai tahun 1912 M ketika penggalian arkeologi pertama dimulai disana. 

 
Berita Terpopuler