Alami Teror, Mualaf Ayesha Minta Ajukan Petisi ke Pengadilan

Renu Gangwar yang kini bernama Ayesha Alvi mendapatkan ancaman dan pemerasan.

Onislam.net
Mualaf
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pada 27 Mei 2021, Renu Gangwar (30 tahun) memutuskan memelui Islam. Usai bersyahadat, ia mengubah namanya menjadi Ayesha Alvi.

Baca Juga

Sebulan kemudian, pada 28 Juni 2021, Ayesha mengajukan petisi di Pengadilan Tinggi Delhi untuk meminta perlindungan dari ancaman dan pemerasan karena keputusannya menjadi Muslim.

Pada 1 Juli 2021, pengadilan memerintahkan polisi menyiapkan langkah-langkah memadai untuk melindungi kehidupan dan keselamatan Ayesha sampai masalah tersebut disidangkan pada tanggal 5 Juli 2021 nanti.

Dilansir dari laman Newslaundry, Sabtu (3/7), dalam petisinya Ayesha mengaku menerima ancaman dan meminta perlindungan dari upaya membawa paksa dirinya baik oleh individu, organisas, atau lembaga negara mana pun.

 

 

Ayesha, yang menetap di Delhi, bekerja di Bandara Internasional Delhi. Ia berasal dari Tilhar di distrik Shahjahanpur, Uttar Pradesh. Mufti Qazi Jahangir Alam dari Jamia Nagar, New Delhi, diduga telah memfasilitasi konversinya dan mengeluarkan sertifikat konversi untuk Ayesha.

Pada 9 Juni 2021, sesuai prosedur, sebuah iklan di Sikh Times mengumumkan konversi tersebut. Seminggu kemudian, Aisyah mengajukan surat pemberitahuan.

"Saya masuk agama Islam dengan kehendak bebas saya sendiri, dan tanpa ancaman atau paksaan dari siapapun," katanya dalam petisi pengadilan tinggi yang diterima Newslaundry.

Masalah muncul, ketika wartawan menerima informasi tentang kepindahan agamanya. Ayesha mengaku, sejak itu, ia kerap diteror agar mau berbicara soal konversinya.

 

 

Pada 20 Juni 2021, Ayesha pergi ke Tilhar untuk mengunjungi orang tuanya. Sejak 23 Juni 2021, dia mulai menerima beberapa panggilan telepon dari wartawan yang berbeda, memintanya untuk bertemu.

Seperti yang dikatakan dalam petisinya, Ayesha berkali-kali diganggu oleh awak media berbeda. Sementara, ayahnya dipaksa oleh berbagai organisasi dan polisi.

"Ayah diminta mengatakan saya dipaksa untuk pindah agama,"kata Ayesha dalam petisinya.

Pada 21 Juni 2021, Pasukan Anti-Terorisme (ATS) negara bagian Uttar Pradesh menangkap dua orang Yakni, Mohammad Umar Gautam dan Mufti Qazi Jahangir Alam Qasmi, yang telah mengeluarkan sertifikat konversi Ayesha. Dua orang ini dituduh melakukan konversi massal non-Muslim dengan memikat mereka dengan pekerjaan, uang, tekanan, atau pernikahan. 

Umar dan Qasmi didakwa dengan pasal yang berkaitan dengan Hukum Uttar Pradesh tentang Perpindahan Agama yang Melanggar Hukum Undang-undang 2020. Mereka dituduh melakukan konversi massal non-Muslim melalui pernikahan, pekerjaan, uang atau tekanan mental.

Keluarga dan tetangga Umar mengatakan kepada Newslaundry bahwa tuduhan itu tidak benar.

Times of India melaporkan bahwa regu anti-teror (ATS) mendaftarkan Laporan Informasi Pertama (FIR) terkait hubungan Qasmi dan Umar dengan konversi  Ayesha. Namun,

Additional of Director General Police untuk urusan Hukum dan Ketertiban, Prashant Kumar mengatakan kepada Newslaundry bahwa hanya satu FIR yang telah didaftarkan oleh ATS terhadap Umar dan Qasmi.

Ketika seorang wartawan secara khusus mengutip laporan Times of India, Kumar menolak berkomentar.  "ATS telah mengajukan satu FIR tunggal terhadap orang-orang itu dan mereka sedang menyelidikinya," katanya.

Pengacara Ayesha, Kamlesh Kumar Mishra, mengatakan kepada Newslaundry bahwa ketika Qasmi ditangkap, polisi menyita daftarnya yang mencantumkan nama Ayesha.

"Polisi Uttar Pradesh kemudian membocorkan informasi itu ke media," tuding Mishra.

Dari informasi itu, awak media mulai menyambangi rumah orangtuanya di Tilhar. Menurut Mishra, informasi tersebut mencantumkan alamat pada sertifikat konversi yang dibocorkan ke pers.

Namun dalam petisinya, kata dia, Ayesha mengaku menolak diwawancara namun selalu mendapat paksaan.

"Ada panggilan telepon pertama yang saya terima adalah dari 063********* dan ketika dia datang, dia mengancam akan mempublikasikan berita tentang konversi saya dan saya akan ditangkap. Lalu ia meminta uang dari saya dan ketika kami menyangkal dia mengancam lagi. Setelah itu dia dengan paksa mengambil 20 ribu rupee dari kami," kata Mishra, mengutip petisi Ayesha.

 

Ketika Newslaundry menghubungi nomor yang disebutkan oleh Ayesha dalam petisinya, diketahui nomor tersebut milik seseorang bernama Deep Srivastava. Seorang wartawan yang bekerja di News18. Kepada Newslaundry, yang bersangkutan menolak dugaan pemerasan uang terhadap Ayesha.

Ditanya soal apakah Ayesha sempat menolak. Srivastava mengaku tak bisa membicarakan hal tersebut via telepon. Ia pun memutuskan panggilan telepon tersebut.

Mishra mengungkap, Srivastava telah berulang kali menelepon Ayesha dan meminta untuk bertemu, sampai akhirnya Ayesha memberikan alamatnya. Ketika Srivastava pergi ke rumahnya, katanya, dia memintanya untuk menyebutkan nama pria Muslim di depan kamera yang mengajaknya pindah agama.

Ayesha dijanjikan apabila menjawab pertanyaan itu akan memperoleh jaminan keamanan. "Ayesha tiba-tiba takut dan dia melakukannya apa yang disuruh,"kata Mishra.

Mishra mengaku, kliennya tidak tahu nama pria Muslim yang dituduhkan.

"Wartawan itu mengatakan kepadanya, sekarang setelah anda mengatakan ini di depan kamera, jika kami mempublikasikan ini, itu akan menjadi sangat sulit bagi Anda dan keluarga. Dan keluarga Anda akan berada dalam masalah," kata Mishra mengutip pernyataan Ayesha.

 

 

Namun, Ayesha mengatakan dalam petisinya bahwa bukan hanya satu wartawan yang diduga mengancamnya. “Ada awak media lain yang datang dan mengancam kami dan mencoba memeras uang dari kami,” tulisnya.

“Beberapa orang dan organisasi lain juga mulai mengancam saya dan keluarga saya untuk memaksa saya masuk kembali ke agama Hindu.”

Beberapa media merilis video Ayesha yang menggambarkan kepindahan agamanya. Dalam salah satu videonya, Ayesha mengatakan, “Saya pindah agama untuk pekerjaan saya karena di sana (Dubai) itu akan membantu saya mendapatkan penghasilan yang layak."

Ketika wartawan bertanya tentang pekerjaannya di Delhi, Ayesha mengatakan, “Sama seperti semua orang, saya juga ingin maju dalam hidup. Saya telah bekerja keras selama bertahun-tahun dan saya mendapatkan pekerjaan di sana, jadi saya perlu melakukannya,"kata dia.

Wartawan itu kemudian bertanya kepada Ayesha apakah dia meminta izin dari orang tuanya sebelum pindah agama. Ayesha menjawab bahwa awalnya orang tuanya menolaknya. Namun, Ayesha memutuskan tetap pada pilihannya.

Namun, wartawan itu kembali bertanya kepada Ayesha, “Apa yang terjadi sehingga Anda perlu mengubah agama Anda?”

Dia juga menanyakan gajinya saat ini dan gaji yang dijanjikan di Dubai.

 

 

Pada 24 Juni,  Ayesha telah kembali ke New Delhi setelah merasa tidak aman di Shahjahanpur, dan Mishra bertemu dengannya keesokan harinya. "Saya bertanya kepadanya apa sebenarnya yang ingin dia lakukan," katanya.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa jika ini akan menjadi masalah besar, dia akan kembali ke Delhi. Tetapi jika itu terserah padanya, dia akan lebih memilih untuk tetap menjadi seorang Muslim.”

Selama di Delhi, Ayesha mengaku terus menerima telepon dan pesan yang mengatakan dia akan diambil kembali secara paksa dan masuk agama Hindu.

Mishra mengatakan kepada Newslaundry bahwa polisi setempat di Tilhar bersama dengan anggota unit intelijen lokal telah menelepon ayah Ayesha dan menyuruhnya untuk membawanya pulang.

“Mereka juga memintanya untuk mengungkap nama seorang pria Muslim dan mengatakan bahwa hanya dengan begitu, Ayesha akan aman,” katanya. 

Ayesha mengatakan, dalam petisinya, Kepolisian Uttar Pradesh  meminta ayahnya memberikan pernyataan berupa nama pria Muslim yang terlibat dalam proses perpindahan agamanya. Jika tidak diberitahu, Ayesha akan mendapat banyak masalah.

Anil Gangwar, ayah Ayesha, mengatakan kepada Newslaundry bahwa dia belum mengajukan pengaduan polisi atas konversi putrinya. "Saya tidak punya masalah dengan perpindahan agama jika itu yang polisi inginkan. Saya tidak punya keluhan tentang polisi," kata dia.

Newslaundry menghubungi the station house officer Harpal Singh,  Tilhar, dan Sanjay Kumar, Additonal Superintendent of Police di Shahjahanpur.

"Baik Singh dan Kumar mengatakan mereka tidak dapat mengomentari kasus tersebut karena sedang diselidiki oleh ATS. Ketika ditanya apakah polisi setempat berhubungan dengan keluarga Ayesha, mereka menjawab tidak,"kata Mishra.

Prashant Kumar, Director General of Police Uttar Pradesh, mengatakan kepada Newslaundry tidak mengetahui kasus Ayesha. Menurutnya, ATS sedang fokus pada kasus konversi yang lebih besar saat ini.

“Kami sedang menyelidiki kasus konversi paksa di mana orang tersebut dipaksa, ditekan atau dibujuk dengan uang, pekerjaan, pernikahan, dll,” katanya.

“Jika itu adalah konversi sukarela dan tidak ada paksaan, maka tidak apa-apa.”

Kumar pun ditanya apakah konversi sukarela Aisyah akan ditafsirkan sebagai paksaan? "Saya tidak tahu," katanya.

“Tidak bisa berkomentar sekarang.”

Sementara, petisi Ayesha menyebutkan laporan berita oleh OpIndia dan Punjab Kesari keliru dan berisi fitnah. 

 
Berita Terpopuler