Enid Blyton Dinilai Rasis dan Xenofobia, Apa Sebab?

Enid Blyton merupakan penulis Lima Sekawan, Malory Towers, dan The Little Black Doll.

Twitter English Heritage
Bekas rumah penulis Enid Blyton dipasangi plakat biru dari English Heritage sebagai penanda sejarah.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Badan amal English Heritage telah memperbarui biografi mendiang penulis Enid Blyton di situs webnya. Blyton dianggap sebagai penulis yang rasis, xenophobia, dan karyanya kurang bernilai sastra.

Keputusan English Heritage itu berdasar pada tinjauan ulang terhadap buku karya Blyton bertajuk The Little Black Doll. Buku anak yang pertama kali dirilis tahun 1965 itu dinilai bermuatan rasis.

Baca Juga

Buku cerita itu mendeskripsikan boneka Sambo sebagai anak yang jelek karena kulitnya hitam. Sambo baru akan diterima oleh pemiliknya setelah "wajahnya hitam jeleknya" tercuci "bersih" oleh hujan.

English Heritage juga mengklaim bahwa Royal Mint menolak untuk mengabadikan Blyton di koin 50 pence karena dia adalah seorang rasis, seksis, homofobia, dan bukan penulis yang sangat dihormati. Namun, organisasi tersebut menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menghapus plakat biru untuk penulis "Lima Sekawan" (Famous Five) itu.

Nama Enid Blyton telah diabadikan dalam sebuah plakat biru (blue plaque) yang dipajang di bekas rumahnya di Chessington, London barat daya. Plakat biru merupakan penanda yang mengaitkan suatu lokasi dengan orang terkenal, peristiwa bersejarah, atau bangunan bersejarah.

English Heritage berjanji untuk meninjau ulang semua plakat birunya setelah protes Black Lives Matter tahun lalu. Badan amal ini merupakan pengelola monumen, bangunan, dan tempat bersejarah di Inggris.

Keputusan English Heritage untuk tidak menghapus plakat biru itu tampaknya memicu protes publik. Melalui sebuah pernyataan di akun Twitter-nya, organisasi tersebut menjelaskan alasan mengapa plakat biru 1997 untuk Enid Blyton tidak akan dihapus.

"Situs web kami memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan seseorang, termasuk aspek-aspek yang tidak nyaman. Kami tidak punya rencana apa pun untuk menghilangkan plakat biru yang telah diberikan kepada Enid Blyton. Kami akan terus memperbarui situs web kami sehingga cerita di balik setiap plakat tersaji secara lengkap,” demikian pernyataan English Heritage, seperti dilansir The Sun, Jumat (18/6).

Keputusan English Heritage menyebut karya Blyton "kurang nilai sastra" dipertanyakan oleh komedian David Baddiel. Dalam cicitannya di Twitter, dia menulis "Mengenai Enid Bylton, rasisme iya, xenofobia iya, tapi aneh sekali kalau menyebut buku yang telah terjual lebih dari 600 juta eksemplar sebagai 'kurang nilai sastra'."

Ahli botani dan presenter televisi, James Wong, mengatakan bahwa gagasan bahwa karya Enid Blyton memiliki unsur rasis telah ada setidaknya selama tiga dekade lalu. Ia heran hal tersebut sekarang diungkit kembali.

"Mengapa tiba-tiba begitu marah tentang hal itu hari ini, seolah-olah itu akan menjadi berita panas?" kata dia.

Blyton juga terkenal sebagai pengarang Noddy dan Malory Towers. Dia meninggal pada tahun 1968 dalam usia 71 tahun.

 
Berita Terpopuler