Junta Myanmar Bakar Desa demi Redam Perlawanan

Foto-foto dan video Desa Kinma yang hangus tersebar di media sosial.

Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada Februari.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Warga sebuah desa Myanmar mengatakan pasukan pemerintah membakar sebagian besar desa di bagian tengah negara itu. Pembakaran ini dilaporkan media-media independen dan media sosial.

Langkah ini tampaknya dilakukan untuk menekan perlawanan terhadap pemerintah militer. Serangan ini salah satu contoh bagaimana kekerasan menjadi endemik di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir ketika junta mencoba meredakan gerakan pemberontakan.

Setelah militer merebut kekuasaan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi yang dipilih dengan demokratis, banyak masyarakat Myanmar yang menggelar gerakan pembangkangan massal demi melawan kekuasaan militer.

Pada Rabu (16/6), foto-foto dan video desa Kinma di wilayah Magway yang hangus tersebar di media sosial. Gambar-gambar memperlihatkan desa tersebut rata dengan tanah usai dilalap api dan banyak bangkai binatang ternak. Warga desa yang dihubungan lewat telepon mengatakan hanya 10 dari 237 rumah yang masih berdiri.  

Warga desa itu menolak namanya disebutkan karena khawatir ditindak pemerintah. Ia mengatakan, sebagian besar warga sudah meninggalkan desa tersebut sebelum tentara tiba dan melepaskan tembakan.

Baca Juga

Warga tersebut mengatakan, ia yakin para tentara mencari anggota pertahanan desa yang didirikan untuk melindungi desa dari polisi dan tentara junta militer. Sebagian besar pasukan pertahanan desa yang dipersenjatai senjata berburu.

Pasukan pertahanan desa memberi peringatkan pada warga sebelum tentara tiba. Jadi, tinggal empat atau lima orang warga yang masih berada di dalam desa saat tentara melakukan penggeledahan. Ketika mereka tidak menemukan apa-apa para tentara itu membakar rumah-rumah warga desa. "Ada sejumlah hutan di dekat desa kami, sebagian besar dari kami mengungsi ke hutan," katanya.

Warga desa itu mengatakan, ia yakin ada tiga korban, satu seorang anak laki-laki pengembala domba yang tertembak di paha dan pasangan orang lanjut usia yang tidak bisa melarikan diri. Ia yakin pasangan itu telah meninggal dunia, tapi sejumlah media melaporkan mereka hilang. Warga itu tidak berani pulang ke desanya.

"Kami pikir ini belum berakhir, kami akan pindah ke desa lain, bahkan bila kami pulang ke desa kami, tidak ada tempat tinggal karena semuanya hangus," katanya.

 
Berita Terpopuler