Rumor dan Komunikasi Buruk, Muslim India Ragu Divaksinasi

Keraguan akan vaksin berkontribusi pada penyebaran virus corona.

AP / Amit Sharma
Rumor dan Komunikasi Buruk, Muslim India Ragu Divaksinasi. Seorang pasien yang menerima perawatan di pusat perawatan COVID-19 gratis menunjukkan plakat meminta bantuan dari relawan di New Delhi, India, Kamis, 27 Mei 2021.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang warga Muslim India Abida Ahmed (27 tahun) yang juga lulusan mahasiswa Universitas Muslim Aligarh (AMU) yang bergengsi mengaku sedang berduka, tapi juga marah.  Dia kehilangan tiga anggota keluarganya sejak gelombang Covid-19 kedua melanda pada April lalu.

Baca Juga

Terlepas dari keraguan pribadi, Abida memberanikan diri melakukan suntikan vaksin pertamanya. Ia berhasil menemukan slot yang tersedia melalui aplikasi CoWIN yang dikelola pemerintah.

"Ribuan orang India sekarat setiap hari hanya karena mereka tidak dapat menemukan oksigen yang mendukung kehidupan. Banyak lagi yang bahkan tidak bisa mendapatkan pemakaman yang bermartabat untuk orang yang mereka cintai," kata Abida dilansir di Deutsche Welle (DW), Rabu (9/6).

"Bagaimana Anda menghibur atau memberi harapan kepada kami? Mengapa kami percaya kepada pemerintah ketika mereka tidak dapat berbuat apa-apa ketika orang-orang sekarat?"tambahnya.

Amna Khatoon, seorang eksekutif penjualan di sebuah perusahaan swasta, juga kehilangan seorang paman karena Covid-19.  Dia mengaku ada kebingungan yang cukup besar di antara orang-orang mengenai apakah vaksin virus corona yang digunakan di India mencegah penyakit dan banyak yang terus menyimpan kesalahpahaman tentang potensi efek samping.

 

"Banyak orang meninggal dalam gelombang kedua meskipun menerima suntikan. Tidak ada pesan yang tepat dari pihak berwenang tentang kemanjuran vaksin," kata Khatoon kepada DW.

"Ada ketakutan yang berkontribusi terhadap keraguan vaksin karena orang berpikir itu akan menyebabkan efek buruk dan ini adalah sesuatu yang perlu kita hilangkan," kata Ali Jafar Abedi dari Departemen Kedokteran Komunitas kepada DW.

Kewaspadaan meningkat terhadap suntikan Covid-19

Selama dua bulan terakhir, sebagian komunitas Muslim waspada terhadap vaksinasi. Sikap itu terutama setelah kematian Sekretaris Jenderal Dewan Hukum Pribadi Muslim Seluruh India Maulana Wali Rahmani baru-baru ini sebagai akibat komplikasi virus corona pada April.

Padahal, dia telah menerima suntikan pertama vaksin kurang dari seminggu sebelum dinyatakan positif. Kematian Rahmani semakin menimbulkan keraguan di masyarakat tentang kemanjuran vaksin. Biasanya dibutuhkan dua minggu setelah menerima suntikan vaksin kedua bagi tubuh untuk membangun perlindungan terhadap virus penyebab Covid-19. Untuk mengatasi kesalahpahaman tersebut, beberapa pemimpin Muslim meluncurkan kampanye kesadaran membujuk masyarakat agar mau divaksin.

 

Wilayah yang dilanda krisis kesehatan parah

Di kota Aligarh, dengan populasi lebih dari 1,2 juta, infrastruktur kesehatan dibanjiri pasien pada April dan Mei. Situasi serupa dihadapi di banyak negara bagian lain di mana pasien berjuang menemukan tempat tidur rumah sakit, oksigen medis, dan obat-obatan esensial.

Penduduk kota Kasganj, Hathras dan Iglas juga menuju ke fasilitas medis di Aligarh yang mengurus kebutuhan kesehatan beberapa distrik yang berdekatan.

"Itu adalah mimpi buruk, dan pemerintah tidak membantu kami. Warga saling membantu tetapi tidak ada ranjang rumah sakit untuk membantu yang membutuhkan," seorang ibu rumah tangga dari Hathras Asha Devi.

Sejak awal pandemi, distrik tersebut telah mencatat lebih dari 18.700 infeksi dan hampir 100 kematian.  Warga mengklaim angka resmi tidak menggambarkan skala bencana yang sebenarnya.

 

Fokus diperlukan untuk meredam desas-desus tentang vaksin

Wakil Rektor AMU Tariq Mansoor mengatakan keragu-raguan vaksin telah berkontribusi pada penyebaran virus corona di kampus. "Keraguan vaksin memainkan peran penting dalam timbulnya sejumlah besar kasus Covid-19 di antara karyawan universitas dan keluarga mereka, dan akibatnya morbiditas dan mortalitas. Vaksinasi diperlukan untuk mengendalikan situasi saat ini serta mencegah potensi gelombang ketiga di masa depan," katanya.

Beberapa percaya keraguan vaksin juga merupakan akibat dari komunikasi yang buruk. "Sejak awal, seharusnya ada pesan yang jelas untuk mengatakan vaksinasi akan melindungi warga dari penyakit serius, dan ini tidak pernah diberitahukan," ujar seorang anggota fakultas senior.

"Ada banyak desas-desus tentang vaksin, tetapi salah satunya yang beredar di kalangan Muslim adalah vaksinasi sebagai agen sterilisasi dan taktik mengendalikan populasi Muslim," ujarnya.

Membasmi rumor dan teori konspirasi semacam itu adalah upaya yang sulit, tetapi beberapa orang merasa masalah yang lebih besar adalah ketidakpercayaan yang mendasari pihak berwenang. 

Saira Mehnaz, seorang dokter, mengatakan masyarakat bisa mengatasi masalah keragu-raguan vaksin. "Tetapi yang sangat kami butuhkan adalah peluncuran vaksin yang cepat sehingga orang dapat disuntik dan aman," katanya.

 
Berita Terpopuler