Zimbabwe Berencana Bunuh Massal Gajah untuk Kurangi Populasi

Daya dukung Zimbabwe hanya mampu untuk sekitar 45.000 gajah.

VOA
Gajah (ilustrasi)
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Populasi gajah di Zimbabwe terus menanjak ketika populasi hewan itu di Afrika sedang menurun. Pihak berwenang di negara Afrika bagian selatan itu memperkirakan bahwa jumlah mamalia itu saat ini mencapai kurang lebih 100.000 ekor dan akan dipangkas dengan pembunuhan massal.

Baca Juga

Jumlah gajah di Zimbabwe telah mengalami kenaikan cukup banyak dari 84.000 ekor pada 2014. Padahal, daya dukung negara itu hanya mampu untuk sekitar 45.000 gajah.

Surplus itu telah mendorong pemerintah dalam beberapa pekan terakhir untuk mempertimbangkan pembunuhan massal gajah sebagai pilihan pengendalian populasi untuk melindungi satwa liar lainnya, serta vegetasi negara. Upaya tersebut terakhir dilakukan negara itu pada 1988.

"Kami kelebihan populasi gajah di negara ini," kata juru bicara Otoritas Taman dan Margasatwa Zimbabwe (ZimParks), Tinashe Farawo, dikutip dari Aljazirah.

Mempertahankan populasi gajah yang tumbuh menimbulkan risiko bagi hewan lain dengan menyebabkan kerusakan habitat. Akan ada juga peningkatan interaksi manusia-satwa liar yang berbahaya, dengan lusinan kematian dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami memiliki burung nasar yang berkembang biak di pohon. Burung nasar tidak lagi berkembang biak di Hwange (Taman Nasional), mereka pindah ke tempat lain karena gajah punya kebiasaan merobohkan pohon," kata Farawo.

Farawo mencatat bahwa rencana membunuh gajah masih dalam tahap formatif dan keputusan akhir belum dibuat. Namun, dia menekankan bahwa pemusnahan diizinkan oleh undang-undang Zimbabwe.

Tapi, Pusat Tata Kelola Sumber Daya Alam (CNRG) sebagai pengawas lingkungan dan hak asasi manusia di Zimbabwe yang mendokumentasikan perburuan, menentang rencana tersebut. "Pemusnahan pada akhirnya akan menyebabkan kepunahan gajah-gajah ini,” kata juru bicara Simiso Mlevu.

"Ini baru permulaan. Segera kita akan dipaksa untuk melakukan perjalanan ke negara lain hanya untuk melihat seekor gajah," kata Mlevu.

Awal tahun ini, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mendaftarkan gajah hutan Afrika sebagai sangat terancam punah. Sedangkan gajah sabana Afrika sebagai terancam punah. Pengajuan itu akibat lonjakan perburuan dan hilangnya habitat karena jumlahnya yang menurun.

Menurut penilaian terbaru kelompok yang berbasis di Swiss, jumlah gajah hutan Afrika turun lebih dari 86 persen selama periode 31 tahun. Sementara itu, populasi gajah sabana Afrika turun setidaknya 60 persen selama setengah abad terakhir.

 

Zimbabwe memiliki populasi gajah terbesar kedua di benua itu setelah Botswana yang memiliki sekitar sepertiga dari 415.000 gajah Afrika yang tersisa. Atas pro-kontra itu, opsi lain yang dipertimbangkan oleh otoritas Zimbabwe adalah memindahkan gajah dari daerah dengan populasi tinggi. Namun, keduanya terkendala keterbatasan dana.

Pemerintah Zimbabwe mengaku tidak memiliki dana untuk melakukan proses yang mahal tersebut. Pada 2018, negara itu memindahkan 100 gajah dan biaya latihannya mencapai 400.000 dolar AS.

Pada akhir April, pemerintah Zimbabwe mengatakan, pihaknya berencana untuk menjual izin berburu untuk membunuh 500 gajah untuk menghasilkan pendapatan. Pemburu legal itu diharapkan mengumpulkan dana antara 10.000 hingga 70.000 dolar AS tergantung pada ukuran gajah.

Kuota perburuan 500 gajah, yang terpisah dari rencana pemusnahan, diperbolehkan oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Aturan itu berangkat dari pengeluaran dana untuk pemeliharaan gajah. 

 
Berita Terpopuler