Pembelotan Anak-Anak Ketua Hamas ke Kubu Israel

Mosab Hassan Yousef membelot dan memilih menjadi mata-mata Israel.

VOA
Mosab Hassan Yousef berbicara dalam sebuah wawancara televisi di New York pada bulan Maret lalu.
Rep: Zainur mahsir ramadhan Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Pada 1997 silam, dunia politik, Islam khususnya, sempat dihebohkan dengan pengakuan putra sulung dari pendiri Hamas, Mosab Yousef. Pasalnya, tidak hanya membelot dari Hamas, dia juga mengkhianati warga Palestina dan membela Israel untuk membasmi perusuh asal Palestina.

Namanya kini kembali mencuat, setelah mengeluarkan pernyataan dengan nada ancaman akhir pekan lalu. Mosab Yousef yang kini bermukim di California, Amerika Serikat (AS), juga mendesak Israel untuk kembali menargetkan para pemimpin kelompok Hamas, meski gencatan senjata masih diberlakukan.

"Membunuh kepemimpinan Hamas tidak akan menghancurkan Hamas, tapi itu akan memberi mereka pelajaran dan meminta pertanggung jawaban mereka," kata Mosab Hassan Yousef dikutip dari The New York Post kemarin.

Menurut pernyataan terbaru dia, Hamas tidak hanya melakukan kekerasan dan pertumpahan darah. Tetapi, juga terus menggunakan kematian rakyat Palestina sebagai benteng dan propaganda asing.

“Hamas membenci Israel lebih dari mereka mencintai anak-anak mereka sendiri,” katanya.

Menilik lebih jauh, kebencian dari lelaki berusia 43 tahun itu terhadap Hamas dan membelot dari Palestina, bermula saat dirinya ditangkap dan diinterogasi oleh Shin Bet, biro keamanan Israel karena menyelundupkan senjata untuk kepentingan ayahnya.

Diceritakan dalam buku dan dokumenternya, saat dikirim ke penjara, Yousef muda ditunjukkan dan dicuci otak oleh intelejen Israel dengan menampilkan bom bunuh diri Hamas. Termasuk, taktik lain yang kemudian dianggapnya biadab.

Singkat cerita, Mosab Hassan Yousef saat ditahan, kemudian membelot dan memilih menjadi mata-mata Israel. Hal yang sangat dimanfaatkan oleh Israel untuk melawan mantan kelompok Yousef. Padahal, Mosab yang lahir di kota Ramallah, Tepi Barat, juga mengakui dalam otobiografinya sempat dipersiapkan oleh sang ayah untuk menjadi pemimpin gerakan teror Palestina.

Saat menjadi intelijen di Shin Bet selama kurang lebih satu dekade, dia mendapat nama kode ‘Green Prince’.  Kode itu yang kemudian menginspirasi penulisan buku dirinya pada 2010. Bahkan, empat tahun kemudian buku itu diadaptasi menjadi film dengan sokongan Israel.

Setelah menjadi intelijen Shin Bet, Mosab Hassan Yousef merasa hidupnya tak aman dan memutuskan mencari suaka ke Amerika Serikat. Lambat laun, dirinya diketahui juga pindah agama menjadi Kristen.


Dalam pernyataannya selama di Amerika Serikat, Mosab menyatakan bahwa Hamas selalu menyiksa dan membunuh ratusan narapidana. Dalam pengisahannya, Hamas disebut menyiksa dengan cara menusukan jarum ke bawah kuku para tahanan dan membungkus tubuh narapidana dengan plastik yang terbakar.

“Saya tidak akan pernah melupakan teriakan mereka. Saya mulai bertanya pada diri saya sendiri. Bagaimana jika Hamas berhasil menghancurkan Israel dan membangun negara. Akankah mereka menghancurkan orang-orang kita dengan cara ini? ” tanya dia.

Lanjut dia, meski Hamas secara demokratis dipilih oleh warga Palestina di Gaza pada 2006, Mosab Yousef mengatakan, kelompok itu tidak sepopuler yang mungkin terlihat dari cuplikan berita. “Diamnya mayoritas Gaza bukan karena mereka mendukung Hamas, tapi karena mereka takut pada Hamas,” ujarnya.

Terlepas dari kisah itu, nyatanya, Mosab Yousef bukan satu-satunya pembelot dari Hamas yang kemudian membela Israel. Pasalnya, adik lelaki Mosab Yousef, Suheib Yousef, juga mengikuti jejak Mosab dengan membelot dari Hamas pada 2019 kemarin.

Dalam wawancara dengan media Israel, Suheib mengaku muak dengan korupsi di kelompok tersebut dan menyebutnya ‘organisasi teror rasis yang berbahaya bagi rakyat Palestina’.

 
Berita Terpopuler