Babak Baru Serangan Israel di Jalur Gaza

Dalam 24 jam terakhir serangan Israel telah mengakibatkan 42 orang meninggal.

AP / Khalil Hamra
Penyelamatan warga Palestina yang selamat dari bawah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur setelah serangan udara Israel yang mematikan di Kota Gaza, Ahad (16/5).
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Bambang Noroyono, Rizky Jaramaya, Fergi Nadira Bach

Israel meluncurkan babak baru serangan udara besar-besaran di sejumlah area di Jalur Gaza, Palestina, pada Senin (17/5) pagi. Serangan dilakukan hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan bahwa perang dengan Hamas, faksi politik Palestina di wilayah itu, akan terus berlanjut.  

Dilansir TVNZ, ledakan mengguncang Gaza dari bagian utara ke selatan selama 10 menit dalam serangan udara yang lebih berat di area yang lebih luas dan berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Sejauh ini, serangan telah membuat setidaknya tiga bangunan di Kota Palestina itu hancur dan dalam 24 jam terakhir, tercatat sebanyak 42 orang tewas.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan serangan Israel terus berlanjut dengan kekuatan penuh dan akan memakan waktu. Israel ingin ‘memungut harga yang mahal’ dari Hamas.

Sementara itu, Hamas meluncurkan roket dari Gaza menuju wilayah sipil di Israel. Saat itu adalah beberapa jam sebelum kebaktian malam untuk hari raya Yahudi di Shavuot, kata layanan darurat Israel. Meski demikian, tidak ada korban luka yang dilaporkan dari insiden ini.

Dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, keluarga Palestina yang menjadi korban harus dimakamkan di bawah tumpukan puing-puing semen dan tulangan bengkok. Seekor burung kenari kuning juga terlihat tergeletak di tanah. Pecahan kaca dan puing-puing menutupi jalan blok jauhnya dari jalan raya utama pusat kota di mana ketiga bangunan itu dihantam selama lima menit sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat.

Situasi konflik antara Israel dan Palestina telah meningkat selama satu pekan terakhir, menandai pertempuran terburuk di Jalur Gaza yang menjadi rumah bagi dua juta warga Palestina sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 yang menghancurkan. Ketegangan antara dua pihak dimulai pertama kali sejak satu bulan lalu di Yerusalem sesaat setelah pengadilan Israel mengeluarkan putusan penggusuran puluhan keluarga Palestina agar kediaman mereka kemudian ditempati oleh  pemukim Yahudi. Langkah ini memicu protes di seluruh wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Situasi semakin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, sekaligus situs suci ketiga bagi umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.

Kelompok masyarakat pegiat hak asasi manusia (HAM) di Israel, B’Tselem, mengecam aksi penyerangan tentara zionis Israel (IDF) yang menyasar permukiman masyarakat sipil di Gaza. Dalam sebuah pernyataan resminya, B’T Selem menyebut serangan tentara Zionis Israel ke wilayah Gaza sebagai aksi kejahatan perang. B’Tselem mendesak komunitas internasional menekan Israel untuk penghentian serangan ke semua wilayah pendudukan di Palestina.

“Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza,” ujar pernyataan resmi B’Tselem yang dikutip dari laman resminya, Senin (17/5). “Menargetkan objek sipil adalah tindakan terlarang dan merupakan kejahatan perang,” sambung pernyataan tersebut.

B’T Selem menilai, aksi kejahatan perang yang dilakukan tentara dan kebijakan rezim Zionis Israel kali ini lebih parah dan brutal ketimbang yang pernah dilakukan sebelum-sebelumnya terhadap warga sipil di Gaza.

Pada 2014, menurut catatan B’T Selem, serangan tentara zionis Israel ke pemukiman sipil di Gaza sudah dalam penyelidikan Pengadilan Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda. “Israel sekarang, melakukan kebijakan yang sama persis dengan yang sedang diperiksa oleh ICC,” begitu kata B’Tselem. Komunitas HAM yang berbasis di Yerussalem itu pun meminta masyarakat internasional mengerahkan seluruh lobi diplomatiknya untuk mendesak Zionis Israel menghentikan kekerasan di Palestina.

“Kekerasan Israel harus dihentikan sekarang. Itulah sebabnya, komunitas internasional harus segera turun tangan, dan menggunakan pengaruhnya untuk memaksa, dan menekan Israel mengubah kebijakannya sebelum lebih banyak lagi korban di Jalur Gaza, Palestina,” sambung pernyataan tersebut.

Otoritas resmi di Ramallah, Palestina, mencatat serangan tentara Zionis Israel ke wilayah Gaza menelan korban jiwa sedikitnya 181 orang, dan 52 di antaranya adalah anak-anak serta 22 perempuan. Korban luka-luka dan yang mengalami cacat diperkirakan mencapai 1.200 orang.

Baca Juga

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, 10 ribu warga Gaza mengungsi akibat serangan yang menyasar permukiman-permukiman dan bangunan sipil sepanjang akhir pekan lalu.

Sementara, kekerasan yang dilakukan polisi dan tentara Zionis Israel di kawasan Yerussalem Timur, di Palestina, sepanjang pekan lalu, menurut catatan B’Tselem telah membunuh sekitar 14 warga sipil. Kekerasan yang terjadi di Yerussalem Timur tersebut terjadi setelah aksi sepihak warga ilegal Israel, atas dukungan resmi pemerintahan zionis, untuk merampas kawasan permukiman sah milik warga Palestina di Sheikh Jarra.

Kekerasan yang terjadi di Yerussalem Timur itu menjadi pemicu serangan Israel di Gaza. Kelompok sayap militer Hamas di Gaza, Brigade al-Qassam, melawan serangan tentara Zionis itu dengan membombardir kota-kota di Israel dengan roket-roket mematikan. Sampai Senin (17/5), sudah lebih dari 3.000 roket yang menghantam kota-kota dan fasilitas vital Israel yang menewaskan sedikitnya tujuh warga.  

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar pertumpahan darah yang terjadi di Gaza segera diakhiri. Berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB pada Ahad (16/5), Gutteres mengatakan, PBB secara aktif melibatkan semua pihak menuju gencatan senjata dengan segera.

Upaya gencatan senjata oleh Mesir, Qatar, dan PBB sejauh ini tidak menunjukkan kemajuan. Amerika Serikat mengirim utusan untuk menyelesaikan konflik yang sedang terjadi. Sementara,  Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Sabtu (15/5).

"Setiap kali Israel mendengar seorang pemimpin asing berbicara tentang haknya untuk membela diri, semakin berani untuk terus membunuh seluruh keluarga dalam tidur mereka," kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki kepada Dewan Keamanan.

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, serangan Israel merupakan tanggapan terhadap serangan membabi buta oleh Hamas. Erdan menambahkan, Israel telah mematuhi hukum internasional dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah korban sipil. "Israel menggunakan misilnya untuk melindungi anak-anaknya. Hamas menggunakan anak-anak untuk melindungi misilnya," kata Erdan.

Dewan Keamanan PBB telah melakukan pertemuan sebanyak dua kali pada minggu lalu karena kekerasan yang memburuk. Para diplomat mengatakan, sejauh ini pertemuan tersebut tidak dapat menyetujui pernyataan publik karena Amerika Serikat yang merupakan sekutu kuat Israel, tidak percaya bahwa pernyataan akan membantu meredakan situasi di Gaza.

"Kami meminta AS untuk memikul tanggung jawabnya, mengambil sikap yang adil, dan bersama dengan sebagian besar komunitas internasional mendukung Dewan Keamanan dalam meredakan situasi," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Utusan PBB untuk Timur Tengah, Tor Wennesland, mendesak komunitas internasional mengambil tindakan dengan segera untuk menurunkan tensi di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (14/5) malam bahwa pasukan keamanan Israel akan terus melanjutkan operasi serangan. Militer Israel mengatakan, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya telah menembakkan sekitar 2.300 roket dari Gaza sejak Senin. Israel mengatakan, sekitar 1.000 berhasil dicegat oleh pertahanan rudal dan 380 jatuh ke Jalur Gaza.

Israel telah melancarkan lebih dari 1.000 serangan udara dan artileri ke jalur pantai yang berpenduduk padat. Israel mengatakan, serangan itu ditujukan ke Hamas dan sasaran militan lainnya.

Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota pada 1980 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional, dikutip dari Reuters.
 











Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pertemuan khusus Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Ahad (16/5), secara virtual menyampaikan tiga langkah kunci yang mesti dilakukan OKI dalam mengupayakan penghentian agresi Israel terhadap Palestina, termasuk gencatan senjata. "Sejak OKI didirikan, komitmen negara OKI tidak pernah luntur terus bertekad untuk bersama Palestina di dalam memperjuangkan hak-haknya," ujar Menlu Retno di sela pertemuan OKI.

Terlepas dari tekad kuat tersebut sampai saat ini, dunia masih saja menyaksikan adanya gangguan terhadap pelaksanaan ibadah di Masjid al-Aqsa. Selain itu, illegal settlement juga semakin merajalela, hingga pergerakan orang-orang Palestina dibatasi tanah mereka sendiri hingga hak-hak Palestina dihilangkan.

"Kita semua tidak boleh lupa bahwa Palestina adalah satu-satunya negara yang masih diduduki oleh kekuatan kolonial di dunia," ujarnya.

Dalam pertemuan OKI, Menlu Retno mengatakan bahwa Indonesia mengecam keras semua tindakan yang dilakukan oleh Israel, dan yang lebih melukai lagi tindakan tersebut dilakukan pada bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Menlu Retno pun memerinci langkah kunci yang harus dilakukan OKI. Di antaranya, pertama adalah memastikan adanya pertemuan dan persatuan di antara negara anggota OKI. Menurutnya, persatuan di antara semua pemangku kepentingan di Palestina juga harus dikedepankan.
 
Menurut Retno, tanpa persatuan, OKI tidak akan mampu menjadi penggerak bagi dukungan internasional untuk Palestina. "Pada saat yang sama, bangsa Palestina hanya bisa mencapai cita-citanya untuk merdeka apabila mereka bersatu," kata Retno menegaskan.

Langkah kunci kedua, ia menambahkan, OKI harus mengupayakan terciptanya gencatan senjata segera. "Saya menyerukan agar masing-masing negara OKI menggunakan pengaruhnya masing-masing, menggunakan pengaruh yang mereka miliki untuk mendorong gencatan senjata secepatnya, dan semua tindakan kekerasan harus segera dihentikan," kata Menlu Retno menegaskan.

Menlu Retno menuturkan, langkah kunci ketiga bagi OKI adalah agar tetap fokus membantu kemerdekaan bangsa Palestina yang dalam kaitan ini harus lebih keras berupaya untuk mendorong dimulainya kembali negosiasi multilateral yang kredibel. Itu termasuk berpedoman pada parameter yang telah disetujui secara internasional, dan dengan tujuan mencapai perdamaian yang lestari berdasarkan prinsip solusi dua negara.

"Di dalam statement saya penutup di OKI, saya menyampaikan bahwa perjuangan untuk mendukung kemerdekaan Palestina masih jauh dari selesai. Persatuan negara OKI, saya tekankan lagi, harus terus kita jaga untuk mendukung perjuangan Palestina," ujarnya.

Indonesia juga secara aktif memberikan masukan substansial agar OKI dapat menghasilkan kesepakatan yang nyata. Menlu Retno memerinci beberapa hal yang sudah tampak atau dapat diharapkan masyarakat dunia tentang resolusi tersebut. Pertama, yakni seruan kepada komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah konkret atas tindakan kekerasan dan pelanggaran hukum internasional. Dan, bila Dewan Keamanan PBB gagal, Sidang Umum PBB harus melakukan pertemuan darurat.

Kedua, negara-negara anggota OKI juga mengharapkan di dalam resolusi tersebut akan terdapat elemen desakan untuk menerapkan mekanisme international protection atau international present untuk melindungi warga sipil Palestina maupun Kompleks Masjid al-Aqsa. "Seruan kepada komunitas internasional untuk menghentikan aksi kolonial dan segregasi rasial Israel serta penegasan kembali posisi OKI dalam mendukung Palestina dan output al-Syarif dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina berdasarkan two state solution dan sesuai dengan parameter internasional," katanya menegaskan.

PErtemuan Extraordinary Open-ended Ministerial Meeting of the OIC Executive Committee yang diselenggarakan secara virtual. Pertemuan ini dihadiri oleh 16 Menteri dan Wakil Menteri Luar Negeri negara-negara anggota OKI dan juga wakil dari negara OKI lainnya. Pertemuan dilakukan khusus membahas agresi Israel di wilayah Palestina, khususnya al-Quds al-Shareef atau Yerusalem dan juga Jalur Gaza.

 

 
Berita Terpopuler