Puasa dan Idul Fitri Ajarkan Jadi Pribadi yang Bermanfaat

Setelah ramadhan dan Idul Fitri, umat Islam bisa menyebarkan energi positif.

AP/Mahmoud Illean
Pria berkostum badut bermain bersama anak-anak dengan latar Masjid Kubah Batu usai melaksanakan sholat Idul Fitri di Kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Kamis (13/5).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd mengemukakan puasa di bulan Ramadhan yang telah dijalani, kemudian merayakan Idul Fitri mengajarkan kepada seseorang untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.

"Maka, sebagai orang beriman yang telah melaksanakan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan kemudian merayakan Idul Fitri, dapat mengambil pelajaran dan membangun optimisme untuk untuk bersama-sama menekan penyebaran COVID-19," ucap Prof Sagaf Pettalongi MPd, di Palu, Kamis (13/5), saat menyampaikan khutbah Idul Fitri 1442 Hijriah.

Prof Sagaf mengemukakan puasa selama bulan Ramadhan menjadi satu proses pembersihan diri kembali menjadi suci dan bersih.Proses pembersihan itu, kata dia, meliputi pembersihan jiwa (tazkiyatul annafsi), pembersihan harta (tazkiyatul maal) dan pembersihan sikap dan perilaku (tazkiyatul afaal).

Pembersihan yang telah dilakukakan selama bulan Ramadhan, harusnya terus dilakukan dalam setiap bulan hingga berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun-tahun berikutnya.Hal itu agar, seseorang sebagai orang yang beriman terus mawas diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dengan tetap mengedepankan tujuan akhirat.

"Sehingga menjadi manusia yang terus menebarkan manfaat bagi sesama manusia lainnya, termasuk menebar manfaat untuk mencegah penyabaran COVID-19, dengan mengedepankan mawas diri," sebutnya.

Setelah ramadhan dan Idul Fitri, kata dia, umat muslim di negeri ini dapat menyebarkan energi positif dalam membangun keadaban diri, berkontribusi membangun peradaban manusia didasari fikiran dan perilaku yang moderat.

"Kita bangun perilaku individu dan sosial yang membuahkan kebaikan, kedamaian, permaafan, ketulusan, solidaritas sosial, serta hubungan antarsesama yang saling menebarkan keadilan dan kebaikan," ujarnya.

Nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan, dan sopan santun yang selama ini menjadi karakter bangsa kita, menurut dia, sedikit mengalami penurunan kualitas karena terkalahkan oleh hasrat rebutan kepentingan dan perangai menerabas yang sebagian besar diunggah lewat media sosial.

Karenanya, kata dia, setelah Ramadhan dan Idul Fitri ini, perlu dikembangkan kembali keadaban perilaku dan relasi sosial yang serba utama, yang membawa kebajikan hidup untuk diri dan lingkungannya.

Baca Juga

Keadaban itu, menurut dia, yaitu keadaban yang berbasis al-akhlaq al-karimah yang mengedepankan sikap hidup yang benar, baik, berdasarkan nilai-nilai luhur agama dan kearifan budaya bangsa. Serta menjauhi perilaku yang salah dan buruk.

 
Berita Terpopuler