PM Vietnam Peringatkan Covid-19 Ancam Stabilitas Politik

Vietnam menghadapi peningkatan kasus Covid-19

EPA-EFE / MINH HOANG
Seorang pekerja menyemprotkan desinfektan sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus di Stadion Hang Day, menjelang pertandingan pembukaan musim V-League 2020 di Hanoi, Vietnam, 6 Maret lalu. Vietnam akan memulai kembali V-League pada 24 Mei.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI --  Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh, menyatakan penyebaran virus corona yang cepat mengancam stabilitas politik jika tidak dikendalikan. Negara itu sedang melakukan langkah cepat untuk menahan penyebaran virus usai laporkan 102 infeksi Covid-19 baru pada Ahad (9/5).

Baca Juga

"Jika wabah menyebar secara nasional, itu akan mempengaruhi stabilitas politik, kesehatan rakyat dan pemilihan Majelis Nasional dan Dewan Rakyat, dan konsekuensinya tidak dapat diprediksi," kata Chinh.

Kementerian Kesehatan, kasus baru meningkatkan total menjadi 3.332 sejak pandemi dimulai, dengan 35 kematian. Padahal sebelumnya negara itu mendapatkan pujian global atas kemampuan menahan penyebaran.

Tapi wabah baru muncul akhir bulan lalu dan telah menyebar dengan cepat di negara itu. Wabah ini menginfeksi 333 orang di 25 kota dan provinsi, termasuk ibu kota Hanoi, dan menyebabkan sekitar 10 rumah sakit terkunci.

"Risiko wabah menyebar ke seluruh negeri sangat tinggi. Kami perlu mengerahkan tindakan yang lebih kuat untuk mengekang wabah itu," kata Chinh.

Chinh mengatakan, infeksi virus corona di negara-negara tetangga telah memberi tekanan pada Vietnam. Dia menekankan bahwa imigran ilegal termasuk di antara sumber utama virus kembali menyebar di dalam negeri. 

 
Berita Terpopuler