Israel Tangguhkan Sidang Penggusuran Sheikh Jarrah

Sidang dinilai bisa meningkatkan kekerasan di Yerusalem

AP Photo/Mahmoud Illean
Petugas polisi perbatasan Israel dikerahkan selama bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina di sebelah Gerbang Damaskus di kota tua Yerusalem, Jumat 7 Mei 2021. Warga Palestina memprotes atas ancaman penggusuran Israel atas puluhan warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, yang terlibat dalam pertempuran hukum yang panjang dengan pemukim Israel yang mencoba memperoleh properti di lingkungan itu.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jaksa Agung Israel menangguhkan sidang terkait rencana penggusuran warga Palestina di Yerusalem. Sidang itu dapat menuai lebih banyak kekerasan di Yerusalem dan meningkatkan kekhawatiran internasional.

Baca Juga

Penangguhan itu membuat Pemerintah Israel memiliki ruang untuk meredakan gesekan yang terjadi di Masjid al-Aqsa dan wilayah lainnya di Yerusalem. Bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Israel terjadi di Masjid al-Aqsa pada Jumat (7/5) malam. Bentrokan terjadi ketika warga Palestina sedang melangsungkan ibadah shalat tarawih. 

Mahkamah Agung Israel pada Senin (10/5) akan mendengarkan banding terhadap rencana penggusuran beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, yaitu sebuah daerah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967. Pengadilan yang lebih rendah telah mendukung klaim pemukim Yahudi atas tanah Palestina. Palestina menilai keputusan ini sebagai upaya Israel untuk mengusir mereka dari Yerusalem.

Para pemohon meminta kepada pengadilan untuk meminta pendapat hukum dari Jaksa Agung Avichai Mandelblit. Hal itu membuka jalan bagi sidang hari Senin untuk ditunda dan kemungkinan dia bisa membantah penggusuran tersebut. Seorang juru bicara Mandelblit mengatakan pengadilan setuju untuk menerima pengajuan di masa depan dari jaksa agung dan bahwa sesi baru akan dijadwalkan dalam 30 hari.

"Saya sangat optimistis karena keputusan pengadilan. Kami duduk di sini di negara kami, di tanah kami. Kami tidak akan menyerah," kata Nabil al-Kurd salah satu warga Palestina yang menghadapi penggusuran.

Setelah berbuka puasa al-Kurd dan sekelompok tetua duduk, dan menyaksikan para pengunjuk rasa muda Palestina bernyanyi serta meneriakkan slogan-slogan kepada para pemukim di seberang jalan. Mereka meneriakkan "Kebebasan, kebebasan" dan "Palestina adalah Arab". 

 

Sementara, orang Israel juga melakukan hal yang sama. Mereka menyanyi dan menari.  Polisi dengan perlengkapan anti huru hara dan menunggang kuda berjaga ketat di sekitar mereka. Seorang pemukim Israel, Yaakov mengatakan, penundaan pengadilan adalah "aib".

"Mereka seharusnya mengambil sikap dan menunjukkan bahwa siapa pun yang melakukan tindakan kekerasan di Israel segera dihukum dan tidak diberi imbalan atas perilaku buruk mereka," kata Yaakov.

Pemerintah Israel telah mengecilkan keterlibatan negara dalam kontroversi di Sheikh Jarrah. Kementerian Luar Negeri Israel menyebutnya sebagai perselisihan real estate antara pihak swasta.

Namun hal tersebut tidak mengurangi kekhawatiran di Eropa dan di antara kekuatan regional seperti Yordania dan Uni Emirat Arab. Mereka mengutuk perilaku Israel di sekitar Yerusalem Timur. 

Ketegangan di Yerusalem Timur telah meluas menjadi bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di sekitar Masjid al-Aqsa. Konfrontasi pecah antara warga Palestina dan polisi Israel di beberapa bagian Yerusalem Timur pada Ahad (9/5), termasuk di Sheikh Jarrah dan di luar Kota Tua serta di Haifa, yaitu kota campuran Arab-Yahudi di Israel utara.

 
Berita Terpopuler