Lonjakan Kasus Covid-19 India Berdampak ke Bangladesh

Para ahli kesehatan memperingatkan akan kekurangan vaksin yang akan segera terjadi

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Kerabat melakukan upacara terakhir untuk korban COVID-19 selama pemakaman mereka di tempat kremasi di New Delhi, India, Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berjuang dengan pasokan oksigen.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Lonjakan kasus virus corona di India berdampak berbahaya pada Bangladesh. Para ahli kesehatan memperingatkan akan kekurangan vaksin yang akan segera terjadi dan meningkatkan pengawasan varian virus yang lebih menular yang mulai terdeteksi.

Baca Juga

Otoritas kesehatan Bangladesh pada Sabtu (8/5) mengatakan, untuk pertama kalinya, varian virus corona yang awalnya diidentifikasi di India ditemukan di Bangladesh. Selama berminggu-minggu, varian Afrika Selatan mendominasi sampel yang diurutkan di Bangladesh. Ada kekhawatiran bahwa versi itu menyebar lebih mudah dan vaksin generasi pertama mungkin kurang efektif melawannya.

Para ahli mengatakan, penurunan infeksi di Bangladesh selama dua minggu terakhir dibandingkan dengan Maret dan awal April memberikan kesempatan yang sempurna bagi negara untuk meningkatkan vaksinasi. "Ini adalah waktu untuk memvaksin, menjaga infeksi tetap rendah dan memastikan bahwa varian baru tidak muncul di sini,” kata ilmuwan di Yayasan Penelitian Kesehatan Anak di Bangladesh, Senjuti Saha.

Tapi, India telah melarang ekspor vaksin karena bergulat dengan krisis di dalam negeri. Institut Serum India seharusnya memasok 30 juta dosis dengan 5 juta per bulan ke Bangladesh pada bulan Juni, tetapi badan itu hanya memasok 7 juta dosis dan telah menangguhkan pengiriman lebih lanjut sejak Februari.

 

Pemerintah Bangladesh pun akhir bulan lalu berhenti mengizinkan orang untuk mendaftar untuk dosis vaksin pertama dan administrasi dosis kedua juga terhambat. Negara berpenduduk 160 juta itu dengan putus asa mencari jalan baru untuk vaksin selain India.

Bangladesh berusaha untuk memproduksi vaksin Rusia dan Cina di dalam negeri dengan membawa teknologi dari kedua negara itu. Negara ini mengharapkan 500.000 dosis vaksin China minggu depan sebagai hadiah dari Beijing dan telah mencari bantuan dari Amerika Serikat.

Sejak Maret tahun lalu, ketika kasus Covid-19 pertama terdeteksi di Bangladesh, negara tersebut telah melaporkan 770.842 kasus yang dikonfirmasi dan 11.833 kematian. Penguncian nasional telah diperpanjang hingga setidaknya 16 Mei, tetapi banyak bisnis, pasar, dan transportasi lokal tetap ramai. Meskipun perjalanan antarkota dilarang, puluhan ribu orang diperkirakan meninggalkan ibu kota Dhaka ke desa asal untuk merayakan hari raya Idul Fitri pekan depan. 

 
Berita Terpopuler