Saat Sampah Menjadi Media untuk Bersedekah

MUI menginisiasi gerakan sedekah sampah berbasis masjid.

ANTARA/yulius satria wijaya
Relawan Kelompok Swadaya Masyarakat mengumpulkan sampah hasil sedekah dari masyarakat di Bank Sampah, Sukahati, Bogor, Jawa Barat, Ahad (17/5/2020). Bank Sampah ini memiliki program khusus bagi masyarakat yang ingin bersedekah melalui sampah yang dikumpulkan, hasil penjualan sampah tersebut dibelikan paket sembako dan diberikan kepada masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah tidak hanya dapat berakhir di keranjang. Sampah juga menjadi media sedekah, seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa masjid yang menjadi percontohan Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) Berbasis Masjid.

Baca Juga

Adalah Ananto Isworo salah satu orang yang memulai gerakan itu di Masjid Al Muharam, Kampung Brajan, Yogyakarta. Mereka sudah memulai dan menginisiasi kegiatan ini sejak 1 Ramadhan 1434 Hijriah atau 9 Juli 2013.

"Kami memulai di 1 Ramadhan di mana banyak sampah kertas sisa nasi kotak yang berserakan, dari situlah kita muncul gerakan sedekah sampah berbasis masjid," kata Ananto dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (31/4).

Ananto berkisah memulai gerakan itu sendiri berkeliling mengambil sampah dari setiap rumah warga. Pemilahan sampah plastik juga dilakukannya sendiri dengan dua tahun pertama mereka hanya memiliki lima relawan.

Kini sudah ada sekitar 40 relawan yang mayoritas adalah remaja masjid, yang terdiri dari yatim piatu dan fakir miskin."Mereka berharap dengan tenaga yang bisa mereka lakukan, bisa membantu teman-teman lain yang putus sekolah, yang tidak bisa bayar SPP sehingga mereka bergerak," katanya.

Sedekah sampah itu berkembang dengan program Sekolah Sedekah Sampah. Sejak 2013 mereka telah menerima kunjungan dari orang-orang yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah berbasis masjid.

Gerakan itu juga bertujuan untuk mengubah perspektif sampah dari yang harus dibuang menjadi yang bisa dikelola."Sedekah sampah ini tidak berorientasi kepada berapa sampah yang sudah saya sedekahkan karena di konsep sedekah sampah tidak ada volume. Berbeda dengan bank sampah, kalau bank sampah ada volume karena ada nilai ekonomi Rupiah," ujar Ananto.

Masjid menjadi koordinator dalam upaya penanganan sampah juga oleh Masjid Raya Bintaro Jaya di Jakarta. Chairul Saleh sebagai salah satu pengurus Masjid Bintaro Jaya mengatakan bahwa gerakan sedekah sampah itu adalah salah satu langkah yang dilakukan untuk mendukung gerakan Eco Masjid.

"Menjadikan masjid tidak hanya untuk keperluan ibadah, tapi masjid juga untuk membantu mengatasi persoalan lingkungan," kata Chairul.

Selain sedekah sampah, mereka juga mengembangkan program hemat air, dan memanfaatkan momentum Ramadhan untuk mengurangi plastik sekali pakai. Masjid mendorong jamaah untuk membawa tempat minum sendiri selama Shalat Tarawih.

"Kita mencoba mengembangkan tagline untuk memotivasi jamaah bahwa Datang shalat di masjid bawa sampah, pulang bawa berkah," kata Chairul.

Kedua masjid itu adalah bagian dari enam masjid percontohan untuk Gerakan Sedekah Sampah Indonesia Berbasis Masjid yang diluncurkan oleh Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada hari ini.

Gerakan itu ingin mendorong masjid menjadi koordinator untuk memilah sampah plastik dan mengumpulkannya yang kemudian dijual ke bank sampah atau pengepul.

Hasil penjualan sampah dapat menjadi sumber dana untuk aktivitas masjid, serta disalurkan untuk membantu fakir miskin, anak yatim piatu dan janda sekitar lingkungan masjid.

 
Berita Terpopuler