Lebanon Minta Saudi Pertimbangkan Larangan Impor Produknya

Saudi menduga pengiriman buah dan sayuran dari Lebanon untuk penyelundupan narkoba

AP/Hassan Ammar
Seorang pedagang memajang sayuran untuk persiapan Ramadhan di sebuah pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon meminta Arab Saudi mempertimbangkan kembali larangan impor produk-produk dari Beirut, menyusul terjadinya peningkatan penyelundupan narkoba. Pemerintah Lebanon menugaskan menteri dalam negeri berkoordinasi dengan kerajaan, untuk mengungkap pelakunya.

Baca Juga

Pemerintah juga meminta jaksa penuntut umum Lebanon untuk melanjutkan penyelidikan tentang masalah tersebut. Pemerintah akan memberikan hasil penyelidikan kepada para pejabat Saudi.

Presiden Lebanon Michel Aoun sebelumnya meminta pasukan keamanan Lebanon untuk meningkatkan operasi melawan penyelundupan. Sementara Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan, Lebanon siap untuk memerangi jaringan perdagangan manusia dengan Arab Saudi.

"Kami yakin bahwa Arab Saudi dan semua negara Teluk tahu betul bahwa larangan produk Lebanon tidak akan menghentikan penyelundupan narkoba dan (bahwa) kerja sama di antara kami akan membantu menghentikan jaringan ini," kata Diab.

Arab Saudi menangguhkan impor buah dan sayuran dari Lebanon. Saudi mengatakan, pengiriman buah dan sayuran dari Lebanon diduga ditunggangi untuk penyelundupan narkoba.

Saudi menuduh Beirut tidak bertindak atas dugaan penyelundupan narkoba melalui impor buah dan sayuran. Keputusan penangguhan impor oleh Saudi merupakan pukulan bagi Lebanon, yang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990. Kementerian Pertanian Lebanon mengatakan, langkah itu adalah kerugian besar bagi ekspor pertanian Beirut ke Saudi yang bernilai mencapai 24 juta dolar AS setahun.

"Pihak berwenang telah memperhatikan peningkatan aktivitas penyelundupan narkoba yang menargetkan kerajaan dari Lebanon, terutama dalam pengiriman sayuran dan buah-buahan," kata Kementerian Dalam Negeri Saudi, dilansir Aljazirah.

Riyadh akan melarang masuk atau transit produk buah-buahan dan sayuran dari Lebanon mulai Ahad pada pukul 9 pagi waktu setempat. Pembatasan akan tetap berlaku sampai Lebanon memberikan jaminan yang cukup dan dapat diandalkan, untuk mengakhiri operasi penyelundupan sistematis yang menargetkan kerajaan Saudi.

 

Kantor berita pemerintah Saudi, SPA mengatakan, penangguhan impor buah dan sayuran dari Lebanon dilakukan setelah otoritas Saudi berulang kali mengajukan banding tentang masalah tersebut. Wakil Menteri Urusan Keamanan di Bea Cukai Saudi, Mohammed bin Ali al-Naim mengatakan, otoritas bea cukai Saudi di Jeddah telah menggagalkan upaya penyelundupan lebih dari 5,3 juta pil Captagon, yang disembunyikan dalam pengiriman buah delima dari Lebanon.

Menurut Observatorium Prancis untuk Narkoba dan Kecanduan Narkoba (OFDT), Captagon adalah amfetamin yang diproduksi di Lebanon, Suriah dan Irak. Obat itu dipasarkan di Arab Saudi.

Media Lebanon yang mengutip kepala eksportir buah dan sayuran Naeem Khalil mengatakan, kargo yang disita oleh Saudi bukan milik Lebanon. Khalil mengatakan, kargo itu berasal dari Suriah dan transit di Lebanon.

Kementerian Luar Negeri Lebanon telah mendapatkan pemberitahuan dari Arab Saudi, tentang keputusannya untuk menghentikan impor buah dan sayuran. Kementerian mengatakan, pihak bersenang Lebanon harus mengerahkan upaya maksimal untuk mengendalikan operasi penyelundupan narkoba.

"Pihak berwenang Lebanon harus mengerahkan upaya maksimal untuk mengendalikan semua operasi penyelundupan, untuk mencegah kerugian bagi warga negara yang tidak bersalah, petani, industrialis dan ekonomi Lebanon," kata pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Lebanon.

Ada kekhawatiran bahwa larangan tersebut akan menyebar ke negara-negara Teluk lainnya. Terutama setelah Uni Emirat Arab, Kuwait dan Oman mengeluarkan pernyataan untuk mendukung keputusan Saudi tersebut. 

 
Berita Terpopuler