Kisah Perawat Irlandia Menemukan Hidayah Islam

Perkenalannya dengan seorang ibu di balik cadar menghilangkan mitos tentang Muslimah.

Onislam.net
Mualaf (Ilustrasi)
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Brigid Aylward adalah seorang perawat anak di University Hospital Waterford, Irlandia yang tumbuh sebagai seorang Kristen. Tetapi ia tidak terlalu memedulikan agamanya dahulu. Setelah meninggalkan rumah, Brigid mulai lebih memikirkan ke mana dia akan pergi dan tujuan hidupnya. 

Baca Juga

Dilansir dari The Journal, Brigid memutuskan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke negara Muslim sebagai perawat dengan harapan bahwa dalam isolasi, dia dapat berhubungan kembali dengan Tuhan dan menegaskan keyakinannya.

“Ketika saya tiba di Arab Saudi, saya menyadari bahwa saya memiliki pola pikir yang sangat barat, budaya Barat.  Saya memiliki begitu banyak pertanyaan. Ada apa dengan wanita yang menutupi kepala ini, saya pikir itu menyedihkan untuk dilihat, dan bahwa wanita tidak memiliki tempat dalam masyarakat,"katanya.

Namun perkenalannya dengan seorang ibu di balik cadar menghilangkan mitos tentang wanita bercadar. “Mereka tidak harus menutupi, itu pilihan mereka, tapi mereka malah lebih suka itu.  Mereka manusia, mereka normal," katanya. 

 

"Saya mulai membaca tentang Islam semata-mata untuk melakukan pekerjaan saya dengan lebih baik dan untuk memahami para wanita ini dengan lebih baik. Itu mulai masuk akal bagi saya itu membuat saya bersemangat.  Itu bukanlah hal yang saya pikirkan sebelumnya,"tambahnya. 

Pada November 2008 Brigid akhirnya masuk Islam, meski masih ada beberapa ketakutan yang dia miliki, tentang apa yang akan dikatakan ibunya dan apa yang akan dikatakan keluarganya. Suaminya, yang dia temui saat bekerja di rumah sakit di Saudi membantunya mengatasi ketakutannya dan dia mengatakan keluarganya telah melihat makna tujuan yang diberikan agama kepadanya.

“Saya hanya mendapatkan reaksi positif.  Saya tahu orang-orang akan terkejut dengan perubahan besar.  Saya hanya mengalami kebaikan, itulah semangat agung Irlandia,"jelasnya.

Brigid mengatakan bahwa berita larangan perjalanan Donald Trump membuatnya sedih, tetapi dia akan sedih jika tidak peduli dengan agamanya. “Apa yang telah dilakukan Trump adalah memberi tanda pada Muslim yang mengatakan 'Kami punya alasan untuk takut pada orang-orang ini,"ujarnya. 

 

Kesalahpahaman tentang Muslim 

Akademisi Muslim Australia, Dr Rachel Woodlock adalah seorang yang tinggal di Clonmel, Co Tipperary. Dia telah mempelajari  tentang Muslim dan pendapat orang tentang agama ini. 

“[Dalam Katolik] Anda dimaksudkan untuk berpuasa selama Prapaskah, tetapi tidak semua umat Katolik berpuasa, tidak semua umat Katolik pergi ke gereja, dan itu sama dengan Islam.  Muslim jauh lebih heterogen, tidak ada padanan Vatikan yang mengatur apa yang Anda lakukan,"ujarnya.

Woodlock mengatakan bahwa survei yang dilakukan terhadap populasi di Victoria, Australia menunjukkan tingkat religiositas terjadi pada populasi Muslim. “(Beberapa Muslim) pergi ke masjid dengan cara yang sama seperti beberapa orang Kristen pergi ke gereja pada waktu Natal, "jelasnya.

 
Berita Terpopuler