Muslimah Tatar Buka Sekolah Pole Dance Pertama di Rusia

Muslimah Tatar di kota Kazan, Rusia telah membuka sekolah Pole Dance.

Seorang muslimah berjalan di sepanjang jalan dekat masjid dan toko yang menjual literatur Muslim di sudut kota Kazan, ibukota Tatarstan Rusia. (Roman Kruchinin/Reuters)
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, KAZAN -- Seorang Muslimah Tatar di kota Kazan, Rusia telah membuka sekolah Pole Dance (tari tiang) di negara itu. Meskipun didukung oleh imam masjid terdekat, inisiatif tersebut telah menimbulkan kontroversi di wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Baca Juga

Kazan adalah ibu kota Tatarstan, republik yang mayoritasnya Muslim, lokasinya sekitar 800 km di timur Moskow. Wilayah ini terkenal dengan sejarah budayanya yang kaya, yang menggabungkan tradisi Rusia dengan warisan Tatar.

Berbicara kepada stasiun berita lokal Tatarstan 24, Leysan Dauletova mengungkapkan bahwa dia menemukan celah di pasar saat merasa tidak nyaman di sanggar tari yang sering dikunjungi pria, seperti ayah yang menjemput anak mereka.

Studio baru Dauletova memiliki aturan yang membuatnya cukup unik, jendela tertutup, tidak ada video dan kunjungan pria.

"Saya sampai pada kesimpulan bahwa saya ingin menciptakan kondisi yang nyaman bagi perempuan Muslim, yang bisa berlatih tanpa mengintip," jelasnya, dilansir dari laman RT News, Rabu (14/4).

 

Menariknya, sebagian besar mereka yang mengikuti sekolah adalah istri yang ingin membahagian suaminya. Studio baru yang terletak di seberang masjid, telah disetujui sepenuhnya ulama. 

"Mereka (para wanita) bilang kami ingin menunjukkan ini kepada suami kami agar suami kami tidak melihat wanita lain," ungkap Kepala Masjid al-Marjani, Ansar Hazrat Miftakhiv. 

"Dan kami berkata, tentu saja, itu mungkin. Ini tidak bertentangan dengan Islam," jelasnya.

Namun, idenya belum diterima secara universal. Sekolah tersebut telah ditentang oleh Persatuan Wanita Muslim Rusia dan Tatarstan, sebuah organisasi lokal.  "Tidak ada masalah dengan kebahagiaan dalam keluarga Muslim. Semua keluarga memiliki banyak anak, semuanya memiliki lima, delapan, sepuluh anak," kata Nailya Ziganshina, Ketuga Organisasi itu, kepada stasiun radio Moscow Talks. 

 

 
Berita Terpopuler