Menengok Masa Kecil Pangeran Philip

Masa kecil Philip terfragmentasi dan digelapkan oleh serangkaian kehilangan.

EPA-EFE/STRINGER
Menengok Masa Kecil Pangeran Philip dari Inggris.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II, wafat pada usia 99 tahun. Ia telah menjadi pendamping Ratu selama lebih dari 70 tahun.

Baca Juga

Perjalanan Pangeran Philip ke Istana Buckingham bukan dimulai saat ia menikahi Ratu Elizabeth. Namun, ia pertama kali kesana pada 1922, di tempat tidur bayi yang terbuat dari peti buah jeruk.

Dilansir di BBC, Jumat (9/4), Pangeran Philip lahir pada 10 Juni 1921 di pulau Corfu Yunani. Ia anak bungsu dan satu-satunya putra Pangeran Andrew dari Yunani dan Putri Alice dari Battenberg.

Warisan itu membuatnya menjadi pangeran Yunani dan Denmark, tetapi tahun berikutnya keluarganya diusir dari Yunani setelah kudeta. Sebuah kapal perang Inggris membawa mereka ke tempat yang aman di Italia, dengan bayi Philip tertidur di ranjang peti buah.

Masa kecil Philip terfragmentasi dan digelapkan oleh serangkaian kehilangan. Pada 1930, ketika dia berusia delapan tahun, ibunya dimasukkan ke pusat psikiatri karena menderita gangguan skizofrenia.

Philip tidak melihat banyak ibunya di tahun-tahun berikutnya. Ayahnya pergi ke French Riviera dengan seorang simpanan.

Kerabat ibunya di Inggris membantu membesarkannya. Dia kemudian mengadopsi nama belakang mereka, Mountbatten, bentuk anglikan dari nama keluarga Battenberg.

 

Sebuah sekolah berasrama Skotlandia, Gordonstoun, menjadi rumah selama masa remajanya. Pendiri dan kepala sekolahnya adalah pelopor pendidikan Yahudi Kurt Hahn, yang dipaksa keluar dari Jerman karena mengutuk Nazi.

Sekolah itu memberi Philip struktur dan memupuk kemandiriannya. Aturan sekolah yang agak spartan membuat murid-murid bangun lebih awal untuk mandi air dingin dan lari lintas alam, yang diyakini Hahn akan memerangi 'hasrat beracun' masa remaja.

Pada 1937, salah satu dari empat saudara perempuan Philip, Cecilie, meninggal dalam kecelakaan udara bersama dengan suami, ibu mertua, dan dua anak laki-lakinya yang berkebangsaan Jerman. Dia sedang hamil tua saat itu.

Cecilie sebelumnya baru saja bergabung dengan partai Nazi, yang hampir sepenuhnya menguasai Jerman. Philip yang berduka, usia 16 tahun, berjalan melalui jalan-jalan di Darmstadt di belakang peti mati saudara perempuannya, melewati kerumunan orang yang memberi hormat "Heil Hitler".

"Itulah yang terjadi," kata Pangeran Philip kemudian tentang waktu itu.  

"Keluarga itu putus. Ibu saya sakit, saudara perempuan saya sudah menikah, ayah saya berada di Prancis selatan. Saya hanya harus terus melanjutkan hidup. Benar. Seseorang harus," katanya.

 
Berita Terpopuler