'Tradisi Maaf-memaafkan tidak Miliki Batas Waktu'

Bermaaf-maafkan adalah suatu bentuk kebaikan.

republika
'Tradisi Maaf-memaafkan tidak Miliki Batas Waktu'
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Rasulullah sedang berkhutbah Jumat di bulan Sya’ban, beliau mengatakan amin tiga kali dan para sahabat yang mendengarnya terkejut dan spontan mengatakan amin pula. Namun mereka bingung mengenai alasan Rasulullah mengucapkan amin hingga tiga kali.

Baca Juga

Ketika selesai sholat Jumat, mereka bertanya kepada Rasulullah dan beliau menjelaskan, “ketika aku sedang berkhutbah, Jibril datang dan berbisik, hai Rasulullah, amin-kan doaku ini.”

Doa yang dipanjatkan Jibril adalah, “Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad apabila sebelum memasuki Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal berikut, yaitu memohon maaf terlebih dulu pada kedua orang tudanya (jika masih hidup), bermaafan antara suami istri, dan bermaafan dengan orang-orang sekitarnya."

Ustadz Ahmad Zarkasih menjelaskan meminta maaf atau bermaaf-maafkan adalah suatu bentuk kebaikan, yang dalam syariat, dianjurkan untuk dilakukan. Bukan hanya menjelang Ramadhan namun tidak dibatasi oleh waktu.

“Meminta maaf itu kebaikan yang tidak pernah dibatasi oleh waktu. Jadi kapan saja boleh, dan tidak perlu dicari dasar hukumnya, karena itu ibadah yang dianjurkan,” kata peneliti di Rumah Fiqih Indonesia kepada Republika.co.id, Senin (5/4).

 

Tren meminta maaf melalui sosial media atau pesan elektronik, kata dia, juga tidak perlu dijadikan persoalan serius. Menurutnya meminta maaf kepada publik atau umum tanpa ditentukan individunya dibolehkan dan sah-sah saja dilakukan. 

“Bukan masalah karena banyak diantara kita yang berinteraksi dengan khalayak di media sosial, dalam bentuk itu dimana interaksi dilakukan secara general tanpa ditentukan personalnya,” jelasnya.

Adapun pelabelan bid’ah pada ucapan-ucapan permohonan maaf melalui media sosial, kata Ustadz Zarkasih, tidak memiliki sandaran hukum syariatnya. “Penyematan kata bid’ah pada sesuatu yang dijadikan ibadah ritual, sama halnya membuat sholat ashar menjadi lima rakaat dengan sengaja,” kata dia. 

Meminta maaf itu sendiri kebaikan yang dalam syariat, dia dianjurkan. Dan syariat juga tidak pernah membatasi kapan itu dilakukan.

 

Penjelasan mengenai anjuran maaf-memaafkan juga dijelaskan Rasulullah dalam sebuah hadits. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang pernah mempunyai kedzaliman terhadap seseorang, baik terhadap kehormatannya atau apa pun, maka minta halallah darinya hari ini! Sebelum tidak ada emas dan perak, yang ada adalah jika dia mempunyai amal shalih, maka akan diambil darinya sesuai dengan kedzalimannya, jika dia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambilkan dosa lawannya dan ditanggungkan kepadanya”. (HR. Bukhari No. 2449).

 
Berita Terpopuler